Mae Ri yang sangat terkejut dengan apa yang baru saja dilakukan Mu Gyul, "Yah.. Kau pikir, apa yang barusan kau lakukan?"
"Apa kau sangat terkejut?" tanya Mu Gyul.
Mae Ri langsung berlari ke luar.
"Yah, Wi Mae Ri! Ada apa denganmu?" Mu Gyul yang belum menyadari hal yang diperbuatnya pada Mae Ri, Mu Gyul langsung mengejar Mae Ri.
Mae Ri berjongkok seraya memegangi bibirnya.
"Ah, Ada apa ini? Bukankah kau yang memintaku untuk menolongmu?" Mu Gyul bingung.
"Tapi, ituu.. Itu adalah my first kiss." ucap Mae Ri gugup.
"Pertama.. Apa?" Mu Gyul jadi teringat permainan yang dimainkannya beberapa waktu lalu bersama dengan Mae Ri dan semua teman-teman mereka. Saat ada pertanyaan mengenai "siapa yang belum pernah berciuman" Mae Ri menurunkan jarinya.
"Maaf karena aku tidak menyadarinya." ucap Mu Gyul berjongkok di depan Mae Ri. Mu Gyul memberikan punggungnya agar Mae Ri bisa memukulnya.
"Tidak apa-apa." ucap Mae Ri seraya menahan air mata.
"Ini, pukul saja." Mu Gyul memberikan punggungnya untuk dipukul.
""Apa?" Mae Ri tidak mengerti.
"pukul punggungku sampai kau merasa semua marahmu hilang." ujar Mu Gyul.
Mae Ri menghapus air matanya, kemudian memukul-mukul punggung Mu Gyul seraya berkata "Ciuman pertama hanya dilakukan dengan orang yang kau cintai!" Mae Ri menangis dengan masih memukul-mukul punggung Mu Gyul, dan Mu Gyul tentu saja kesakitan punggungnya dipukul seperti itu. "Kau jahat. Kau playboy." ucap Mae Ri, kemudian ia berlari pergi meninggalkan Mu Gyul.
Jung In berada di ruangannya, ia masih memikirkan tentang kejadian tadi. Jun In tidak mendengarkan apa yang diucapkan oleh Seo Jun.
"Aku rasa kita harus mengganti gambar ini dengan yang lain." Ucap Seo Jun, karena menyadari Jung In tidak mendengarkannya, Seo Jun memanggil Jung In, "Direktur.."
"Ya?" ucap Jung In kembali fokus. "Ah, maaf, apa yang baru saja kau katakan?"
Seo Jun tertawa kemudian duduk di samping Jung In.
"Kau sedang memikirkan Mu Gyul?" tanya Seo Jun. "Dia hanya seorang pria pemberontak. Jangan dipikirkan mengenai kejadian saat membicarakan kontrak dengannya tadi. Aku akan membujuknya lagi nanti. Bersabarlah, butuh waktu untuk bisa membujuknya."
"Benar." Jawab Jung In. "Ah, maaf. Aku ada sedikit pertanyaan pribadi padamu. Berapa lama kau sudah putus dengan Kang Mu Gyul?"
"Kenapa kau bertanya seperti itu?" Seo Jun tersenyum. "Itu terjadi satu tahun yang lalu saat ulang tahunku. Jadi sudah lebih dari satu tahun."
"Benarkah? Dan sekarang ia bersama dengan wanita lain?" tanya Jung In lagi.
"Kenapa kau malah bertanya seperti itu, direktur?" tanya Seo Jun. "Lucu sekali. Dia tidak bersama dengan siapapun sekarang, sejauh yang aku tahu. Disamping itu Mu Gyul juga selalu mempermainkan hati wanita, dia tidak pernah benar-benar jatuh cinta. Dia hanya seperti seekor kucing jalanan, yang berjanji tidak akan pernah menikah. Dan dia selalu dikelilingi oleh para wanita, tapi dia sangat mendalami tentang musik saat ini. Sangat menyenangkan bisa melihat sisinya yang satu ini." ucap Seo Jun seraya tersenyum.
Jung In hanya tersenyum tipis, ia mulai mencurigai hubungan antara Mu Gyul dan Mae Ri.
Mu Gyul masih larut dengan pembuatan musik. Saat sedang tidak fokus, tanpa sengaja Mu Gyul melihat rajutan milik Mae Ri yang ada di sebelah komputernya. Mu Gyul mengambil rajutan itu, ia berkata "apa saat aku menciumnya itu hal yang nyata? Aku harus segera mengatasi rasa sakit hati dari sekarang."
Mae Ri tidak bisa tidur, ia terus saja memikirkan kejadian yang terjadi antara dirinya dengan Mu Gyul. "Apa aku gila? Kenapa aku melakukan hal itu?"
Ayah mae Ri datang dan masuk ke kamar Mae Ri, "Oh! Mae Ri ku kembali cepat hari ini. Apa kau sedang bertengkar dengan pria itu?" tanya Ayahnya yang melihat Mae Ri murung.
"Bukan seperti yang kau pikirkan, aku hanya merasa tidak sehat saja." ucap Mae RI.
"Benarkah? Biar aku periksa." Ayah mae Ri memeriksa panas kening Mae Ri. "Apa kau perlu obat?"
"Aku baik-baik saja. Ini bukan hal yang serius." ujar Mae Ri. Mae RI melihat pakaian ayahnya, ia berkata "Ayah, kenapa kau memakai pakaian lengkap seperti itu?"
"Oh, Jung Suk yang membuatkan ini untukku, tapi ini sangat kekecilan, aku hampir dibuat mati oleh kesempitan ini." ujar Ayah Mae Ri seraya membuka kancing jasnya.
"Ada apa ini? Itu tidak pantas denganmu. Kau terlihat sangat gendut, ayah." ucap Mae Ri.
Ayah Mae Ri melonggarkan jas ketatnya, "Ahh.. Rasa sesak ini membuatku ingin mati juga."
Karena besan ayah Mae Ri menginginkan Ayah mae Ri langsing, mau bagaimana lagi. "Tapi, Jung Suk hyung ingin aku untuk diet agar jas ini muat dengan badanku." ungkap ayah Mae Ri. "Dia bilang, kalau calon ayah pengantin harus terlihat lebih baik baik menjelang pesta pernikahan."
Mae Ri protes, "Aku sudah katakan kalau aku tidak ingin menikah dengannya." Mae Ri langsung kembali tidur dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
Di kantor Jung In, Mae Ri memasuki ruangan. Ia masih kelelahan. "Aku lelah sekali." ucap Mae Ri, kemudian ia menepuk-nepuk pipinya agar berefek tidak lelah lagi.
Jung In mengetuk pintu kantor Mae Ri, dan segera masuk menghampiri Mae Ri, "Kau datang cepat hari ini." ucap Jung In.
"Kau sudah liatkan bagaimana kemesraan aku dan Mu Gyul.. Jadi menyerahlah." ucap Mae Ri.
"Tidak sama sekali, aku merasa lebih bersemangat sekarang." jawab Jung In.
"Apa?" tanya Mae Ri.
"Hal itu membuatku menyadari betapa aku harus lebih bekerja keras, karena aku tertinggal beberapa tahap dalam permainan ini." ungkap Mu Gyul dengan pasti.
Mae Ri menghela nafas dan mengeluh, "Ini sangat tidak masuk akal."
"Ayo persiapan untuk rapat"ucap Jung In.
"Perencanaan rapat?" tanya Mae Ri, biasanya Jung In tidak pernah mengajak Mae Ri untuk ikut bergabung di rapat perencanaan.
Semua staff merapatkan tentang skrip drama.
"Pemeran utama pria sangat miskin dan sangat tidak beruntung, jadi tambahkan sebuah rahasia dalam garis keturunan pemeran utama. Rahasia ini mengenai si pemeran utama yang merupakan anak pungut dari seorang pengusaha kaya. Pemeran utama pria memiliki sebuah penyakit agar pemeran utama mendapat simpati dari semua orang. Skrip macam apa ini? " ucap penulis skenario yang membacakan skrip drama buatan para staff Jung In.
"Noona penulis, kami ingin melalui tahap review diantara para staff, karena script harus diubah kembali sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan yang juga berubah." ungkap salah satu staff Jung In.
Penulis skenario merasa tidak puas dengan editan skrip itu, "Sebelum kau merubah alur di skrip drama ini, perhatikan dengan baik aturan yang tertulis di proposal. Wonderful day adalah sebuah drama musik untuk remaja."
Para staff yang lain hanya bisa menunduk. Jung In berkata, "memang, itu adalah intisari dari keseluruhan produksi drama ini."
Salah satu anggota staff meminta Mae Ri untuk mengambilkan minuman untuk para staff yang lain, "Maaf, bisakah kau mengambilkan kami segelas kopi?"
"Ah, tentu saja." jawab Mae Ri, kemudian ia berdiri, tapi Jung In segera berkata "Wi Mae Ri, kembali duduklah. Jangan pedulikan tentang kopi dan kembalilah berkonsentrasi pada rapat ini."
Mae Ri kembali duduk tanpa berkata apa-apa, Mae Ri jadi sedikit canggung.
"Noona penulis, tolong kau kembali me-review kembali laporan skrip drama kami yang lain." ucap Jung In seraya menyerahkan laporan skrip yang telah Mae Ri kerjakan.
"Ini sederhana, tapi bagus." Penulis skrip kemudian membacakan skrip itu. "Menambahkan beberapa peristiwa sebagai latar belakang dari beberapa karakter, dari pada harus membuangnya. Mungkin lebih baik langsung meng-interview band indie, dan menggabungkan kehidupan mereka. Hal ini bisa dijadikan sebuah konflik yang baik di dalam drama. Siapa yang menulis saran seperti ini?" tanya penulis skrip.
Jung In melihat ke arah Mae Ri, Noona penulis skrip juga melakukan hal yang sama, para staff juga ikut melihat ke arah mae Ri. Penulis Skrip tersenyum bangga, itu artinya semua saran yang ditulis Mae Ri di dalam laporan skrip drama itu sangat memuaskan.
Rapat selesai, seluruh staf meninggalkan ruangan. Penulis skrip menghampiri Mae Ri dan berkata, "aku sudah mendapatkan titik temu tentang penambahan cerita berdasarkan masalah keluarga di antara teman dalam drama ini, kau menambahkannya dengan sangat bagus. Kau sepertinya memliki pengalaman dan pengetahuan yang sangat dalam meskipun kau masih terlihat sangat muda. Waktu itu kau bilang kalau mengambil jurusan sastra korea, kan?" puji penulis skrip.
"Ya." Mae Ri mengangguk sopan dan tersenyum.
"Sepertinya sebuah posisi dalam bidang pengeditan sangat cocok untuknya." ucap Penulis skenario pada Jung In. "Dari pada menjadikannya hanya sebagai seorang asisten."
"Itu adalah satu kehormatan untukku bila ia menyetujui hal itu." Jawab Jung In seraya menatap Mae Ri
Mae Ri tersenyum senang, "tidak tidak, semua ini adalah kebanggaan untukku."
"Baiklah, dan mulailah dengan mengerjakan skripku dan aku akan segara menghubungimu." ucap Noona penulis skrip.
"Tentu, aku akan melakukan yang terbaik." ucap Mae Ri bersemangat.
"Ah, by the way, tolong beritahu aku tentang jadwal penyelenggaraan tentang pesta pembukaan untuk JL Entertaiment. Aku pasti akan datang." kata Noona penulis skrip pada Jung In.
"Ya, tentu kami akan memberitahukannya." jawab Jung In.
Mae Ri membungkuk sebagai salam perpisahan, Jung In mengantarkan penulis skrip.
Mae Ri tersenyum senang atas semua yang terjadi hari ini.
Mae Ri memasuki ruangannya dan tanpa sengaja ia mendengarkan pembicaraan Manager Lee An (yang juga merupakan mantan Manager Mu Gyul) dan Mu Gyul di telepon.
"Yah, Kang Mu Gyul. Apa kau punya bukti tentang pembayaran denda karena pembatalan kontrak saat itu. Kau sungguh naif. "
Mae Ri mendengarkan pembicaraan itu dengan cemas.
"Aku sudah membicarakan hal ini denganmu, bahwa aku juga tidak ingin semuanya akan berjalan seperti ini. Apa? Kau ingin tahu siapa yang menang?!"
Mae Ri datang ke tempat Mu Gyul, "Mu Gyul ah.. " ucap Mae Ri pelan. Mae Ri melihat ke sekeliling ruangan mencari Mu Gyul. "Kang Mu Gyul.."
"Ah.. kenapa aku jadi gugup seperti ini." ujar Mae Ri pada dirinya sendiri. Mae Ri duduk di sofa dan ia menemukan surat kontrak Mu Gyul. Surat itu berisi kontrak yang disepakati antara Mu Gyul dan manager Lee An.
"Apa ini?" kata Mae Ri seraya membuka lembaran surat kontrak itu. Walaupun tidak mengerti dengan benar isi dari surat kontrak itu, tapi Mae Ri rasa isi surat kontrak itu sangat mengerikan. "Ahhh. terlihat sangat menakutkan." Mae Ri pikir pasti surat kontrak ini ada hubungannya dengan pembicaraan yang tadi ia dengar, antara Mu Gyul dan Mangaer Lee An.
Mu Gyul ternyata sedang tidur, Mae Ri mengetahui Mu Gyul sudah terbangun, dan Mae Ri buru-buru menyembunyikan surat kontrak itu di dalam tasnya.
"Kau di sini?" tanya Mu Gyul seraya berdiri dan menghampiri Mae Ri.
"Ya." ucap Mae Ri.
Mu Gyul mengambil botol di meja dan meminumnya. Yaaaak, cara Mu Gyul minum dan di setiap tegukan Mu Gyul membuat Mae Ri terpesona, pipi Mae Ri langsung memerah.
"Yah, kenapa wajahmu jadi memerah seperti itu? Apa kau sedang demam?" tanya Mu Gyul.
Mae Ri gugup, "Aku akan segera pulang." ucapnya jadi salah tingkah.
"Belum waktunya, kau sudah ingin pulang." kata Mu Gyul.
"Ahhh.. Aku khawatir, kau akan tertular juga." jawab Mae Ri. "Aku pergi! Bye!" Mae Ri berlari ke luar rumah.
Pagi harinya, Mae Ri datang cepat ke kantor. Ia mengeluarkan surat kontrak milik Mu Gyul, Mae Ri sedikit bingung tentang surat kontrak itu, karena ia merasa sangat khawatir dengan Mu Gyul maka Mae Ri memutuskan untuk memberitahu tentang isi kontrak itu pada Jung In.
"Direktur Bang akan tiba hari ini." ucap Jung In. "Kita akan menyelesaikan beberapa projek lagi lain waktu."
"Ya, aku mengerti." ucap Mae Ri. "Direktur?"
"Ya?"
"Bisakah kau membantuku untuk memeriksa surat ini?" tanya Mae Ri seraya menyerahkan surat kontrak Mu Gyul.
Jung In menerima surat itu dan mulai membacanya sekilas, "Apa ini surat kontrak milik Kang Mu Gyul?"
"Aku tidak mengerti dengan baik mengenai isi kontrak itu, tapi sepertinya isi kontrak itu sanga menakutkan. Mu Gyul hanya peduli dengan musik, tanpa tahu tentang aturan-aturan yang seharusnya dalam menandatangi kontrak, jadi aku khawatir." ucap Mae Ri.
"Direktur, kepadatan jadwal seperti ini sangat sulit untuk Lee An dalam mengatur setiap kegiatannya yang sudah pasti. Dan kau tahu, sudah lebih dari 3 bulan tidak ada kegiatan sama sekali dalam schedule Lee An di drama produkis JL entertaiment. Aku khawatir, kami tidak bisa mengembalikan deposit yang telah diberikan kepada kita saat penandatanganan kontrak. Jadi, apa yang harus kita lakukan?" ucap Manager Lee An mencari-cari alasan, manager Lee An mengupayakan agar pihak Lee An dapat melepas tanggung jawabnya dari drama produksi Jung In tanpa mau membayar ganti rugi.
"Bicarakan tentang Mu Gyul terlebih dahulu." ujar Jung In seraya mengambil kontrak Mu Gyul dan menyerahkannya pada Manager Lee An. "Ini.. Kontrak milik Mu Gyul bukan?" tanya Jung In.
Manager Lee An tentu saja terkejut, "Bagaimana bisa ini?" tanyanya.
Jung In menatap tajam ke arah Manager Lee An, "Isi kontrak itu berisi tentang pembayaran sebesar 5.000.000 KWR untuk 10 tahun perjanjian. Memaksa mereka untuk tampil di berbagai pertunjukan, dan memberikan mereka 100 KRW untuk setiap album yang terjual, bukankah aku benar?" Jung In mulai berhasil menjatuhkan manager Lee An. "Sebuah trik klasik dalam pembuatan kontrak palsu yang sangat tidak adil."
Manager Lee An mencoba membela diri, "Direktur, Kang Mu Gyul itu benar-benar seorang pendatang baru."
"Apakah itu sebuah alasan yang benar, untuk menipu semua pendatang baru dengan menandatangani kontrak yang tidak benar? Apa perusahaanmu mengetahui tentang semua usahamu ini?"
"Direktur!"
"Cepat lepaskan Mu Gyul."
Akhirnya Manager Lee An menandatangi surat kontrak itu, berarti Manager Lee An sudah tidak memiliki kaitan apapun dengan Mu Gyul dan ia tidak bisa lagi memeras Mu Gyul.
"Direktur, karena kita sudah menyepakati kontrak antara Lee An dan JL Entertaiment, untuk itu biarlah semua masalah ini menjadi sebuah rahasia. Mohon rahasiakan ini dari perusahaanku, Lee An dan Seo Jun."
"Kau tidak perlu khawatir."
"Terimkasih, Direktur. Karena kau sudah membantuku. " Manager Lee An hendak segera pergi dari kantor Jung In,
Jung In berkata, "Ahh.. Dan bagaimana dengan masalah schedule Lee An?"
"Kau dapat mengandalkanku untuk semua hal itu." ucap Manager Lee An dengan pasti. "Aku akan membicarakan hal ini pada Lee An. Jangan khawatirkan hal itu, Direktur!"
Di tempat tinggal Mu Gyul, Mu Gyul sedang berbicara dengan manager Lee An di telepon dan Mae Ri mendengarkan pembicaraan Mu Gyul seraya menyapu lantai.
"Aku sangat tertarik dengan hal ini, tapi tidak lagi, aku sangat sibuk." ujar Manager Lee An, "Hal ini akan menjadi sangat sulit, jadi lebih baik kita berjalan masing-masing saja."
Sambungan terputus, Mu Gyul heran "Apa-apaan ini? Kenapa tiba-tiba dia mengatakan seperti itu?"
Mae Ri menghampiri Mu Gyul, ia sangat ingin tahu ada masalah apa sebenarnya.
"Apakah Direktur Bang sudah mulai menyerah?" tanya Mae Ri seraya mendekati Mu Gyul. "Haaa.. melegakan."
"Apa kau bilang, apa orang itu memberikan kesempatan untuku? Huh" tanya Mu Gyul.
"Apa kau berbicara dengan pria itu tentangku?" tanya Mu Gyul.
"Huh? Yah." ucap Mae Ri.
"Kenapa kau harus membicarakan tentang masalahku dengan pria itu?" ucap Mu Gyul dengan meninggikan suaranya.
"Aku melakukan ini, karena aku merasa sangat khawatir padamu." ujar Mae Ri membela diri.
"Lagipula, semuanya menjadi sangat melegakan. Disamping itu, pria itu, direktur maksudku juga terlihat seperti seorang yang sangat baik dan tentu saja dia punya kemampuan untuk melakukan apapun." ucap Mae Ri seraya kembali menyapu.
Mu Gyul kesal, ia langsung pergi.
Mae Ri yang sedang memunguti sampah memanggilnya, "Yah! Kau mau kemana?"
Ternyata Mu Gyul pergi untuk menemui Jung In. Mereka berbicara serius di kantor pribadi Jung In.
"Jangan menandatangi kontrak apapun mulai dari sekarang." ucap Jung In, Jung In berharap agar Mu Gyul tidak terjebak dengan kontrak palsu lagi.
"Apa kau berpikir bahwa aku menyesal dan kemudian aku harus menandatangani kontrakmu karena kau telah melakukan semua ini?" ujar Mu Gyul.
"Kenapa kau selalu merasa khawatir? Apa aku harus melakukan sesuatu agar kau dapat mempercayaiku?" tanya Jung In serius.
"Aku tidak pernah percaya dengan seseorang yang hanya memajang semua gitar mahal miliknya, dan hanya menjadikan gitar itu sebagai pajangan. " jawab Mu Gyul seraya memperhatikan gitar-gitar mahal yang dipajang di kantor Jung In.
Jung In pun melihat ke arah yang sama, melihat gitar-gitar mahal itu.
"Kau tidak bisa melakukan hal ini dan masih menyebut dirimu sendiri sebagai seorang musik direktur." ujar Mu Gyul seraya menatap tajam ke arah Jung In dan ia langsung pergi tanpa mengatakan apapun lagi.
Jung In berdiam diri, ia memikirkan apa yang baru saja Mu Gyul ucapkan.
Mu Gyul hendak menuju pintu keluar perusahaan, saat hendak menaiki lift Mu Gyul mendengar suara gitar yang dimainkan. Suara gitar itu berasal dari kantor pribadi Jung In. Mu Gyul menghentikan langkahnya, dan ia kembali berjalan ke arah kantor pribadi Jung In. Kyaaa... Jung In memainkan gitar dan dari kejauhan Mu Gyul memperhatikan Jung In.
Mu Gyul kembali berjalan menuju lift dan ia benar-benar meninggalkan kantor Jung In.
Jung In masih memainkan gitarnya, ia memainkan gitar dengan nada yang lembut tapi tiba-tiba tangannya terluka karena tergores senar gitar. Jung In merenungi sesuatu, entah apa itu.
Mu Gyul sampai di tempat tinggalnya, saat ia memainkan gitarnya ia teringat ibunya dan juga teringat Mae Ri. Mu Gyul teringat ibunya karena ibunya memang sangat membutuhkan uang sedangkan Mu Gyul mengingat Mae Ri karena semua bantuan yang sudah dilakukan Mae Ri untuknya. Dan kemudian ia juga teringat apa yang Jung in ucapkan tadi, "apa yang harus aku lakukan agar kau mempercayaiku?" ucap Jung In saat itu.
Di perusahaan milik Jung In, Mae Ri dan Jung In berjalan beriringan.
"Aku sangat berterima kasih kepadamu karena kau telah membantu Mu Gyul." ucap Mae Ri.
"Sama-sama. Tapi sepertinya Mu Gyul masih tidak mempercayaiku." jawab jung In.
"Dan, apa yang akan terjadi selanjutnya dengan perjanjian kontrak dengan Mu Gyul?" tanya Mae Ri.
"Aku pikir ini akan menjadi hal yang sangat sulit bila berkaitan dengan kontrak." Jawab Jung In.
"Haruskah aku membicarakan hal itu dengannya lagi?" tanya Mae Ri cemas.
Jung In menggelengkan kepalanya, "Aku khawatir, ia tidak akan merubah keputusannya."
Mae Ri dan Jung In sampai di depan lift, belum sempat Mae Ri menekan tombol lift, pintu lift sudah terbuka, dan Yaaak.. Mu Gyul ada di hadapan mereka sekarang.
Mu Gyul datang untuk menandatangani kontrak. "Aku datang ke sini untuk menandatangi kontrak." ucap Mu Gyul.
"Mu Gyul Ah" Mae Ri terkejut. Jung In tersenyum tipis mendengar pernyataan Mu Gyul.
Di kantor Jung In, Mu Gyul dan Jung In kembali berbicara tapi dengan atmosphere yang berbeda, mereka terlihat sedikit lebih bersahabat.
"Sesuai yang tertulis di kontrak ini, kau akan memproduseri dirimu sendiri. Dan kau memiliki hak penuh pada OST dan semua komposisi musik yang ada di dalamnya. Sedangkan untuk masalah rekaman, itu adalah tanggung jawabku. " Jung In menjelaskan isi kontrak.
Mu Gyul mengambil kontrak itu dan kemudian membacanya.
"Hal apa yang merubah keputusanmu?" tanya Jung In.
"Yah, bicara tentang keingintahuanku yang besar?" jawab Jung In seraya berjalan ke arah gitar-gitar mahal yang terpajang di depannya. "Bagian gitar-gitar ini mungkin terlihat tidak seperti dekorasi yang sebenarnya. Ah, aku punya satu syarat."
"Katakanlah." ucap Jung In.
"Aku ingin kontrak ini berakhir bertepatan dengan berakhirnya 100 hari ketetapan pernikahan yang telah kau buat bersama Mae Ri." ujar Mu Gyul.
"Adakah alasan tertentu mengenai hal itu?" tanya Jung In.
"Karena aku mungkin hanya akan mempercayaimu dalam hal musik. Tapi, kepercayaanku yang lain terhadapmu tidak ada selain itu." Mu Gyul tersenyum sinis.
"Benar, aku juga merasakan hal itu. Aku juga menerimamu hanya sebagai seorang musisi, tapi aku tidak bisa mengatakan hal yang sama terhadap hubunganmu dengan Mae Ri. Biarkan kita saja yang mengetahui tentang hal ini, jadikan hal ini sebagai sebuah rahasia saat di kantor. Karena hal ini akan membuat Mae Ri menjadi tidak nyaman, jika mengetahui hal yang sebenarnya." ujar Jung In.
"Aku setuju dengan hal itu, ini juga akan menjadi sesuatu yang tidak nyaman diantara kita." ujar Mu Gyul.
Mereka berusaha untuk saling mempertahankan dirinya masing-masing.
"Jadi pekerjaan kita dan mengenai hubungan kita dengan Mae Ri hanya tinggal 77 hari lagi." ujar Jung In.
Di sebuah kedai makanan, Mu Gyul berkumpul bersama teman-temannya. Teman-teman Mu Gyul berkata yang macam-macam, tapi Mu Gyul hanya diam.
"Jadi, orang bodoh itu adalah suami resmi Mae Ri? Kenapa kau tidak mengatakan hal itu sebelumnya?"
"Yah, aku tahu bahwa pria itu benar-benar bodoh. Yah, Kang Mu Gyul, kau tidak boleh kalah. Kerjakan dengan baik dan pastikan Mae Ri tetap bersamamu."
"Pergi ke kantornya dan sapu lantai kantor itu dengan menggunakan pria itu."
"Atau apa kita juga harus pergi ke sana dan berkata "Hey, tuan bodoh." agar semua orang mendengar?"
"Kau tidak bisa melakukan hal ini, tidak ada seorang pun di kantor yang mengetahui tentang hal ini." ujar Mu Gyul.
"Yah, karena kami sudah mengetahui semuanya, jujurlah. Kau tidak pernah berpikir kalau Mae Ri itu sebagai seorang perempuan kan?" tanya teman Mu Gyul.
"Sebagai seorang perempuan?" Mu Gyul berpikir, lalu mengangguk-angguk. "Yah, sepertinya akhir-akhir ini perasaanku terhadapnya sedikit berbeda dari hari-hari kemarin."
"Yah, benarkah?"
Mu Gyul mengangguk-angguk, berkata seraya berpikir... "Dia mengingatkanku pada ibuku." ucap Mu Gyul.
"Ibumu?!"
"Maksudmu, kau merasa dia sudah seperti ibumu?"
"Permainan berakhir sekarang."
"Yah, ini tidak seperti yang kau pikirkan." ucap Mu Gyul meyakinkan kalau memang tidak terjadi apa-apa antara dirinya dan Mae Ri. "Aku bahkan tidak menganggapnya sebagai seorang perempuan."
Ponsel Mu Gyul berdering, ia mendapat telepon dari ibunya.
"Hallo? Oh, Ibu." Karena teman-teman Mu Gyul ribut, Mu Gyul pergi keluar untuk menerima telepon dari ibunya.
"Bu, apa kau sudah mengecek rekeningmu?" tanya Mu Gyul.
"Aku kembali berhubungan dengan pria itu, jadi aku tidak perlu membayar semua hutang-hutangku lagi." ucap Ibu Mu Gyul.
Mu Gyul menghela nafas, semua yang ia lakukan sekarang sia-sia, alasan utama ia menandatangi kontrak selain karena Mae Ri juga karena ibunya yang sangat membutuhkan uang untuk membayar hutang-hutang.
"Kenapa kau tidak katakan itu sebelumnya, ibu?" tanya Mu Gyul.
"Tidak terpikir olehku lagi. Aku pikir kau tidak akan mendapatkan uang sebanyak itu." ucap Ibu Mu Gyul.
"Kau bercanda?"
"Jangan marah, maafkan aku."
Mae Ri melihat Mu Gyul sedang menelpon, Mae Ri menghampiri Mu Gyul.
Mu Gyul mematikan handphonenya, saat Mu Gyul berbalik ia melihat Mae Ri.
"Kapan kau datang?" ucap Mu Gyul datar.
"Baru saja." jawab Mae Ri. "Apa kau baru saja berbicara dengan ibumu? Apa ada hal yang terjadi lagi?" tanya Mae Ri.
"Dia bilang, dia tidak membutuhkan uang lagi." ungkap Mu Gyul seraya duduk dan Mu Gyul menunduk.
"Kau pasti sangat kesulitan karena perbuatan ibu kandungmu." kata Mae Ri ikut prihatin.
Mu Gyul tertawa kecil, "Yah, ayahmu juga lebih buruk."
Dan mereka menghela nafas secara bersamaan.. Kompakan. Lalu sama-sama menunduk di waktu yang sama.. X)
"Ah, iya. Terimakasih telah membantuku dalam penyusunan kontrak." ucap Mu Gyul.
"Apakah itu artinya kau akan melakukan apa yang direktur Bang katakan?" tanya Mae Ri semangat.
Mu Gyul mengangguk, "Yeah."
"Yah, Noona ini sungguh bisa melakukan hal yang terbaik, bukan?" Mae Ri tersenyum, ia merasa semua yang telah ia lakukan tidak sia-sia.
Mu Gyul tertawa, karena gemas Mu Gyul menggoyang-goyangkan kepala Mae Ri seraya berkata, "Noona.. aku.."
"Hentikan" ucap Mae Ri. Ia merapikan bagian rambutnya.
"Aku rasa kita benar-benar sudah menjadi saudara kandung, huh?" ucap Mu Gyul seraya mencubit gemas pipi Mae Ri. Hhihii.. Unnie cute sekali. Oppa Unnie, chemistry kalian sangat mengagumkan. ^ ^
Mae Ri gugup ia langsung melepaskan paksa cubitan Mu Gyul, "kenapa kau seperti itu?" tanya Mae Ri gugup.
"Apa ini? Kau jadi gugup seperti ini hanya karena satu ciuman saat itu?" tanya Mu Gyul.
"Tentu saja, jadi, jangan coba-coba meremehkanku." jawab Mae Ri seraya berlari pergi.
Teman-teman Mu Gyul sedang makan bersama di sebuah restaurant, ada Seo Jun juga di sana.
"Haruskah aku menelponnya?"
"Ya, telepon saja dia."
Mereka sedang menunggu Mu Gyul.
Mae Ri dan Mu Gyul datang ke restaurant itu secara bersamaan.
"Oh, kau di sini." sapa teman-teman Mu Gyul.
"Oh, Hi." Mae Ri membungkuk memberi salam. "Oh, Seo Jun." Mae Ri meliha Seo Jun, teman-teman Mu Gyul yang lain gugup.
"Apa yang kau lakukan di sini Mae Ri?" tanya Seo Jun.
Mae Ri bingung harus menjawab apa, tapi Mu Gyul segera menjawabnya, "Oh, dia adalah penggemar kami. Ayo duduk." Mu Gyul memegang pundak Mae Ri dan mereka duduk satu jajar dengan Seo Jun.
Yang lain ikut mendukung, "Oh, dia? Ya, benar, dia seorang penggemar. Duduk.. Duduk.."
"Yah, Kang Mu Gyul, kau selalu menolak setiap kali aku membujukmu untuk menandatangani kontrak sebelumnya." ucap Seo Jun, yah, sudah berkali-kali Seo Jun membujuk Mu Gyul tapi tidak satupun bujukannya yang mendorong Mu Gyul untuk menandatangi kontrak. Tapi, tiba-tiba saja Mu Gyul menandatangani kontrak itu tanpa sepengetahuan Seo Jun.
"Ini cukup mengejutkan mengetahui kalau kau adalah penggemar dari perfeck Mu Gyul." ucap Seo Jun pada Mae Ri, nama bandnya Mu Gyul itu perfeck Mu Gyul (baru nyadar.) "Apa lagu yang paling kau sukai?"
"Take care, my bus." ucap Mae Ri. Mae Ri meralat ucapannya, judul yang benarnya adalah "My Bus."
"Apa ini? Sepertinya kau hanya tertarik pada ketampanan Mu Gyul saja." ujar Seo Jun.
"Tentu tidak." jawab Mae Ri. "Bagaimana kalian bisa saling kenal satu sama lain?" tanya Mae Ri.
"Cinta. Paling tidak itu dulu.. Sekarang kami hanya teman." ucap Seo Jun seraya merangkul pundak Mu Gyul.
Mu Gyul menuangkan minuman pada Seo Jun, "Selamat minum."
Seo Jun meminum minumannya, kemudian Mu Gyul menyuapinya sup. Mu Gyul tidak minum, karena ia harus bekerja sampai larut untuk menyelesaikan musiknya.
Mae Ri cemburu melihat keakraban mereka.
Mae Ri, Mu Gyul, Seo Jun dan semua teman-temannya keluar dari restaurant. Seperti biasa, teman-teman Mu Gyul ribut.
"Yah, Mu Gyul, itu sangat bagus!"
"Ahh.. aku sangat kenyang."
"Yah, Mu Gyul, terimakasih sudah mentraktir kami."
"Oh, benar-benar sangat menyenangkan."
"Ayo kita pergi bersama, Wi Mae Ri." ajak Seo Jun.
"Ah, aku sudah telat. Aku harus pergi sekarang." jawab Mae Ri.
Teman-teman Mu Gyul yang lain ikut berkomentar.
"Jangan seperti itu. Ikutlah dengan kami."
"Yah, ayolah noona."
Mae Ri membungkuk mengucapkan salam, "Selamat malam."
Mu Gyul terus memperhatikan Mae Ri dan langsung mengejarnya, ia berkata pada Seo Jun dan teman-temannya, "Aku akan pulang duluan, juga."
"Oh, okay. Selamat malam, hyung!"sapa yang lain.
Teman-teman Mu Gyul berjalan lebih dahulu dan meninggalkan Seo Jun.
Seo Jun terdiam dan terus melihat ke arah Mae Ri dan Mu Gyul yang berjalan beriringan.
"Hey, mampir sebentarlah ke tempatku, ada sesuatu yang perlu aku tunjukkan padamu." ucap Mu Gyul pada Mae Ri.
"Sesuatu yang harus dikatakan padaku?" tanya Mae Ri. Mu Gyul berlari mendahului.
"Tunggu aku." ucap Mae Ri seraya berlari.
Di tempat tinggal Mu Gyul, Mae Ri dan Mu Gyul saling bertatapan,
"Jangan pergi, aku tidak ingin kita berpisah seperti ini." ucap Mu Gyul dengan masih menatap dalam ke arah Mae Ri.
Mae Ri membalas tatapan mata itu dan berkata, "lupakan! Semua sudah berakhir."
Ternyata mereka sedang latihan menjadi pemeran utama di skrip wonderful day, hahaaa.. Mu Gyul harus benar-benar bisa menghayati alur cerita di drama itu agar pembuatan ost nya pun juga sesuai dan menyentuh.
"Pemikiran tentang bertanggung jawab pada seseorang membuatku takut, itulah kenapa aku sangat takut untuk menikah. Bagaimanapun juga.. Hidup sendiri setelah putus denganmu, semakin.. semakin membuat ku takut." Mu Gyul menghentikan dialognya ia merasa kalau percakapan itu konyol, "Uhh.. Ini sangat konyol. Aku tidak bisa melakukan hal ini." jawab Mu Gyul, Mu Gyul langsung merebahkan diri ke atas sofa, ia memeluk kedua kakinya.
"Yah, ini adalah adegan yang paling penting." ujar Mae Ri menunjukkan skrip drama itu.
"Lihat, pemeran utama menceritakan kepada pemeran utama perempuan, kalau ia sangat takut bila kehilangannya, dan backsound pertengahan untuk scene ini harus lebih mewakili perasaan kedua pemeran utama itu, "
Mae Ri bicara dengan nada puitis, "Dia meminta pemeran utama perempuan untuk menjadi bagian dari keluarganya dan kamera akan mengambil gambar wajah Mo Ne yang terkejut secara close up.. Ta-Taaaan! Lagu utama mulai dimainkan. Dan di pertengahan lagu ini, para pemeran utama saling bertatapan dengan penuh kasih dan lembut dan.. kiss.."
Mu Gyul memperhatikan Mae Ri dan berpikir, (ekspresi oppa buat saya ngakak.)
"Apa kau mengerti?" tanya Mae Ri.
"Ahh aku tidak tahulah. Drama ini benar-benar kekanak-kanakan." jawab Mu Gyul.
"Yah, kau bisa berkata seperti itu karena kau tidak pernah menonton drama. Tapi, kalau kau ingin membuat musik untuk sebuah drama, kau harus mengerti dengan benar emosi yang terdapat di drama itu." Mae Ri menepuk-nepuk dadanya, berusaha meyakinkan Mu Gyul.
"Jadi harus bagaimana?" tanya Mu Gyul seraya bangun dari tidurnya, kemudian mengambil skrip dan membacanya.
Mu Gyul membaca skrip itu dengan kesungguhan hati XP "Aku mohon, jadilah keluargaku." Mu Gyul memanyunkan bibirnya, ia hendak memerankan adegan ciuman yang ada di skrip itu.
Mae Ri gugup ia berteriak, "Apa yang kau lakukan?!"
"Kau bilang kalau ada adegan kiss di skrip itu! Aku hanya ingin mendapatkan perasaan yang tepat untuk pembuatan lagu." ucap Mu Gyul.
"Kau membuatku takut." ucap Mae Ri.
Mu Gyul kembali menggoda Mae Ri, "Yah, Apa kau menyukaiku?"
"Kenapa aku harus menyukaimu?" jawab Mae Ri. "Sangat bodoh."
"Aku mengencani seseorang tidak lebih dari sebulan. Kalau kau terus seperti ini, kita tidak akan bisa melanjutkan kontrak kita." ucap Mu Gyul.
"Jangan khawatir, aku tidak akan menyukaimu. Seharusnya kau yang harus berhati-hati, jangan jatuh cinta kepadaku saat kau dan Jung In berseteru. Kau akhir-akhir ini terlihat lebih pencemburu." ujar Mae RI.
"Yah, kapan aku seperti itu? Lagi pula.. Apa kau benar-benar berpikir kalau aku akan benar-benar jatuh cinta padamu?" tanya Mu Gyul dengan nada meledek.
"Aku mengerti. Apa yang kau dilakukan di sana?" tanya Mae Ri yang melihat Mu Gyul sedang merawat rambutnya, Mu Gyul memakai condisionare untuk rambut kemudian menutup rambutnya dengan plastik penutup kepala.
Mu Gyul menutupi kepalanya dengan penutup kepala, "Apa kau tidak tahu, rambutku ini adalah aset terbesarku dan ini merupakan segalanya bagiku. Aku harus melindunginya."
Mae Ri menggelengkan kepala, "You are so gay!" ucap Mae Ri seraya tertawa meledek.
Mu Gyul tersenyum, "Itulah kenapa, aku sudah bilang padamu untuk tidak jatuh cinta padaku."
Mae Ri hanya terdiam.
Disebuah restaurant tempat sahabat Mae Ri bekerja, Mae Ri duduk merenung dan menatap kosong ke luar jendela. Kedua sahabatnya datang, "Wi Mae Ri..." panggil mereka. "Jadi, pria mana yang kau pilih diantara dua orang itu?"
"Apa?" tanya Mae Ri.
"Sudah sedari tadi kau duduk merenung seperti itu. Jadi, sudah tidak diragukan lagi, Kau sedang jatuh cintakan?" tebak So Ra.
"Tidak, bukan seperti itu." ucap Mae Ri segera menyangkal.
"Apa maksudmu? Ini sudah lebih dari 1 bulan, jadi bagaimana perasaanmu akhir-akhir ini terhadap mereka?"
"Ayolah, ceritakan pada kami."
"Yah, sejak aku bekerja di perusahaan, aku rasa Jung In adalah tipe pria yang baik." ungkap Mae Ri.
"Apa... Apakah itu artinya kau jatuh cinta pada Direktur Jung In?"
"Apa yang kau katakan? Aku hanya menilainya secara objektive. Aku benar-benar tidak punya perasaan khusus padanya." jawab Mae Ri berusaha agar kedua sahabatnya tidak salah sangka.
"Bagaimana tentang Kang Mu Gyul?"
"Mu Gyul? Aku rasa jadi tampak aneh sekarang, akhir-akhir ini aku merasa tidak nyaman setiap kali sendirian." jawab Mae Ri.
Kedua sahabatnya langsung terkejut, "Apa?! Jadi kau sedang jatuh cinta pada Kang Mu Gyul?!"
"Yah, tentu saja tidak! Aku sudah cukup gila bila jatuh cinta padanya." ujar Mae Ri.
"Apa-apaan ini? Kau benar-benar hampir membunuhku, ini sangat mengganggu, bagaimana bisa ada kemajuan dari seseorang yang belum pernah berpacaran sebelumnya?!"
"Benar. Benar. Satu gadis dua pria, tapi tidak tertarik dengan keduanya."
"Apa? Bukankah benar seperti itu, tidak ada ketertarikan pada ke dua pria itu. Yah, sudahlah segera menikah saja dengan Jung In."
Di restaurant baru milik ayah Mae Ri. Ramai sekali pengunjung yang datang ke tempat itu. Yah, rencananya restaurant ini akan diberikan oleh Ayah Jung In untuk ayah Mae Ri, sebagai imbalan atas kerja keras ayah Mae Ri untuk memisahkan antara Mu Gyul dan Mae Ri.
"Ah, tapi, apa yang kita lakukan di sini, hyung?" tanya Ayah mae Ri.
"Ini milikmu. Jadi, bekerja keraslah mulai dari sekarang." ucap Ayah Jung In.
Ayah Mae Ri terkejut. "Ah! Maksudmu, kau memberikan aku sebuah restaurant? Bagaimana kaku bisa tahu kalau aku sangat mahir membuat dukkboki, hyung?"
"Kau sudah melakukan kerja yang baik, karena sudah memisahkan antara pria itu dengan Mae Ri. Jadi, aku memberikan semua ini sebagai imbalan karena kau sudah bekerja keras." jelas Ayah Jung in.
Ayah Mae Ri tampak gugup, sebenarnya ia juga belum berhasil memisahkan antara Mu Gyul dengan Mae Ri. "Ahhh.. Tentu Hyung. Maksudku presiden." ucap Ayah Mae Ri mencoba untuk menutupi rasa gugupnya.
"Kenapa? Apa ada yang salah?" tanya Ayah Jung In yang melihat Ayah Mae Ri tampak gugup.
"Ah, tidak sama sekali. Semuanya sudah terkendali dengan baik. Whoaa restaurant ini sungguh sangat bagus." ucap Ayah mae Ri.
Mu Gyul dan bandnya sedang berlatih di studio perusahaan Jung in. Mu Gyul mencoba memainkan gitar dan yang lain pun ikut memainkan peralatan yang tersedia. Teman-teman Mu Gyul sangat terkagum-kagum pada semua alat musik mahal yang tersedia di studio itu.
"Sangat mengagumkan. Drum-drum ini berteriak, memintaku untuk segera memainkannya."
"Whoaa. Apa kita akan benar-benar menggunakan semua instrumen ini dalam pembuatan album kita?"
"Yaaah.. Gitar ini benar-benar asli. Huh? Aku melihat bahwa tanganku akan terbakar bila memainkannya."
"Yah, Mu Gyul. Terima kasih karena kau sudah membantuku hidup seperti ini." Ketiga teman Mu Gyul menghampiri Mu Gyul.
"Ah, terimkasih banyak! Aku kira, aku akan segera menangis."
"Kita akan merekam album kita di tempat ini. "
Mu Gyul tidak berkata apa-apa.
Jung In datang. "Aku harap kalian merasa puas dengan semua instrumen alat musik yang telah disediakan."
"Ah, ya."
"Kalian juga dapat menggunakan semua instrumen alat musik yang tersedia di studio ini saat kalian pentas di luar perusahaan. Dan, aku mohon, beritahu aku jika kalian memerlukan hal yang lain." ujar Jung In.
Yang lain mengangguk.
"Aku akan berusaha semampuku untuk membantuku kalian. Dan aku harap kalian bisa menerima sebagai anggota yang kelima di grup perfeck Mu Gyul kalian." Ujar Jung In, agar semua terkendali Jung In harus menjadi bagian dari grup Mu Gyul. "Tidak hanya menjadi manager, tapi menjadi bagian dari band kalian."
Mu Gyul tidak berbicara apa-apa, ia hanya fokus pada gitarnya.
"Ah, ya. Mari bekerja sama." ucap teman Mu Gyul.
Asisten Jung In datang untuk memberitahukan gosip yang terjadi antara Lee An dan Seo Jun. Gosip itu sekarang sudah melebar luas di internet.
"Direktur, bisa berbicara sebentar?" tanya asisten Jung In.
"Maaf, aku harus permisi untuk pergi." ucap Jung In pada mu gyul dan kawan-kawan.
Asisten Jung In menunjukkan artikel yang beredar luas itu, "Artikel ini baru saja publish."
Bintang Wonderful Day, Lee An dan Seo Jun, diberitakan berkencan bersama saat merayakan ulang tahun Seo Jun.
Seo Jun dan Lee An juga membicarakan tentang artikel itu di mobil milik Seo Jun.
"Apa yang ingin kau katakan? Cepat dan katakan." ujar Seo Jun.
"Karena rumor tersebut sudah terlanjur tersebar. Kenapa kita tidak berpacaran saja?" ucap Lee An.
"Itu hanya article buatan fans saja, jangan khawatir dengan hal itu dan berkonsentrasilah pada projek drama ini." jawab Seo jun yang menganggap tidak penting berita tentang dirinya dan Lee An.
"Yah, Wonderful Day akan segera jatuh dengan cepat. Ini sudah berakhir, jadi menyerahlah." kata Lee An.
Bersambung.. Sinopsis Marry Me, Mary! / Mary Stayed Out All Night episode 6 part 2
source : recap_kadorama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar