Jumat, 17 Desember 2010

Sinopsis Marry Me, Mary! / Mary Stayed Out All Night episode 8 part 1


Mae Ri mengungkapkan segalanya. Semuanya merasa terkejut, ternyata selama ini pernikahan Mae Ri dan Mu Gyul hanya sebuah pernikahan palsu. Seo Jun yang mendengar hal itu, langsung keluar dari tempat tinggal Mu Gyul, Jung In mengikutinya.






Seo Jun memegangi kepalanya yang sakit.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Jung In.
"Kepalaku sakit." jawab Seo Jun.
"Aku akan mengantarkanmu pulang." ucap Jung In, Jung In menarik lengan Seo Jun, tapi Seo Jun langsung menghempas dengan kasar tangan Jung In.
"Tidak perlu." ucap Seo Jun. "Aku hanya ingin sendiri sekarang. Semua tentang Kang Mu Gyul dan Wi Mae Ri benar-benar tidak masuk diakal." ujar Seo Jun. Ia berlari pergi meninggalkan Jung In.



Ayah Mae Ri menggandeng Mae Ri keluar dari rumah Mu Gyul, Ayah Jung In mengikuti mereka.
"Menantu Jung In, Ada apa sebenarnya? Apa kau sudah mengetahui tentang hal ini sebelumnya?" tanya Ayah mae Ri pada Jung In.
"Kau pasti merasa sangat kecewa mengenai hal itu, tapi aku akan menjelaskan segalanya padamu..." belum sempat Jung In melanjutkan perkataanya, Ayah Jung In langsung menampar Jung In.
"Ahjussi." Mae Ri terkejut.





"Jangan hyung." Ayah Mae Ri mencoba menenangkan Ayah Jung In. "Kendalikan emosimu."
Ayah Jung In langsung menuju ke mobil, diikuti oleh Ayah Mae Ri dan Mae Ri.
"Mae Ri, ayo cepat." ucap Ayah Mae Ri.
Jung In terdiam, ia juga benar-benar shock dengan tamparan ayahnya tadi.


Tinggal 51 hari lagi, perjanjian 100 hari kesepakatan antara Mae Ri dan keluarga Jung In akan berakhir.


Ayah Mae Ri dan Ayah Jung In membicarakan tentang rencana pernikahan Mae Ri dan Jung In yang akan dimajukan. Mereka membicarakan hal itu di ruang tamu.
"Sekarang kontrak itu tidak akan berjalan lama lagi, tidak perlu menunggu waktu yang lama lagi." ucap Ayah Mae Ri.
"Kau benar, kita akan melangsungkan acara pertunangan dalam waktu waktu yang dekat ini." jawab Ayah Jung In seraya menyeruput minumannya.
"Yeah, aku juga berpikir seperti itu. Aku berencana unuk mempercepat proses perniakhan, tapi sepertinya perasaan Mae Ri masih belum membaik akhir-akhir ini. Jadi mungkin kita harus memberikannya waktu untuk menenangkan dirinya sendiri sebelum berlangsungya pernikahan." Ayah Mae Ri mengutarakan pendapatnya.



Ayah Jung In mengangguk setuju. "Benar, meskipun kejadian kemarin adalah kejadian yang sangat mengejutkan.. Tapi, untungnya semua dapat kembali berjalan normal seperti yang telah direncanakan sebelumnya. Mereka berdua tidak benar-benar menikah karena cinta."
"Memang, hyung." timpal Ayah mae Rii.
"Mae Ri sangat menyesali perbuatan dan kesalahannya, dan sekarang ia sudah mulai bisa untuk menerima pertunangan itu" ucap ayah Mae Ri.
"Bagus.." Ayah Jung In merasa senang dengan pernyataan Ayah mae Ri. "Untuk hal itu, biarkahlah hal itu menjadi masalalu dan biarlah sekarang kita memikirkan untuk persiapan pertunangan dan pernikahan."
"Ay. ya.." jawab Ayah Mae Ri, ia merasa bangga dapat diistemawakan oleh Ayah Jung In.



Asisten rumah tangga datang, ia membawa beberapa berisi sebuah laporan proposal mengenai perubahan jadwal yang teradi. Laporan itu langsung diberikan kepada Ayah Jung In.
"Mr. President. Aku membawakan dokumen ini." kata Asisten itu dengan ramah, kelewat ramah malah.. haha...
"Apa kau sudah membuat beberapa kemajuan mengenai pekerjaan yang aku percayakan padamu? tanya Ayah Jung In."
"Ya presiden." jawab asisten itu dengan pasti.
"Ini, mohon dipertimbangkan dan dikoreksi." Asisten itu menyerakan beberapa dokumen pada Ayah Mae Ri dan Ayah Jung In.


Ayah Mae Ri membaca judul dokumen proposal itu, "taacara menjadi seorang menantu."
"Seorang pengantin perlu mengetahui dengan benar perannya nanti setelah menikah, pembekalan pendidikan tersebut haru diberikan sebelum pernikahan di langsungkan." ucap Asisten.
"Tingkah laku, bahasa asing dan kemampuan memasak.." Ayah mae Ri mengangguk-angguk menyetujui isi proposal itu.
"Mae Ri sudah memiliki dasar untuk menjadi seorang menantu yang baik. Jadi, aku mohon untuk tidak terlalu keras padanya saat kau mengajarkan semuanya itu." Ayah Jung In menyarankan pada Asisten untuk memperlakukan Mae Ri dengan istimewa.
Asisten rumah tangga itu mengangguk mengerti dan berkata, "Tentu saja tuan."
"Kehilangan ibunya saat umurnya masih sangat muda, aku khawatir ia tidak bisa menjadi menantu yang baik. Tapi, sepertinya semua ini bisa sangat membantunya." ucap Ayah Mae Ri, ia sangat menyetujui semua hal yang tertera di dokumen itu. "Aku benar-benar berterimakasih padamu hyung.. mae Ri kita.. akan benar-benar menjadi satu keluarga.." Ayah Mae Ri tertawa senang dengan pernyataannya sendiri.
"Benar.." Ayah Jung In. mengangguk menyetujui perkataan Ayah Mae RI.





Di tempat tinggal Mu Gyul, keadaan kesehatan Mu Gyul sudah mulai agak membaik. Ia kembali mengerjakan projek musiknya. Mu Gyul memikirkan tentang hal yang baru saja terjadi, mengenai pengakuan Mae Ri tentang pernikahan palsu mereka. Mu Gyul mengambil botol mineral di dalam kulkas, tumpukan kimchi yang ada di dalam kulkas itu mengingatkan Mu Gyul pada Mae Ri. Mu Gyul kembali teringat saat ia menyuapi kimchi pada Mae Ri. Mu Gyul berusaha melupakan hal itu, ia melihat kesekeliling. Ruangannya sangat berantakan, Mu Gyul merapikan ruangannya. Ia menyapu dan memunguti sampah kertas yang berceceran di lantai.

Jung In berada di ruang studio, ia sedang mendengarkan demo lagu buatan Mu Gyul. Kemudian manager Lee An datang, "Direktur! Aku sudah mempunyai beberapa kandidat band indie sebagai musik direktur drama kita." ucap manager Lee An, ia pikir, Jung In akan benar-benar memutus kontraknya dengan Mu Gyul. "Ahh. Kang Mu Gyul benar-benar tidak bertanggung jawab! Dia langsung pergi begitu saja setelah menjadi artis sesaat saat pesta kemarin."




"Pemutusan hubungan kontrak dengan Mu Gyul, itu hanya sebuah issue." ucap Jung In, ia tidak terlalu memperdulikan perkataan asisten Lee An.
Asisten lee An merasa tidak senang mendengar hal itu, "Ahh.. benarkah? Ah, iya.. direktur.. Seo Jun membuat scandal baru lagi."
"Semua scandalnya sudah diklarifikasi oleh staff perusahaan kami." ucap Jung In.
"Scandal itu menjadi tambah rumit sekarang Direktur. Lihat ini.." Manager Lee An memperlihatkan postingan yang berisi scandal antara Seo Jun dan Lee An. "Aku akan mencoba untuk membereskan masalah ini. Karena aku merasa sangat khawatir, bila efeknya akan terkena pada Lee An. Pertama aku akan menyuruh beberapa reporter untuk pengklarifikasian mengenai berita ini.."
Jung In kembali tidak memperdulikan semua perkataan Manager Lee An, "Aku pikir semua hal itu tidak akan membantu." jawab Jung In, ia pergi meninggalkan Manager Lee An begitu saja.


Di tempat kebugaran, Seo Jun berlari dengan cepat. Seo Jun berusaha tidak mempedulikan semua orang yang berada di tempat itu yang memperhatikannya. Orang-orang yang juga berolahraga di tempat itu mulai membicarakan mengenai scandal Seo Jun yang sudah tersebar luas di internet. Mereka membicarakan dan mengejek Seo jun karena scandal itu.

Seo Jun menghentikan aktifitas olah raganya, ia meninggalkan tempat itu menuju ruang tunggu. Jung In menghampiri Seo Jun yang tengah duduk, Jung In membawakan headphone milik Seo Jun dan memberikan minum padanya. Seo jun memperhatikan Jung In, ia mengambil air mineral itu dan meminumnya.


"Aku baik-baik saja. Ini bukan pertama kalinya aku terlibat masalah seperti itu." jawab Seo Jun seraya membersihkan keringatnya dengan handuk. "Aku tidak terlalu peduli dengan semua tanggapan orang-orang."
"Tidak menyerang balik sebuah perlawanan adalah sifatmu bukan?" tanya Jung In.
"Aku hanya tidak suka mengganggu, itu saja." jawab Seo Jun.
"Aku pikir, kita harus benar-benar bertindak sekarang. Aku akan menyuruh pihak kepolisian untuk mengusut tuntas masalah ini dan mencari pelaku penyebaran berita buruk tentangmu yang tersebar di internet." ucap Jung In.
"Aku pikir itu tidak akan banyak membantu." jawab Seo Jun. "Ahh ya? Bagaimana selanjutnya dengan Mu Gyul?"



Mae Ri menuliskan sebuah pesan untuk Mu Gyul,
Maafkan aku karena sudah melibatkanmu sampai sejauh ini, sekarang kau harus kehilangan pekerjaanmu karena aku. Semuanya benar-benar sangat membingungkan..


Mae Ri berhenti mengetik pesannya, dan kemudian ia langsung menghapus pesan itu. Mae Ri menuliskan pesan yang baru..

Apa kau baik-baik saja? Aku belum berterimakasih padamu tentang semua yang sudah kau lakukan padaku selama ini, maafkan aku untuk semua itu. Besok, aku akan...


Lagi-lagi, Mae Ri berhenti mengetik. Mae Ri benar-benar bingung, lebih tepat, ia tengah merindukan Mu Gyul. Mae Ri menulis pesan itu untuk meminta maaf pada Mu Gyul dan memberitahukannya bahwa besok ia akan melakukan pertunangan dengan Jung In. Tapi, Mae Ri mengurungkan niatnya untuk menulis pesan itu.



Mae Ri sedang berada di butik khusus pengantin sekarang, ia bersama kedua sahabatnya sedang mencocokkan gaun yang akan dipakai Mae Ri di acara pertunangannya nanti.

"Mae Ri, lihat ini sungguh sangat cantik?" Ji hye menunjukkan gaun pilihannya.
"Mae Ri, benar. Gaun ini sagnat cantik. Cobalah? Kau pasti sangat cantik saat memakainya."
Mae Ri hanya tersenyum tipis menanggapi perkataan kedua sahabatnya itu. Kedua sahabat Mae Ri melihat kemurungan yang terjadi pada Mae Ri, mereka jadi sangat mengkhawatirkan Mae Ri.



Mereka memberi semangat pada Mae Ri.
"Yah, semuanya akan baik-baik saja, kuatkan saja hatimu dan segera melakukan pernikahan ini. Kau tidak akan lagi mendapatkan kesempatan seperti ini dalam hidup, kalau kau sampai kembali menolak pernikahan ini."
"Kau sudah mendapat jackpot."
"Benar."
"Dan kau juga tidak lagi dipaksa untuk menikahi orang yang tidak kau sukai, bukankah waktu itu kau mengatakan kalau Direktur bukan orang jahat?"






Jung In datang, Jung In dan Mae Ri mencoba pakaian mereka masing-masing. Jung In menggunakan setelan jas, sedangkan Mae Ri menggunakan gaun coklat pilihan temannya. Mereka berfoto bersama. Karena urusan kantor, Jung In harus segera meninggalkan butik itu. Ia meninggalkan butik tanpa berbicara apapun.



Dua keluarga antara Jung In dan Mae Ri mengadakan makan malam bersama. Mereka membicarakan tentang pertunangan Mae Ri dan Jung In yang akan diadakan besok. Dan Mae Ri meminta izin untuk pergi ke pemakaman ibunya, Jung In bersedia untuk mengantarkannya.


Jung In terbangun karena mimpi buruk, entah sebuah penyakit atau traumatic mimpi buruk Jung In selalu membuatnya terbangun di tengah malam. Kali ini dia tidur masih dengan menggunakan jas.. heehhe.. Nafas jung In tidak beraturan, ia bangun dan duduk di pinggiran kasur. Jung In menyalakan lampu lalu melihat kaos kaki pemberian Mae Ri yang ia letakkan di meja kecil dekat tempat tidurnya.

Jung In mengambil kaos kaki itu, ia teringat kata-kata Mae Ri untuk menggunakan kaos kaki itu saat tidur agar Jung In tidak lagi bermimpi buruk. Jung In mendekatkan kaos kaki berbahan katun itu ke pipinya, kemudian langsung memakai kaos kaki itu. Jung In kembali merebahkan dirinya di kasur dan tertidur nyenyak.




Pagi harinya, Mae Ri bangun lebih awal. Ia tidak bisa tidur semalaman. Mae Ri memikirkan tentang banyak hal saat ini. Ia membuka foto dirinya dengan Jung in di butik. Kemudian Mae Ri membuka foto-foto pernikahan palsunya dengan Mu Gyul. Foto-foto kelewat aneh itu.. haha.. membuat Mae Ri tersenyum tipis.

Handphone Mae Ri berdering, Direktur yang menelponnya unuk pergi bersama ke suatu tempat hari ini.


"Sepertinya kau tidak tidur dengan baik semalam?" tanya Jung In dengan masih tetap fokus menyetir.
"Yeah." ucap Mae Ri. "Apa kau juga sulit untuk tidur semalam?" tanya Mae Ri, ia melihat ke arah Jung In. Tapi, Jung In tetap fokus menyetir.
"Tidak, tidak sama sekali. Aku bahkan mendapatkan mimpi indah." jawab Jung In.
Mae Ri tidak merespon ucapan Jung In, Mae Ri melihat pemandangan yang ia lalui, "Jadi, hari ini kita akan berencana pergi kemana?" tanya Mae RI yang penasaran karena jarak tempuh yang mereka lalui sudah cukup jauh.



Ternyata Jung In mengajak Mae Ri ke sebuah taman besar yang menurut saya sangat romantis. Kabutnya masih alami dan sangat sejuk.
Jung In berjalan pelan di depan mae Ri, Mae Ri mengikuti Jung in.
"Saat aku membuka mataku, aku merasa kalau aku berada di tempat ini bersamamu." ujar Jung In, "Bukankah kau sangat menyukai taman rindang yang dipenuhi dengan pohon-pohon?"
Jung In menatap Mae Ri dan menggenggam lembut tangan Mae Ri. Ia menuntun Mae Ri perlahan agar berajalan sejajar dengannya.



"Maafkan aku." ucap Mae Ri, ia meminta maaf untuk kejadian kemarin dan untuk semua kebohongan yang sudah diperbuatnya. "Aku hanya tidak ingin melalui pernikahan yang buruk."
"Aku mengerti. Aku juga tahu seperti apa rasanya." jawab Jung In. "Ada banyak hal yang harus aku selesaikan saat itu, dan aku juga terbawa dengan emosiku. "
"Aku mengerti. Aku juga akan bertindak hal yang sama saat itu, kalau aku jadi kau." ucap Mae Ri.
"Semua bukan karena kesalahanmu. Aku marah pada diriku sendiri." ucap Jung In menatap lembut Mae Ri. Ia melepaskan genggamannya dan mengambil foto kecil mereka dari balik jas. Ia memberikan foto itu pada Mae Ri. "Kau bilang, kalau aku ingat semua hal yang terjadi di masa lalu, yang sebelumnya aku tidak dapat mengingatnya, semua mimpi burukku itu pasti tidak akan menggangguku lagi."

Jung In ternyata sudah mengingat semua kejadian saat ia berumur 8 tahun, tentang bagaimana Jung In kecil dan Mae Ri kecil bisa berfoto bersama dan mengenai luka di kening Mae Ri. Kembali flashback saat Jung In dan Mae Ri kecil.


Flashback :
Hari itu adalah hari dimana Ibu Mae Ri meninggal. Mae Ri belum mengerti dengan benar tentang Ibunya yang meninggal. Mae Ri pikir Ibunya akan pergi ke surga dan ia akan baik-baik saja. Mae Ri tersenyum melihat foto Ibunya, Ayah Mae Ri bersedih dan Ayah Jung In menghampirinya  untuk memberikan semangat.





cuteee.....




Mae Ri menaiki tangga dengan perlahan, ia ingin menemui Jung In yang tengah berada di lantai atas. Jung In sedang menelpon ibunya dan mengeluh, "Ibu, aku tidak ingin tinggal di Jepang lagi. Aku ingin tinggal di Korea bersamamu. Semua anak-anak di sini memusuhiku dan ayah hanya bisa memarahiku agar aku tetap bertahan. Ibuu..." pembicaraan Jung In terputus karena Mae Ri datang,
"Oppaa" Panggil Mae Ri.



Jung In kesal, ya ampun, Jung In kecil lebih cool.. haha.." Pergi dari ini sekarang juga!" bentak Jung In.
"Apa maksudmu?" tanya Mae Ri dengan polos.
"Bagaimana bisa kau masih tersenyum  padahal ibumu sudah meninggal." kata Jung In.
"Karena ibuku itu pergi ke surga." jawab Mae Ri tersenyum.
"Itu artinya ibumu meninggal. Apa kau tau apa artinya?! Artinya semuanya sudah berakhir, kau sudah tidak pernah bisa lagi untuk melihat dan bertemu dengannya." ujar Jung In.






Mae Ri mulai mengerti, ia membanting permen yang ia bawa dan menangis keras. Jung In panik, ia mencoba menenangkan Mae Ri. Jung In menggendong Mae Ri dan mengajaknya berjalan-berjalan agar tangis Mae Ri mereda. Saat Jung In melewati tangga, tiba-tiba Jung In tergelincir dari tangga itu. Kening Mae Ri terbentur lantai hingga berdarah, sedangkan Jung In tidak terluka sama sekali. Jung In merasa bersalah ia panik, ia langsung menggendong Mae Ri yang menangis keras.










Jung In membawanya ke sebuah taman, tangis Mae Ri sudah mereda. Mereka berdua duduk di sebuah ayunan. Jung In mengobati luka di kening Mae Ri. Mae Ri memanggil ibunya, "Ibu.. Ibu.."
Jung In merasa bersalah, lalu ia berkata menggunakan bahasa jepang, "Aku di sini dan aku akan selalu menjagamu."
Mae Ri mengulangi kata-kata Jung In, "Boku Ga iru?"
"Boku Ga iru."
"Boku Ga iru?" ulang Mae Ri.





Ayah Mae Ri dan Ayah Jung In merasa senang melihat keakraban kedua anaknya, Ayah mae Ri berkata, "Karena kau sudah membuat Mae Ri terluka saat bermain bersamamu, suatu hari nanti kau harus menjadi suaminya."
"Benar, dan bagaimana kalau kita mengambil foto mereka sekarang."


Kembali ke masa sekarang.
Jung In menggenggam lembut tangan Mae Ri dan berjalan perlahan,
"Bukankah itu artinya kau sudah bisa mengingat semuanya sekarang?" tanya Mae Ri.
"Tidak semuanya, hanya sebagian kecil saja." jawab Jung In. "Tapi aku rasa, aku akan selalu mendapatkan mimpi yang indah setiap malam mulai dari sekarang."
"Aku senang mendengarnya." jawab Mae Ri seraya tersenyum.
Jung In menghentikan langkahnya, ia menatap Mae Ri. "Maafkan aku.. mengenai luka di keningmu."








Mae Ri memegang poninya, "Tidak apa-apa."
"Pasti sangat sakit." kata Jung In.
"Bukankah kau sudah mengatakan kalau mulai hari ini semua mimpi burukmu tidak akan mengganggumu lagi?" tanya Mae Ri seraya tersenyum.
Jung In pun tersenyum manis.



Mae Ri dan Jung In sudah tiba di rumah Jung In.
"Wi Mae Ri." panggil Jung In. "Ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan padamu."




Jung In ingin memberikan sebuah kejutan hadiah untuk Mae Ri. Jung In mengajak Mae Ri ke suatu tempat, ke sebuah ruang perpustakaan.
"Apa ini?" tanya Mae Ri dengan melihat ke sekeliling.
"Ini sebuah perpustakaan. Hadiah pertunangan dariku untukmu." ucap Jung In.
Mae Ri tersenyum senang. Ia melihat ke sekeliling, "Wow, semua buku favoritku ada di sini semua." Mae Ri mengambil satu buku, buku yang pernah ia baca di tempat tinggal Mu Gyul. Buku itu juga yang kembali mengingatkan Mae Ri pada Mu Gyul. Saat Mae Ri berbicara dengan Mu Gyul, ia membawa buku itu. Mae Ri benar-benar merindukan Mu Gyul. Mae Ri, taukah kau betapa Mu Gyul juga merindukanmu.. jiahaha..





Mae Ri tersenyum sendiri mengingat-ingat saat dirinya bersama Mu Gyul. Jung In yang sedari tadi memperhatikan Mae Ri yang merenung, ia bertanya, "Apa yang sedang kau pikirkan saat ini?"
"Ah, tidak ada.." jawab Mae Ri seraya tersenyum.
"Kita akan segera pergi ke makam ibumu setelah itu kita akan makan bersama.." ucap Jung In.
"Baiklah, aku akan ganti baju dulu." ucap Mae Ri seraya pergi untuk mengganti pakaiannya.





Ponsel Mu Gyul berdering, ia mendapat telepon dari asistennya yang mengabarkan mengenai masalah Seo jun.
Jung IN : ya
Asisten : Ada berita buruk direktur. Seo Jun bilang kalau ia tidak akan terlibat drama lagi.
Jung In : Apa yang sebenarnya ia katakan?



Mae Ri sudah mengganti pakaiannya, ia menggunakan switter besar jadi gaun yang ia pakainya tidak terlihat.
Mae Ri berjalan menunduk, ia berkata pada Jung In. "Kita bisa pergi ke makam ibuku sekarang."
"Mae Ri.. Sesuatu yang penting mendadak terjadi di kantor. Aku harus segera pergi untuk mengatasinya." ucap Jung In.
"Aku bisa pergi sendiri, tidak apa-apa. Kau atasi dulu hal itu, direktur." ucap Mae Ri.
"Begitu.. Bagaimana kalau kita pergi nanti sore saja. Dan setelah kita kita bisa segera datang ke tempat pertunangan kita?" Jung In memberikan saran.
"Ah. Iya, baiklah." jawab Mae Ri.



"Kau pasti sangat lelah, beristirahatlah. Aku akan segera kembali." ujar Jung In.
"Tidak apa-apa, kau tidak perlu mengkhawatirkanku. Aku akan membaca buku di perpustakaan." jawab Mae RI.
"Baiklah.. Aku pergi." Jung In berjalan menuju pintu. Tapi, ia segera menghentikan langkahnya, ia melupakan sesuatu.
"Apa?" tanya Mae Ri yang melihat Jung In berjalan ke arahnya.
Jung In merapikan poni Mae Ri dan membuat sedikit celah di bekas lukanya, lalu Jung In mencium bekas luka itu. "Happy birthday." ucap Jung In, lalu ia kembali pergi.



Mae Ri merapikan poninya, ciuman di kening dari Jung In itu tidak mempengaruhi perasaan Mae Ri, tidak sama saat pertama kali Mu Gyul mencium keningnya. Hari ini Mae Ri memang berulang tahun, semua sahabatnya mengiriminya pesan ucapan.
Saat sedang membaca pesan-pesan ucapa ulang tahun dari teman-temannya, Mae Ri juga mendapat pesan dari Mu Gyul, "Ayo kita bertemu."




Mae Ri menemui Mu Gyul di taman, seperti biasa, dengan gitar listriknya, Mu Gyul mengamen di taman. Ia menyanyikan lagu My Precious. Bagi Mae Ri, saat Mu Gyul bernyanyi, itu adalah saat-saat dimana Mu Gyul terlihat sangat mempesona.



Mu Gyul selesai, ia merapikan barang-barangnya. Saat Mae Ri hendak menghampiri Mu Gyul, segerombolan anak sekolah segera berlari ke arah Mu Gyul, "Guruuu!!" Seru anak-anak itu pada Mu Gyul. Mereka saling berebutan untuk dapat bersalaman dan memeluk Mu Gyul. Dari kejauhan Mae Ri hanya tersenyum melihat hal itu.




Setelah gerombolan anak-anak itu pergi, Mae Ri menghampiri Mu Gyul. Mu Gyul melihat ke arah Mae Ri, "Kau datang?" tanya Mu Gyul dengan canggung.
"Yeah, sudah lama sekali tidak bertemu." jawab mae Ri seraya tersenyum.
"Memang.." jawab Mu Gyul.
Jeda lamaaa.. Mereka hening.. Hhahaa.. Canggung sekaliii..



"Kau terlihat lebih baikan, kau sepertinya lebih nyaman." ucap Mae Ri setelah lama diam.
"Ya.. Aku kembali ke tempat dimana seharusnya aku berada, setelah sekian lama." jawab Mu Gyul.
Mae Ri tersenyum. "Aku mengerti."
"Bagaimana denganmu?" tanya Mu Gyul.
"Aku? Aku juga merasa lebih sekarang." jawab Mu Gyul.
Jeda lagi.. Mereka mengheningkan cipta.. hahaa..



Kecanggungan akhirnya mencair saat teman-teman Mu Gyul datang, mereka mengendarai mobil Mu Gyul dan memarkirkannya tepat di dekat Mu Gyul. Teman-teman Mu Gyul keluar dari mobil Mu Gyul dan menghampiri Mu Gyul. Mereka menggunakan pakaian yang berbeda dari biasanya, karena mereka akan mengikuti suatu audisi musik.




"Kang Mu Gyul, aku sudah katakan padamu agar kau mengganti gayamu dengan sesuatu yang lebih kuat. Dan kau tidak datang dengan penampilan seperti ini."
"Kau perlu mengganti penampilan yang baru."
"Penampilan baru dengan agar karaktermu terlihat lebih kuat"
"Style.. Style.. Style.." ungkap mereka. Salah satu teman Mu Gyul memborgol tangan Mu Gyul.
"Ah, ini bukan ciri khas ku." jawab Mu Gyul melihat borgol di tangannya.

"Oh, Mae Ri."
"Oh, Noona."
"Mae Ri. Lama tidak bertemu."




Mae Ri tersenyum dan berkata pada Mu Gyul, "Sebenarnya ada apa, kenapa kau memanggilku untuk menemuimu?"
Mu Gyul menyerahkan amplop berisi uang, Mu Gyul membayar semua hutang-hutangnya, karena saat itu Mae RI yang sudah membayar uang sewa tempat tinggalnya.
"Kau menyuruhku untuk menemuimu, agar kau dapat mengembalikan uang ini padaku?" tanya Mae Ri. "Tapi, darimana kau mendapatkan uang sebanyak ini?"
"Uang bisa datang dan pergi begitu saja." jawab Mu Gyul.
Temannya yang lain menambahkan, "Mu Gyul bekerja sebagai pengajar musik sekarang. Dan dari situlah ia mendapatkan uang."



Yang lain menyadari kalau hubungan diantar Mu Gyul dan Mae Ri menjadi sangat canggung,
"Ehh.. Ada apa dengan kalian, semuanya jadi terasa canggung."

"Sudahlah." ucap Mu Gyul. Ia merasa risih melihat tangannya yang diborgol. "Tanganku sudah mulai lelah, cepat lepas borgol ini." suruh Mu Gyul pada temannya.
Temannya melepaskan kunci borgol itu, tapi kemudian ia langsung mengaitkan borgol di tangan Mu Gyul ke tangan Mae Ri, jadi sekarang, tangan Mu Gyul dan tangan Mae Ri saling terborgol. "Apa yang kau lakukan?" Mu Gyul panik.





Mereka saling berkata,
"Maafkan aku tmean, tapi kalian berdua memang perlu untuk saling berbicara."
"Benar, kalian berdua perlu bersama untuk membuat memperbaiki hubungan kalian."
"Aku akan membuka kunci itu di tempat audisi, hyung"
"Benar-benar sangat menarik untuk dilihat. Kami pergi duluuu.." ucap teman-teman Mae Ri yang kemudian menjalankan mobil lalu pergi menjauh.

Mae Ri dan Mu Gyul panik, mereka mencoba mengejar mobil itu. Tapi, mobil itu sudah pergi cukup jauh. "Sudahlah. Mereka juga akan segera membuka kunci borgol ini." ucap Mu Gyul yang kelelahan.
"Aku tidak bisa menunggu. Ada hal yang penting hari ini." ucap Mae RI.
"Apa?" tanya Mu Gyul.
Mae RI membuka switternya lalu menunjukkan gaun yang ia pakai untuk pertunangannya dengan Jung In.
"Yah, Apa kau akan segera menikah?" Mu Gyul terkejut.




Jung In menemui Seo Jun di rumahnya untuk membicarakan tentang masalahnya.
"Kenapa kau memutuskan untuk menghentikan semuanya secara tiba-tiba?" tanya Jung In.
Seo Jun terlihat sangat kesal, "Aku sudah katakan padamu sebelumnya saat menandatangani kontrak, kalau aku adalah tipe orang yang plin plan. Aku bisa memulai dan mengakhiri kapan saja, sesuai kemauanku. Jadi, tidak ada masalah dengan kontrak, kan?" ucap Seo Jun.
"Benar.." Jung In berkata pelan. "Tapi, pada kenyataannya, perusahaan benar-benar sangat membutuhkanmu."



Seo Jun tertawa, "Semuanya sungguh sangat mengaganggu, aku butuh istirahat sekarang."
"Apa semua ini ada kaitannya dengan rumor itu?" tanya Jung In.
Seo Jun marah, "Aku sudah katakan padamu, bahwa aku tidak peduli dengan semua itu. Sekarang, lebih baik kau pergi." Seo Jun pergi ke kamar mandi.


Jung In mengurungkan niatnya untuk pergi, ia harus menyelesaikan masalah ini sampai tuntas.


Mu Gyul sudah beberapa kali mencoba menelpon teman-temannya, tapi tidak ada satupun yang menerima telepon darinya. "Apa-apaan ini? Tidak ada seorang pun yang menjawab teleponku." ucap Mu Gyul. "Yah, sepertinya, mereka sudah merencanakan hal ini sebelumnya. Jam berapa pertunanganmu akan dimulai?" tanya Mu Gyul.
"Jam 7 malam." jawab Mae Ri.
"Yah, sekarang bahkan belum jam 12. Jadi kita bisa memiliki banyak waktu untuk menunggu mereka membuka kunci ini."
"Tapi, aku harus ke suatu tempat bersama direktur dulu sebelum pertunangan, jadi pasti ia akan segera menelpon." ujar Mae Ri.





Mu Gyul menggaruk-garuk kepalanya. "Ah.. Benar-benar sangat mengganggu! Dan aku harus segera keramas sekarang!"
"Yah, kenapa juga kau harus keramas sekarang?" tanya Mae Ri yang mulai panik
"Aku tidak tidur semalaman untuk membuat musik, daan harus segera pergi untuk pertunjukkan." jawab Mu Gyul. Ia masih menggaruk-garuk rambutnya. "Yah.. Lihat-lihat ada banyak minyak.." Mu Gyul memperlihatkan rambut kotor.
Mae Ri menghindar. "Yah.. yah.. Yahh.."







Dan akhirnya, Mae Ri membantu Mu Gyul untuk keramas. Mae Ri menggosok-gosok kepala Mu Gyul.
"Yah.. Yah.. Yah.. Hati-hati, sampoo ini bisa masuk ke telingaku." ucap Mu Gyul pada Mae Ri.
"Aku tahuu.." Mae Ri mengeluh.. "Kenapa aku selalu sial seperti ini tiap kali bertemu denganmu?"
"Yah.." Mu Gyul tidak mau kalah. "Aku juga sama. Apa kau tahu, betapa damainya jika aku tidak bertemu denganmu."
"Benar.. Itulah kenapa kita tidak harus bertemu lagi." jawab Mae Ri. Ia meremas keras rambut Mu Gyul.
"Ahh.." Mu Gyul kesakitan. "Apa-apaan kau?!"
"Cepatlah kau keluar." ucap Mu Gyul, ia lupa kalau tangan mereka sedang di borgol. "Aku meniggalkan condionare di luar sana. Cepatlah ambilkan."
"Ah.. Sampo saja belum cukup?" tanya Mae Ri kesal.






Jung In sudah lama menunggu Seo Jun keluar dari kamar, ia menunggu tapi Seo Jun tidak juga keluar dari kamar mandi. Jung In khawatir terjadi apa-apa dengan Seo Jun di kamar mandi, "Seo Jun.." panggil Jung In, tapi tidak ada balasan. "Aku akan masuk." Jung In membuka pintu dan mendapati Seo Jun yang tengah menangis.


Seo Jun menyelimuti badannya yang kedinginan dengan selimut, Jung In memberikannya sebuah handuk dan duduk di samping Seo Jun.
"Jika kau terus merasa tidak berdaya seperti ini dalam menghadap semua masalah yang terjadi, maka mungkin semua rumor itu akan menjadi kenyataan." ucap Jung In.
"Apa kesalahan yang aku perbuat?" tanya Seo Jun yang menggigil kedinginan.
"Kau tidak melakukan kesalahan apapun." Jawab jung In.
"Lalu kenapa orang-orang itu sepertinya sangat membenciku?"
"Karena mereka hanya mempercayai apa yang mereka percaya. Jadi, jangan terpengaruh dengan hal itu.. Kau harus lebih kuat." Jung In memberikan motivasi pada Seo Jun yang benar-benar down. "Kau hanya berusaha untuk melindungi keluargamu, jadi kau seperti ini."
Seo Jun menatap Jung In.





Di sebuah kedai makanan siap saji, Mu Gyul sedang menyantap makanan dengan lahap. "Cepatlah habiskan makananmu, sesudah itu kita bisa mencari seseorang yang dapat membuka kunci ini." ucap Mae Ri.
"Borgol ini susah untuk dibuka." ucap Mu Gyul, mulutnya penuh dengan makanan.
"Benarkah?! Lalu apa yang harus aku lakukan.? Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi."




Source : recap - koreandrama.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar