Mu Gyul menunjukkan genggaman tangannya dengan Mae Ri pada semua orang, "Dia adalah kekasihku. Kami sudah menikah." ucap Mu Gyul dengan lantang.
Tentu saja semua orang merasa terkejut.
"Mu Gyul-Ah.." tak terkecuali Mae Ri, Mae Ri tentu saja tidak menyangka kalau Mu Gyul akan seberani itu menyatakan hubungan mereka di depan banyak orang.
"Ayo pergi." kata Mu Gyul, ia menarik paksa tangan Mae Ri.
Teman-teman se-band Mu Gyul berkomentar,
"Ada apa dengannya? Bukankah dia yang menyuruh kita untuk berhati-hati mengenai hal itu."
"Apa mereka benar-benar sedang mengumumkan hubungan resmi mereka?"
Mu Gyul berjalan cepat, ia terus menggenggam tangan Mae Ri. Mu Gyul tidak peduli dengan para tamu undangan yang memandanginya.
"Mu Gyul-ah.." Mae Ri berjalan tertatih di belakang Mu Gyul.
Suasana jadi terasa menegangkan, semua orang bingung. "Ayo kita pergi." suruh asisten Jung In pada yang lain. Semuanya pergi, hanya tinggal Seo Jun dan Jung In saja yang masih diam terpaku.
"Apa yang baru dia katakan?" ucap Seo Jun pada dirinya sendiri, ia masih shock dengan pernyataan Mu Gyul tadi. "Apa kau sudah mengetahui tentang hal ini sebelumnya, direktur?" Seo Jun butuh kepastian.
Jung In tidak menjawab pertanyaan itu, tapi tatapan matanya ke arah Seo Jun menyiratkan kalau ia tahu segalanya.
Seo Jun kesal, marah, cemburu, emosinya kembali tidak stabil. "Ada apa ini? Apa hanya aku saja yang tidak mengetahui tentang hal ini?" ucap Seo Jun pada dirinya sendiri, ia langsung membanting gelas yang dibawanya kemudian pergi.
Jung In mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri, ia menutup matanya. Jung In adalah salah satu karakter yang sangat mudah untuk meredam emosinya sendiri, tapi untuk kali ini mungkin tidak.
Mu Gyul masih menggenggam tangan mae Ri. Mae Ri mencoba melepaskan tangannya dari genggaman tangan Mu Gyul.
"Apa kau gila?!" Mae Ri kesal. "Apa yang baru saja kau lakukan?" Mae Ri tidak habis pikir Mu Gyul bisa melakukan hal itu.
Mu Gyul sendiri bingung dengan apa yang barusan ia lakukan, Mu Gyul adalah karakter tokoh yang selalu mengikuti emosi sesaatnya. Dia bakal ngelakuin hal sesuai yang diperintahkan emosinya. Bertolak belakang dengan karakter Jung In.
"Apa hakmu untuk melakukan hal itu?!" tanya Mae Ri.
"Yah, aku tidak tahu harus berbuat apa lagi?!" jawab Mu Gyul.
Nada bicara mereka saling meninggi.
Kemudian Jung In datang dengan tenang, "Kang Mu Gyul." panggilnya. Lalu tanpa aba-aba, Jung In langsung memukul Mu Gyul. Mu Gyul tersungkur.
Mae Ri panik, ia segera menghampiri Mu Gyul, "Mu Gyul Ah, kau baik-baik saja?" ucap Mae Ri pada Mu Gyul.
"Apa yang kau lakukan?!" teriak Mae Ri pada Jung In.
Bukan cowok namanya kalau tidak membalas pukulan dengan pukulan lagi. Mu Gyul bangkit lalu meninju Jung In, Jung In tersungkur.
"Kau benar-benar tidak tahu diuntung?! Apa kau pikir kau bisa seenaknya menggunakan uangmu untuk mendapatkan seseorang yang mau menikah denganmu?!" bentak Mu Gyul.
"Kau benar-benar tidak bertanggung jawab." jawab Jung In dengan emosi normalnya.
Mu Gyul dan Jung In saling mendekat dan saling menatap tajam. Kalau ada pedang, mereka pasti bakal ngelakuin duel. hahaa.. Mu Gyul menarik kerah Jung In, Jung In melakukan hal yang sama.
Mae Ri panik, ia tidak tahu harus berbuat apa. Agar benar-benar tidak ada pertumpahan darah, Mae Ri mencoba melerai Mu Gyul dan Jung In. Ia menghampiri mereka, "Aku mohon, tenanglah! Kalian berdua tenanglah."
Siapa yang mau mendengar ucapan Mae Ri? Engga ada, mereka sibuk dengan emosi mereka masing-masing.
"Kau sudah mengacaukan perjanjian yang kita buat." ucap Jung In pada Mu Gyul. sekarang emosi Jung In benar-benar keluar. "Kau jangan mengira, semuanya bisa terselesaikan begitu saja."
"Lalu, kau urus saja kontrakmu sendiri!" jawab Mu Gyul.
"Tidak bisakah kau berhenti memikirkan tentang Mae Ri?!" kata Jung In.
"Tidak bisakah kau pergi?!" jawab Mu Gyul.
Mereka akan memasuki ronde ke-2 (??). Mu Gyul dan Jung In sudah siap untuk saling memukul, saat mereka akan saling memukul, tanpa mereka sadari, kebasan tangan mereka berdua membuat Mae Ri terjatuh. Kening Mae Ri terbentur lantai dan berdarah.
Mae Ri mengeluh.
"Mae Ri-yah!!" panggil Mu Gyul dan Jung In secara bersamaan.
Di rumah Mae Ri. Mu Gyul singgah sebentar di rumah Mae Ri. Mae Ri mengobati luka di bibir Mu Gyul.
"Sakit." rintih Mu Gyul. "Sakit. Sakit." ucap Mu Gyul saat Mae Ri mengobati bibirnya.
"Ayolah, sedikit lagi." ujar Mae Ri, ia meneruskan untuk mengobati bibir Mu Gyul, seraya memberi ceramah.. hahaa.. Sumpah, so sweet sekali scene ini.. T^T
"Tidakkah kau pernah mengatakan padaku, kalau kau tidak suka pertengkaran? Dan kau sangat menyukai keadaan yang damai." tanya Mae Ri.
"Bagaimana bisa damai, kalau musuhku tidak menginginkan kedamaian itu?" jawab Mu GYul.
Mae Ri menghela nafas, "Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanyanya.
"Apa maksudmu? Bukankah 100 hari perjanjian itu akan segera berakhir? " jawab Mu Gyul. Secara tidak langsung, Mu Gyul mencoba menenangkan kegundahan Mae Ri.
"Apa yang harus kita lakukan kalau sampai ayahku tahu hal ini?" keluh Mae Ri.
"Maafkan aku." ucap Mu Gyul pelan. Mu Gyul menyadari sepenuhnya, kalau semua ini karena ulahnya.
Mae Ri mengobati kening Mu Gyul dengan kasar, "Kau ini benar-benar emosian. Apa kau pikir dengan kata maafmu itu semuanya akan kembali berjalan seperti semula?"
"Yah, kau juga selalu menyeretku dimanapun saat melakukan apa saja yang kau inginkan dengan berkata 'maafkan aku.'" jawab Mu Gyul.
"Yah, mengenai hal itu. Maaf aku." ucap mae Ri seraya menunduk.
Mu Gyul melihat luka di kening Mae Ri, ia berkata, "Yah, keningmu benar-benar memar." ucap Mu Gyul pelan.
Dan, mata mereka saling bertemua. Mu Gyul dan Mae Ri saling bertatapan. Kedua merasa kikuk dan langsung mengalihkan pandangannya masing-masing.
"Aku ingin tahu, kenapa aku tiba-tiba memutuskan untuk memberitahukan tentang pernikahan kita?" tanya
Mae Ri, ia masih menunduk.
Mu Gyul pun ikut menunduk, "Aku tidak tahu, aku melakukan hal itu tanpa berpikir terlebih dahulu."
"Kau selalu saja seperti itu. Kau pemarah, tidak bertanggung jawab dan sangat egois." ujar Mae Ri.
"Hey, tenanglah." ucap Mu Gyul.
"Kau sengaja memanfaatkanku untuk bisa menang dari pria itu, kan?!" ucap Mae Ri. Mae Ri rasa perbuatan Mu Gyul tadi hanya sekedar agar rasa ego Mu Gyul tetap menang, bukan semata-mata untuk melindungi Mae Ri.
"Bukan seperti itu." jawab Mu Gyul, ia kembali menunduk.
"Apa maksudmu?" tanya Mae Ri. "Apa sebenarnya yang kau inginkan dariku?" ucap Mae Ri kesal, Mae Ri langsung pergi ke kamarnya dan meninggalkan Mu Gyul sendiri.
Di tempat tinggal Mu Gyul, Mu Gyul sedang mengerjakan project musiknya. Mu Gyul membuat skema untuk lagunya, dan tanpa sengaja Mu Gyul melihat secarik kertas yang ditulis oleh mae Ri. Isi dari secarik kertas itu adalah tentang saat Mu Gyul dan Mae Ri bertemu pertama kali.
Mu Gyul membaca tulisan Mae Ri itu, lalu ia jadi teringat saat Mu Gyul mencium kening Mae Ri, saat Mae Ri mencoba menolong Mu Gyul di kantor polisi, saat Mae Ri memohon pada Mu Gyul dengan mata kucing sharknya.. ^ ^ Mu Gyul teringat semua kenangan dirinya bersama Mae Ri, termasuk saat Mu Gyul menggendong Mae Ri, saat Mae Ri memegang tangan Mu Gyul untuk membuat rajutan sarung tangan, saat Mu Gyul mencium Mae Ri pertama kali. Hhahai.. Mu Gyul fall in love. Tapi, bukan Mu Gyul namanya kalau tidak mau mengakui perasaannya yang sebenanrya. Mu Gyul meremas kertas itu lalu membuangnya di sembarang tempat, Mu Gyul tidak ingin perasaannya terhadap Mae Ri semakin menjadi.
Daan, Mu Gyul melihat sarung tangan buatan Mae Ri. Mu Gyul mengambil sarung tangan itu, pikiran Mu Gyul jadi dipenuhi oleh bayang-bayang Mae Ri.
Mae Ri baru saja datang, ia berjalan menunduk di koridor kantor. Mae Ri berpapasan dengan Jung In.
"Direktur, apa kau baik-baik saja?" tanya Mae Ri melihat penampilan Jung In yang berbeda. Jung In menutupi memar di bagian matanya dengan rambut.
"Ya, bagaimana denganmu? Apa kau baik-baik saja?" tanya Jung In.
Mae Ri memegang poninya, "iah, aku baik-baik saja. Tapi, Direktur. Apa yang akan terjadi mengenai kontrak kerja Mu Gyul di perusahaan ini?" tanya Mae Ri.
"Jangan khawatir. Hal ini tidak ada kaitannya dengan pekerjaan. Jadi semuanya akan kembali seperti sebelumnya." jawab Jung In.
Mae Ri tersenyum, "Melegakan sekali." ucapnya.
Jung In melanjutkan kata-katanya, "Tapi, aku pikir kita akan mengganti beberapa hal dalam perjanjian kita."
"Memang direktur, sepertinya kita masih perlu mendiskusikan hal ini lebih lanjut." jawab mae Ri.
Mu Gyul datang ke kantor Jung In, ia melihat Mae Ri sedang berbicara dengan Jung In, lalu Mu Gyul memanggil Mae Ri dan menghampirinya, "Honey!"
Para staff terus memperhatikan Mu Gyul, Mae Ri dan Jung In, mereka sangat penasaran tentang hal yang sebenarnya telah terjadi di antara mereka.
Mu Gyul menghampiri Mae Ri dan ia merangkul pundak Mae Ri.
Mae Ri berkata, "Ada apa ini? Apa yang kau lakukan paga-pagi seperti ini di sini?"
"Yah, aku harus bekerja keras untuk memberi makan istriku." jawab Mu Gyul sekenanya.
Hahaa.. Mu Gyul langsung mencubit gemas pipi Mae Ri, "jadi, aku akan melakukan yang terbaik mulai dari sekarang, okay?"
Ahh. cute.. Oppa nyubit pipi unnie..
"Oh, tentu saja. Honey." jawab Mae Ri dengan kebingungannya.
Mu Gyul menatap tajam ke arah Jung In.
Jung In melihat ke arah staff yang sedari tadi memperhatikannya, "Aku mohon, kembali menyiapkan untuk persiapan meeting." ucap Jung In tegas.
Ayah Jung In datang ke kantor untuk mengkonfirmasi keputusan Jung In dengan menjadikan drama Wonderful Day sebagai sebuah film.
"Oh, itu ahjussi." ucap Mae Ri panik. Ia menarik Mu Gyul, "Cepat! Pergi dari sini."
"Apa? Siapa orang itu?" tanya Mu Gyul polos.. :D
Ayah Jung In melihat Mu Gyul dan Mae Ri yang pergi. Jung In menghampiri ayahnya, seraya berkata "Ayah, aku akan memberikan penjelasan mengenai berita yang terbit pagi ini."
"Siapa itu?" tanya Ayah Jung In dengan melihat ke arah Mu Gyul dan Mae Ri yang berjalan menjauh.
"Itu.." Jung In gugup harus mengatakan kalau itu adalah Mu Gyul.
"Bicarakan di dalam." suruh Ayah Jung In dengan tegas.
Mae Ri menarik-narik Mu Gyul agar berjalan cepat, "Apa? Siapa pria itu? Apa pria ayah Jung In?" tanya Mu Gyul pada Mae Ri.
"Yah.. Ahh.. beruntung sekali ayahku tidak datang bersamanya." jawab mae Ri. "Semuanya akan berakhir kalau Ayah Jung In dan Ayahku tahu kalau kita bertiga bekerja disini. Cepat-cepat, kita harus ke studio rekaman."
Mae Ri menarik Mu Gyul yang berjalan santai, mereka berdua hendak menaiki lift. Mereka tidak tahu kalau Ayah Mae Ri sedang naik lift yang sama. Saat lift terbuka, Mu Gyul dan Ayah Mae Ri bertubrukkan.
Mae Ri, Mu Gyul dan Ayah Mae Ri, mereka saling terkejut,
"Ah, kau.. Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Ayah Mae Ri menunjuk ke arah Mu Gyul.
"Ayah, kau tahuu.." Mae Ri berkata gugup.
Ayah Mae Ri menyadari kalau rambut Mu Gyul sudah kembali normal. hehe. "Rambutmu.. Apa yang terjadi dengan rambutmu?!" teriak Ayah Mae Ri.
Di kantor pribadi Jung in, "Aku yang merekomendasikan dia untuk sebagai produser musik untuk ost drama ini, karena aku pikir dia sangat cocok untuk pekerjaan ini." ucap Jung In. "Semua lagunya sangat sesuai dengan drama.."
"Hentikan sekarang juga!!" Ayah Jung In marah mendengar penjelasan Jung In.
"Aku bertemu dengannya sebelum aku tahu hubungannya dengan Mae Ri." kata Jung In. "Dan, aku dan Mu Gyul akan bersikap profesional, dengan tidak membawa masalah pribadi ke dalam pekerjaan."
Ayah Jung In benar-benar marah.
Jung In masih bersikap tenang. "Ini kontrak yang sudah aku siapkan."
"Kami akan segera menjadikan drama ini menjadi sebuah film, karena seperti yang kau tahu, bahwa kita telah memiliki pemain terkenal di korea..."
"Kau sebaiknya menghentikan semua kekacauan ini!" ucap Ayah Jung In.
Jung In mencoba menjelaskan, "Ayah, ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu berkenaan dengan 100 hari kesepakatan yang telah aku dan Mae Ri setujui."
"Apa lagi yang mau kau katakan?! Kau harus berhasil, tidak hanya berhasil mengenai perusahaan tapi juga mengenai pernikahanmu. Aku tidak akan memaafkan kegagalan yang kau perbuat lagi. Dan tidak ada kesempatan kedua untukmu."
Ayah Mae Ri terus memarahi Mu Gyul, "Apa kau mencoba untuk membohongi orang yang lebih tua darimu dengan menggunakan wig? Cepat!! Berikan aku gunting sekarang juga! Aku yang akan langsung memotong rambutmu sekarang juga!"
Mae Ri menahan Ayahnya agar tidak mendekati Mu Gyul, "Ayah, jangan lakukan itu."
Mu Gyul menjauh dari Ayah Mae Ri, ia mencoba melindungi dirinya sendiri.
"Apa kau masih melindunginya?!" bentak Ayah Mae RI pada Mae Ri.
"Cepat pergi.. cepat.. cepat.." suruh Mae Ri pada Mu Gyul.
Mu Gyul membungkuk meminta maaf sebelum ia berlari pergi, "Maafkan aku."
"Hei, jangan pergi! Berhenti!"
"Ayah, tenanglah." Mae Ri mencoba menenangkan ayahnya.
Ayah Mae Ri melihat memar di kening Mae Ri, "Yah, apa yang terjadi dengan keningmu?"
Mae Ri segera menutupi memar itu dengan merapikan poninya, "Tidak terjadi apa-apa."
"Apa pria itu mencoba memukulmu?" tanya Ayah Mae Ri cemas. "Orang tidak berguna!" Ayah Mae Ri mencoba untuk mengejar Mu Gyul, tapi Mae Ri segera menghadangnya.
"Ayah, ini tidak seperti apa yang pikirkan." ucap Mae Ri.
"Aku membawamu ke tempat ini agar kau selalu dapat bersama dengan Jung In, tapi kenapa kau membawa pria itu juga ke sini? Kalau Jung In tahu tentang pria itu.."
"Ayah!! Direkturlah yang merekomendasikannya untuk bekerja di sini."
"Apa?! Tidak mungkin.."
"Bereskan pria itu secepat mungkin." ucap Ayah Jung In. "Jika kau tidak segera melakukan hal itu, semuanya akan menjadi semakin berantakan di antara kalian berdua. Kau akan sangat malu, jika semua orang di perusahaan ini mengetahui hubungan Mu Gyul dengan Mae Ri."
"Aku akan melakukan yang terbaik untuk mengatasi hal ini." jawab Jung In patuh.
"Baiklah. Aku akan mempercayaimu sekali lagi."
Ayah Mae Ri menuju ke kantor Jung in, ia ingin meminta penjelasan mengenai Jung In yang merekomendasikan Mu Gyul untuk bekerja di perusahaannya.
"Ayah!" Mae Ri mengejar Ayahnya yang berjalan cepat.
"Ah, kalian di sini. Apa yang sebenarnya terjadi di sini, menantuku?" tanya Ayah Mae Ri cemas pada Jung In.
Mae Ri membungkuk meminta maaf pada Ayah Jung In., "Maafkan aku, ahjusshi."
"Baiklah, kau bisa menjelaskan semuanya." Ayah Jung In mempersilakan Mae Ri untuk menjelaskan semuanya.
"Aku sangat mengerti, kenapa kau dan ayahku merasa kecewa, tapi semua ini bukan bagian dari sebuah rencana, semua itu adalah sebuah kebijaksanaan dari keputusan." Mae Ri mencoba menjelaskan kalau semuanya tidak direkayasa, Mu Gyul bekerja di perusahaan bersamanya karena murni Mu Gyul mempunyai potensi di bidang musik.
Ayah Jung in mengangguk.
"Kau harus segera mengakhiri semuanya. Bagaimana bisa kalian bertiga bekerja di satu perusahaan seperti ini? Bukankah kalian menjadi sangat canggung satu sama lain?!" Ayah Mae Ri berbicara cepat dengan nada tinggi.
"Baiklah kalau begitu, aku yang akan berhenti dari pekerjaan ini." ucap Mae Ri. "Perusahaan sedang dalam masa sulit, dan direktur sangat membutuhkan keahlian Mu Gyul dalam bidang musik untuk membantunya sekarang. Jadi dengan hal ini, tidak akan ada lagi konflik berkaitan dengan perjanjian kita, jadi aku mohon, izinkanlah Mu Gyul untuk tetap bekerja di sini, Ahjussi." Mae Ri memohon seraya membungkuk beberapa kali di depan Ayah Jung In.
"Tolong mengertilah, ayah." ucap Mae Ri pada Ayahnya.
Mae Ri membereskan semua barang-barangnya, ia siap untuk keluar dari perusahaan itu sekarang juga. "Aku juga merasa tidak nyaman dengan para staff di kantor ini, jadi aku pikir ini adalah keputusan yang terbaik." ucap Mae Ri pada Mu Gyul yang berada tak jauh darinya. "Dan 100 ketetapan itu juga akan segera berakhir."
"Aku saja yang akan keluar dari perusahaan, kau tetaplah bekerja disini." ucap Mu Gyul yang sedari tadi diam.
"Kang Mu Gyul, apa maksudmu? Kenapa kau seperti ini, bukankah kita sudah mendiskusikan hal ini sebelumnya?" ucap Mae Ri seraya tersenyum tipis.
Jung In masuk keruangan Mae Ri, "Apa kau sudah selesai?" tanya Jung In pada Mae Ri.
"Mae Ri akan tetap di sini, dia benar-benar sangat menyukai drama." ucap Mu Gyul pada Jung In. "Semua ini adalah kesalahanku, jadi biarkan aku saja yang keluar dari perusahaan."
"Kau tidak perlu mengkhawatirkan hal itu." Jawab Jung In. "Meskipun Mae Ri tidak bekerja di tempat ini lagi, tapi ia akan tetap mendampingi Miss Lee dalam pembuatan skirp."
"Aku masih diperbolehkan untuk itu?" tanya Mae Ri tidak percaya.
"Meskipun kalian sudah mengumumkan tentang hubungan pernikahan resmi kalian di depan umum, kesepakatan diantara orang tua kita masih tetap berjalan." kata Jung In mengingatkan, kalau Jung In masih akan tetap berada dalam permainan ini.
"Tidak ada pilihan lain, Mu GYul-ah." ungkap Mae Ri pada Mu Gyul.
"Sudah proyek besar saja." Mu Gyul meremahkan Jung In. "Jadi, apa kau masih berpikir bahwa kau dapat membuatku merasa khawatir saat kau bekerja keras untuk mendapatkan simpati Mae Ri."
"Aku mengakui semuanya, kau menang di ronde pertama." ucap Jung In.
"Jadi, permainan ini akan berlanjut ke ronde kedua?" tanya Mu Gyul.
"Kalian pikir mungkin permainan ini berakhir, tapi aku akan tetap berjalan sampai akhir." jawab Jung In. "Masih ada 61 hari lagi yang tersisa."
Mu Gyul dan Jung In saling menatap dengan atmosfir menantang. Mae Ri cemas, ia menghela nafas melihat keduanya seperti itu.
Mae Ri datang ke tempat tinggal Mu Gyul, saat ia masuk ia menemukan sebuah koper pink. Koper itu milik ibu Mu Gyul.
"Apa Mu Gyul sedang pergi?" tanya Ibu Mu Gyul pada Mae Ri.
Mae Ri membungkuk dan mengucapkan salam, "Oh, hello."
Ibu Mu Gyul membalas dengan lambaian tangan.
"Mu Gyul masih harus mengerjakan beberapa pekerjaannya saat ini." jawab Mae Ri. "Apa kau ingin menghubunginya?"
"Aku akan benar-benar mengganggunya kalau aku menghubunginya." Ibu Mae Ri menunjuk ke arah kopernya, ia berencana untuk tinggal beberapa hari di tempat tinggal Mu Gyul.
"Apa kau keberatan dengan hal itu, Mae Ri?"
"Aku pikir, hal ini tidak ada kaitannya denganku." jawab Mae Ri. "Aku akan menelponnya dan memberitahukan hal ini padanya."
"Jangan menghubunginya, dia hanya akan memarahiku." jawab Ibu Mu Gyul.
"Ah, tentu." ucap Mae Ri.
"Apa ada ice cream di sini?" tanya Ibu Mu Gyul.
"Kami tidak terlalu suka ice cream." jawab Mu Gyul.
"Benarkah? Ayo kita beli ice cream dan berbelanja makanan juga." ajak Ibu Mu Gyul.
Di super market, Ibu Mu Gyul mencicipi masakan pedagang, sedangkan Mae Ri sedang menelpon Mu Gyul. Handphone Mu Gyul mati jadi dia mengirimkan pesan suara, "Kang Mu Gyul, apa kau masih di studio rekaman? Handphonemu mati. Sesuatu sedang terjadi sekarang. Jadi, segera telepon aku kalau kau mendengar pesan ini, okay?"
Mae Ri memutus sambungan teleponnya. Ibu Mu Gyul menghampiri Mae Ri dan menyuapkan makanan pada Mae Ri, "coba ini." ucap Ibu Mu Gyul. "enak bukan?"
Mae Ri mengangguk. Mae Ri melihat belanjaannya yang penuh dengan makanan instans, "Bukankah semua ini hanya makanan instans?" tanya Mae Ri pada Ibu Mu Gyul.
"Membuatnya sangat mudah, cepat dan juga sangat enak." jawab Ibu Mu Gyul.
"Tapi, ini tidak baik untuk kesehatanmu."
"Aku masih muda, kenapa tidak?"
"Tapi, aku dengar kalau memakan banyak makanan instan akan membuat kulitmu menua dengan cepat." ujar Mae Ri.
Ibu mU Gyul terkejut, ia memegang pipinya. "Kulit?"
Mae RI mengangguk, "Aku pernah melihat sebuah acara televisi yang membahas tentang hal ini, bahwa makanan instan hanya membuat kau terlihat lebih tua."
Ibu Mu Gyul mencubit pipi Mae Ri kemudian mencubit pipinya sendiri, ia ingin memastikan apa yang dikatakan Mae Ri benar, apa kulit Ibu mae Ri sudah terlihat sangat tua. "Tidak. Tidak lagi-lagi." ucap Ibu Mu Gyul menyadari kalau pipinya sudah tidak kenyal lagi. hehe.
Mae Ri dan Ibu Mu Gyul ada di bagian sayuran dan buah-buahan.
"Sayuran. Kau harus benar-benar memakan banyak sayuran segar." ujar Ibu Mu Gyul dengan lantang.
Mae Ri tertawa senang, "Ya, ide bagus."
"Apa kau bisa membuat napa cabbage kimchi?" tanya Ibu Mu Gyul.
"Napa cabbage kimchi?" Mae Ri mengangguk ragu. "Ya."
Di studio rekaman, Jung In dan Mu Gyul sedang mendengarkan musik yang telah Mu Gyul kerjakan. Jung In merasa sangat puas dengan hasil kerja Mu Gyul, ia mengucapkan terimakasih, "Terimakasih." ucap Jung In.
"Apa maksudmu?" tanya Mu Gyul.
"Kau telah memutuskan dengan benar, dalam musik ini semua nada terlihat harmonis, tidak ada sesuatu yang tidak berguna atau kemewahan, yang ada hanya alunan musik yang benar-benar menyatakan sebuah perasaan yang murni, seperti kau." puji Jung In yang sangat menyukai lagu buatan Mu Gyul.
Seo Jun masuk ke studio rekaman. Mu Gyul menghampiri Seo Jun, "Kau di sini. Aku tidak dapat menghubungimu beberapa hari ini." ucap Mu Gyul.
"Aku benar-benar merasa tidak enak badan, jadi aku mematikan ponselku." jawab Seo Jun.
"Apa kau bisa melanjutkan rekamanmu yang tertunda hari ini?" tanya Jung In.
"Tidak." jawab Seo Jun. "Direktur, bisakah kau meninggalkan kami berdua sebentar?" ucap Seo Jun pada Jung In.
Jung In melihat ke arah Mu Gyul, Mu Gyul mengangguk yang berarti menyuruhnya untuk segera keluar dari ruang studio itu.
Jung In keluar dari ruangan, Mu Gyul dan Seo Jun saling berbicara serius.
Mu Gyul berbicara dengan hati-hati, "semua ini benar-benar mengganggumu, bukan?" tanya Mu Gyul. "Maafkan aku, aku tidak membicarakan hal itu padamu sebelumnya."
Seo Jun marah, ia menampar Mu Gyul. "Kau bilang kau tidak akan pernah menikah. Hanya seorang penggemar kau bilang saat itu. Apa kau mencoba mempermainkanku?"
"Maafkan aku." ucap Mu Gyul.
"Apa kau pikir ucapan maafmu bisa menyelesaikan semuanya? Tidakkah kau berpikir untuk mengatakan padaku hal itu sebelumnya, tapi kenapa kau malah membohongiku dan menyembunyikan hal itu dariku?"
"Aku benar-benar tidak menjelaskan semuanya padamu saat ini." jawab Mu Gyul. "Tapi suatu hari nanti aku akan menceritakan semuanya."
"Lupakan. Kita bukan teman sekarang." Seo Jun kesal, ia langsung pergi meninggalkan Mu Gyul. "Kau benar-benar orang bodoh yang tidak beruntung."
Seo Jun menenangkan dirinya di sebuah ruangan, Jung In menghampirinya dengan membawakan secangkir minuman. "Aku mengerti apa yang kau rasakan." ucap Jung In. "Mungkin, istirahat sejenak dari aktifitasmu akan membuat dirimu menjadi lebih baikkan."
"Aku tidak akan meneruskan drama ini." ucap Seo Jun.
"Seo Jun.."
"Aku benar-benar gila.."
"Apa pernikahan Kang Mu Gyul sangat mempengaruhimu dalam hal ini?" tanya Jung In.
"Kami hanya menjadi teman dekat karena dia tidak memiliki seorang kekasih. Sesuatu seperti ini tidak pernah membebani pikiranku. Aku benar-benar marah padanya, tapi aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri." ucap Seo jun, ia menahan tangis.
"Aku mohon jangan berpikir seperti itu, itu hanya membuatmu semakin terluka." ungkap Jung In.
"Aku tahu. Aku benar-benar tidak mengerti semua ini! Dia selalu bilang kalau ia tidak akan menikah, tapi kenapa pikirannya berubah seperti itu?" Emosi Seo Jun benar-benar sedang naik.
"Hati seseorang bisa berubah dengan cepat, benar?"
"Bukan, bukan mengenai Wi Mae Ri. Mae Ri sama sekali bukan tipe Mu Gyul." ucap Seo Jun. "Aku benar-benar tidak mengerti kenapa keduanya bisa menikah seperti ini."
Di tempat tinggal Mu Gyul, lagi-lagi Mae Ri di suruh Ibu Mu Gyul untuk membuat banyak kimchi. "Kang Mu Gyul, apa yang sedang kau lakukan. Aku benar-benar akan mati di sini." Mae Ri menelpon Mu Gyul. "Cepat pulanglah." pinta Mae Ri, agar Mu Gyul bisa membantunya juga
Ibu Mu Gyul mengomentari drama yang ditontonnya seraya memakan ice cream choco miliknya, Mae Ri memperhatikan Ibu Mu Gyul dan ia bertanya, "Maaf, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan, kenapa Mu Gyul sangat tidak menyukai kata 'tidak beruntung'?"
"Itu karenaa... Memiliki anak saat usiamu 17 tahun bukan sesuatu yang normal bukan? Dia selalu mendengar kata 'tidak beruntung' dari orang-orang sekitarnya saat ia kecil." jawab Ibu Mu Gyul.
"Oh.. Kenapa begitu?" tanya Mae Ri pada dirinya sendiri.
"Pada akhirnya aku hanya bisa mengatakan, bahwa aku sangat menyesali hal itu terjadi pada Mu Gyul. Tapi, bukan Mu Gyul yang tidak beruntung, tapi aku. Aku yang tidak beruntung." ungkap Ibu Mu Gyul.
"Jangan bilang seperti itu." ujar Mae Ri. "Jangan katakan hal itu lagi, kalau kau mengatakan sesuatu berkali-kali maka hal itu akan jadi kenyataan."
"Benarkah? Ahh.. Rasanya aku sudah mengatakan kata-kata buruk, dan yang terjadi malah lebih buruk dari yang aku katakan." jawab Ibu Mu Gyul. "Jangan katakan pada Mu Gyul apa yang barusan aku katakan, okay?"
"Ya." Mae Ri mengangguk mengerti.
Mu Gyul sampai di tempat tinggalnya.
"Aku pulang." ucap Mu Gyul.
"Kang Mu Gyul, apa kau sudah makan?" tanya Mae Ri.
Ibu Mu Gyul melambaikan tangan ke arah Mu Gyul. "Hallo, my love."
Mae Ri mencoba untuk berdiri, tapi kakinya kesemutan karena sudah lama ia duduk.
"Ada apa?" Mu Gyul khawatir.
"Kenapa ini? Kenapa kau menyuruhnya untuk melakukan hal ini?" Mu Gyul kesal pada Ibunya.
Akhirnya Mu Gyul membantu Mae Ri membuat kimchi. Mu Gyul meremas kimchi itu dengan kasar.
"Kau harus melakukannya dengan hati-hati. Benarkan Mae Ri." ucap Ibu Mu Gyul.
"Bu, Apa kau tidak malu? kenapa kau selalu menyuruhnya melakukan hal ini?" Mu Gyul kesal pada Ibunya.
"Ah, tidak apa-apa. tidak apa-apa." kata Mae Ri pelan.
"Karena, Mae Ri sangat pandai membuat kimchi." jawab Ibu Mu Gyul.
"Ini, cobalah." Mu Gyul menawarkan kimchi pada Mae Ri, seraya menyuapinya.
Mae Ri memakan kimchi pemberian Mu Gyul.
"Enak bukan?" tanya Mu Gyul seraya tersenyum manis.
Mae Ri mengangguk cepat.
"Kalian berdua sudah seperti pengantin baru." ucap Ibu Mu Gyul yang sedari tadi memperhatikan tingkah kedua anaknya.
"Apa maksudmu? Tentu tidak." ucap Mu Gyul dan Mae Ri bersamaan.
"Aku akan pergi keluar sebentar untuk menghirup udara segar, kalian berdua tetaplah mengerjakan hal itu."
"Kau mau kemana? Kita belum selesai mengerjakan hal ini." ucap Mu Gyul.
Ibu Mu Gyul tidak menghiraukan Mu Gyul, ia langsung pergi meninggalkan rumah.
"Ahh.. Ini salah. Aku sendir yang akan menyelesaikannya sampai akhir. Lebih baik kau pulanglah atau kau akan telat." Mu Gyul menyarankan Mae Ri untuk pulang.
"Tidak apa-apa. Semua ini hampir selesai. Bagaimana bisa aku meninggalkanmu sendiri begitu saja?" jawab Mae Ri.
"Maafkan aku." Kata Mu Gyul.
"Tidak masalah." jawab Mae Ri.
"Kau pasti sangat lelah?" tanya Mu Gyul.
"Tidak apa-apa." jawab Mae Ri. "Sudahlah cepat dan selesaikan ini."
Di restaurant milik Ayah Mae Ri, setelah melayani pelayannya dengan ramah, Ayah Mae Ri langsung menelpon Mae Ri.
"Wi Mae Ri, apa kau masih berada di tempat pria itu?" tanya Ayah Mae Ri. "Jangan makan apa-apa dulu, karena aku akan membawa ddukkboki untuk dimakan di rumah."
"Ayah, pulanglah lebih dulu. Aku mungkin akan pulang agak malam." jawab Mae Ri.
"Sebentar lagi jam 10 lewat, sebenarnya apa yang sedang kau lakukan jam segini?" tanya Ayah Mae Ri.
Ayah Mae Ri menjemput Mae Ri di tempat Mu Gyul, tentu saja Ayah Mae Ri datang dengan emosi yang menggebu-gebu.
"aH, apa ini?" Ayah Mae Ri membuka toples isi kimcchi yang sudah jadi. "banyak sekali. Mae Ri, apa kau sendiri yang membuat semua ini?"
"Tentu tidak ayah, Mu Gyul juga ikut membantuku." jawab Mae Ri. "Apa kau berusaha untuk membuat toko kimchi di sini?! Kenapa kau melakukan hal ini?"
"Maafkan aku." ucap Mu Gyul dengan pelan.
"Kau selalu membuat Mae Ri ku bekerja sampai larut seperti ini sedangkan kau malah pergi bersama perempuan-perempuan lain?"
"Apa kau menikahi Mae Ri hanya untuk menjadikannya budakmu?" Ayah Mae Ri sangat marah.
"Bukan seperti itu ayah, Mu Gyul tidak menyuruhku untuk melakukan hal ini." jawab mae Ri.
"Lalu, siapa yang menyuruhmu seperti ini?!" tanya Ayah mae Ri.
Ibu Mu Gyul datang, "Anak-anak, lihat aku membawa beberapa makanan ringan. Aku membeli beberapa ddukboki dan soondae." Ibu Mu Gyul melihat ke arah Ayah Mae Ri. "Dan kau?"
"Ah, di ayahku." Jawab Mae Ri.
"Oh, benarkah." ucap Ibu Mu Gyul. "Halo senang bertemu denganmu, aku ibu Mu Gyul, Kam So Young."
Ayah mae Ri merasa terkejut, "Kau.. Kau.. Ibumu? Dia itu ibumu, kukira bibimu."
Ibu Mu Gyul tersenyum mendengar pernyataan Ayah Mae Ri.
"Dia ibuku." jawab Mu Gyul.
"Oh, aku mengerti. Lalu apa kau yang menyuruh anakku untuk membuat kimchi sebanyak ini?" ujar Ayah Mae RI.
"Ya. Ada masalah apa?" tanya Ibu Mu Gyul.
"Kenapa kau melakukan hal itu? Kau seenaknya menyuruh Mae Ri." ucap Ayah Mae Ri kesal..
"Seenaknya menyuruh mae Ri? Bukan seperti itu." jawab Ibu Mu Gyul.
Karena takut akan terjadi perang dunia ketiga antara Ayah Mae Ri dan Ibu Mu Gyul, Mae Ri dan Mu Gyul dengan cepat menjauhkan orang tua mereka.
"Ayah cepat kita pergi, cepat!" ucap Mae Ri seraya menarik lengan ayahnya.
"Kenapa kita harus pergi?!" jawab Ayah Mae Ri yang tidak juga mau pergi. "Lain kali kalau kau mau membuat kimchi, buatlah sendiri, ahjumma."
"Ahjumma? Apa aku terlihat seperti bibi-bibi?" Jawab Ibu Mu Gyul.
"Huh? Apa aku harus memanggilmu noona, ahjumma?" tanya Ayah Mae Ri dengan kesal. "Kau seharusnya menyadari kalau sudah memiliki seorang anak, lihat caramu berpakaian."
"Apa yang kau katakan? Siapa kau yang berani berkata seperti itu padaku?" balas Ibu Mu Gyul.
"Ohh.. Sekarang. liatlah.. Ayah dan Ibu sama saja. Keduanya sama-sama memalukan dan sangat tidak bertanggung jawab." Ayah mae Ri tidak mau kalah.
"Ayah.." Mae Ri mencoba menenangkan ayahnya.
"Mu Gyul. apa ada orang yang seperti itu?" tanya Ibu MU Gyul mengejek.
"Tolong maafkan Ibuku." ucap Mu Gyul pada Ayah Mae Ri. Woow.. sopan sekali.
"Siapa yang seharusnya meminta maaf?!" jawab Ayah Mu Gyul. "Kau selalu memperdaya anak perempuan tercintaku ini dan kau juga selalu mempekerjakannya seenak hatimu. Aku harus melakukan sesuatu. " Ayah Mae Ri mendekati Mu Gyul lalu memegang kerahnya, ayah Mae Ri mencoba untuk memukul Mu Gyul tapi Ibu MU Gyul segera menggigit tangan ayah Mae Ri.
>
"Ayah, apa kau baik-baik saja?" tanya Mae Ri panik. "Apa yang harus dilakukank sekarang?"
Ayah Mae Ri mencoba untuk kembali menyerang Mu Gyul, ia menarik kerah Mu Gyul tapi Ibu Mu Gyul kembali menggigit tangan Ayah mae Ri. Ayah Mae Ri kesakitan dan ia akhirnya memutuskan untuk pergi, "Ayo cepat, kita pergi dari sini." ucap Ayah Mae Ri.
Tapi kemudian, ayah Mae Ri kembali ke tempat tinggal Mu Gyul untuk mengambil kimchi yang ada. "Aku harus mengambil kimchi ini." ucap Ayah Mae Ri.
Mae Ri menelpon Mu Gyul, "Maafkan aku mengenai kelakuan ayahku kemarin." ucap Mae Ri. "Tapi, kalau kau jadi dia, kau juga pasti akan mengerti, bagaimana perasaannya."
"Situasi kemarin sungguh sangat rumit." ucap Mu Gyul yang sedang berada di studio rekaman. "Maafkan tentang kelakuan ibuku juga."
"Kita benar-benar berada di sisi yang sama." jawab mae Ri.
So Ra menghampiri Mae Ri. "Mae Ri Yah, apa yang sedang kau lakukan?"
"Aku sedang menelpon Mu Gyul, kalian berdua duluan saja." ucap Mae Ri.
So Ra mengangguk, "aku mengerti."
Mae Ri melanjutkan pembicaraannya dengan Mu Gyul.
"Oh, aku merasa sangat canggung bila hanya berduaan dengan Direktur, jadi aku mengajak So Ra dan Ji Hye untuk datang bersama menemaniku." ucap Mae Ri.
So Ra dan Ji Hye terus memperhatikan Jung In, mereka sangat kagum dengan Jung In terutama Ji Hye, "Owh,, kau masih saja tetap sibuk di hari minggu seperti ini. Kau benar-benar pekerja keras, kau sangat keren." ucap So Ra.
"Maafkan ketidaksopananku." jawab Jung In. "Dimana Mae Ri?"
"Ahh. Dia sedang menelpon..mmh.. dengan ayahnya." ucap So Ra berbohong.
Ji Hye terus memuji Jung In, "Ahh direktur, kau memiliki lengan yang sangat kekar."
"Berbicara tentang Mae Ri, sepertinya ia tidak memakai cincin pernikahan."
"Ah.. itu karena pernikahan berjalan sangat cepat." So Ra kembali mengarang cerita, ia berharap Jung In percaya. "Dia belum menyiapkan cincin pernikahan saat itu."
"Aku mengerti." jawab Jung In.
"Permisi aku harus pergi ke kamar kecil." pamit So Ra. Ia sebenarnya ingin berbicara dengan Mae Ri, mengenai cincin pernikahan yang baru saja di singgung oleh Jung In.
"Aku pikir dia tidak memakai cincin pernikahannya karena alasan kontrak kesepakatan yang telah ditetapkan." ucap Jung in memperkirakan kenapa Mae Ri tidak menggunakan cincin pernikahan.
"Mereka punya.. Sebuah pasangan cincin 14 karat, tapi dia tidak memakainya, kau tahu kenapa alasannya." jawab teman Mae Ri meyakinkan Jung in agar kecurigaannya tidak bertambah.
Mae Ri datang bersama So Ra, mereka menghampiri Ji Hye dan Jung In.
"JI Hye Yah, kau bilang kau punya janji pertemuan hari ini, kan?" tanya So Ra, itu hanya alasan yang dibuat-buat So Ra agar mereka bisa segera pergi dari rumah Jung In. Mereka tidak ingin Jung In menanyakan hal-hal yang aneh lainnya.
"Huh? Ahh.. Tentu saja! Aku benar-benar harus bertemu dengan Young Hoon Oppa di Hongdae." jawab Ji Hye dengan cepat.
"Kami harus segera pergi." pamit Ji Hye pada Jung In. "Terimakasih untuk semuanya."
"Terimakasih sudah mengundang kami." So Ra pamit. "Good Bye."
"Bye." jawab Jung In seraya tersenyum.
"Mae Ri kami pergi." ucap So Ra dan Ji Hye pada Mae Ri.
"Sampai bertemu nanti."
"Hati-hati di jalan." ucap Mae Ri.
"Kau tidak punya waktu untuk mempersiap cincin pernikahanmu dengan Mu Gyul?" tanya Jung In.
"Yah, semuanya berjalan sangat cepat." jawab Mae Ri seraya menunduk.
"Tapi temanmu bilang, kau punya cincin pasangan." tanya Jung In.
"Itu hanya.. Hanya cincin perak." jawab Mae RI. "Aku tidak memakainya karena kesepakatan yang sudah kita buat."
"Sebuah cincin perak?" Jung In mengulang kata-kata Mae Ri.
"Ya." Mae Ri mengangguk."Direktur kau sudah menanyakan segalanya pada teman-temanku, apa kau mencoba untuk mencari tahu sesuatu?" tanya Mae Ri yang curiga kalau Jung In sedang mencurigainya.
"Aku tidak bermaksud seperti itu." jawab Jung In."Bisakah kita bicara sebentar?" tanya Jung In.
"Tentang apa?" tanya Mae Ri.
"Tentang hubunganmu dengan Kang Mu Gyul.." jawab Jung In. "Apa kalian menikah benar-benar karena saling mencintai?"
Mae Ri bingung harus mengatakan apa, ia mengalihkan pembicaraan, "Maafkan aku. Aku akan kembali lain waktu."
Mae Ri segera pergi dari rumah Jung In.
Di luar hujan deras. Mae Ri ingin kembali ke dalam rumah jung in tapi ia segera mengurungkan niatnya, ia tetap berlari di tengah hujan. Mu Gyul juga hendak pulang, tapi hujan mengharuskannya untuk menunggu. Ponsel Mu Gyul berdering, ia mendapat telepon dari Mae Ri.
"Hallo." Mu Gyul mengangkat teleponnya.
Mae Ri berbicara dengan Mu Gyul seraya berlari untuk segera sampai di tempat tinggal Mu Gyul.. "Aku sudah berkali-kali berbohong kali ini." ucap Mae Ri. "Kapan kau pulang?"
Di dekat tempat tinggal Mu Gyul ternyata terparkir mobil Seo Jun, Seo Jun memanggil Mae Ri.
"Wi Mae Ri Sssi." panggil Seo jun.
"Aku akan segera pulang." jawab mae Ri pada Mu Gyul, Mae Ri tidak mendengar panggilan Seo Jun.Berlari menghampiri Mae Ri, "Aku sedang menunggu Kang Mu Gyul. Tapi aku senang ternyata aku bisa bertemu denganmu." ucap Seo Jun. "Aku ingin menanyakanmu beberapa hal."
Mereka berbicara di depan tempat tinggal Mu Gyul.
"Silakan." jawab Mae Ri.
"Siapa yang mengajukan pernikahan terlebih dahulu?" tanya Seo Jun, ia ingin tahu, apa Mu Gyul benar-benar menikahi Mae Ri karena cinta.
"Aku." ucap Mae Ri.
"Tentu saja." kata Seo Jun dengan nada mengejek. "Mu Gyul tidak pernah akan memulai untuk memintamu menikah dengannya. Kenapa kau memintanya untuk menikahimu? Apa ada yang terjadi di antara kalian berdua?"
"Sesuatu telah terjadi." jawab Mae Ri.
"Apa?' Seo Jun ingin tahu lebih dalam lagi mengenai hal yang sebenarnya. "Maksudmu Mu Gyul dipaksa untuk melakukan pernikahan ini?"
Mae Ri diam tidak menjawab, ia menunduk.
"Tapi kenapa kalian menyembunyikan hal ini?" tanya Seo Jun.
"Aku menyuruhnya untuk tidak mengatakan hal itu pada siapapun karena beberapa alasan." jawab Mae Ri. "Jadi, dia tidak benar-benar ingin menyembunyikan hal ini darimu. Aku tidak, harus bagaimana untuk menjelaskan hal ini padamu.
"Bersikap polos tapi kau menusuk dari belakang, apa itu adalah sifatmu yang sebenarnya?!" tanya Seo Jun.
"Kau akan mengerti suatu saat alasan kenapa aku melakukan hal itu." jawab Mae Ri. "Permisi. aku harus pergi."
Mae Ri berlari menjauhi Seo Jun.
Mae Ri tidak menyadari kalau Jung In sedang mengikutinya, Jung in tahu kalau Mae Ri akan kehujanan jadi ia mencari waktu yang tepat untuk memberikan tumpangan untuknya.
Mu Gyul kehujanan, ia basah kuyup. Mu Gyul datang dan langsung menyalakan kompor untuk sekedar menghangatkan dirinya, Mu Gyul tidak punya pemanas ruangan jadi ia menggunakan kompor. Seo Jun yang sedari tadi menunggu Mu Gyul, ikut masuk ke dalam tempat tinggal Mu Gyul. Seo Jun memperhatikan Mu Gyul yang kedinginan, ia memberikan handuk pada Mu Gyul.
Mu Gyul duduk di atas sofa. Seo Jun mengatakan maksud kedatangannya, "Aku datang ke sini untuk meminta maaf padamu, karena saat itu aku memakimu dengan kata 'tidak beruntung'." MU Gyul memang paling tidak suka kalau ada seseorang yang memanggilnya 'tidak beruntung'.
"Seharusnya aku tidak mengatakan hal itu padamu. Saat itu aku sangat marah. Maafkan aku. Aku seharusnya tidak mengatakan apa yang seharusnya tidak aku katakan. Tapi, itu bukan berarti aku memaafkan karena kau sudah membohongiku."
Mu Gyul terlihat sangat pucat, "Kalau hanya itu yang ingin kau katakan kau bisa pergi sekarang juga." ucap Mu Gyul.
Seo Jun duduk di sofa dekat Mu Gyul, "Aku belum saja memulai apapun." ucap Seo Jun.
Seo Jun melihat rajutan sarung tangan buatan Mae Ri, "Kau bilang, tidak ada seorang gadis.. Tapi, sepertinya ini dibuat oleh Mae RI untukmu."
Seo Jun melempar sarung tangan itu ke atas meja. Mu Gyul langsung mengambil sarung tangan rajutan itu dan menaruh di dekatnya. Suasana jadi begitu canggung diantara keduanya.
"Kau sama sepertinya. Kenapa kalian harus menyembunyikan kebenaran ini, kenapa kalian tidak mengatakan hal yang sebenarnya saja?" ucap Seo Jun, ia mencoba menahan emosinya.
"Kau bertemu dengan Mae Ri?" tanya Mu Gyul panik. "Kapan?"
"Aku bertemu denganya sebentar. Dan berbicara dengannya saat aku dalam perjalanan ke sini." Jawab Seo Jun.
"Apa yang kau katakan padanya?" tanya MU Gyul.
"Kenapa? Apa kau takut aku melakukan sesuatu hal yang tidak kau inginkan padanya?" Seo Jun kesal, ia cemburu dan marah.
"Yah, Seo Jun." kata Mu Gyul pelan.
"Kau menolakku, padahal aku sudah menunggumu selama setahun, bagaimana bisa kau menikahi seseorang seperti Mae Ri?" ucap Seo Jun.
"Ini benar-benar membuatku gila." ucap Seo Jun, ia langsung berdiri dan memutuskan untuk pergi dari tempat tinggal Mu Gyul.
Tapi belum sempat Seo jun keluar dari tempat tinggal Mu Gyul, ia menghentikan langkahnya. Dan Seo Jun menangis, hatinya sangat sakit, penantiannya selama ini berakhir buruk. Hati Mu Gyul sudah menjadi milik orang lain.
Mae Ri menenangkan dirinya di sebuah toko buku. Jung In menghampiri Mae Ri, ia berjalan pelan dengan membawa payung di tangan kirinya.
"Perasaanmu menjadi tenang saat kau berada di sebuah toko buku, benarkan?" ucap Jung In pelan.
Mae Ri tidak terlalu terkejut dengan kedatangan Jung In. "Ya. Itulah kenapa aku datang ke tempat ini. Aku merasa, aku benar-benar bisa menyembunyikan diriku di tempat ini, dan aku juga bisa merasakan perasaanku yang sebenarnya di tempat seperti ini." jawab Mae Ri.
"Aku mengerti." ucap Jung In. "Apa kau sedang membaca sebuah buku kumpulan puisi?"
"Ya. Aku hanya ingin hidup sederhana tanpa adanya hal-hal yang rumit."
Ahh... So sweet.. Nge-datenya di toko buku.. ^ ^
Jung In dan Mae Ri membaca buku bersama di sudut toko buku. Jung In duduk agak jauh dari Mae Ri, tapi tiba-tiba ada pengunjung yang datang, pengunjung itu akan mengambil buku yang ada di belakang Jung in, otomatis Jung In harus menggeser duduknya, sampai jaraknya duduk dengan Mae Ri cukup dekat.
Mae Ri memperhatikan Jung in, mereka terlihat sangat kaku.
Jung In memperhatikan Mae Ri yang sangat serius membaca, ia jadi ingin tahu buku apa yang sedang Mae Ri baca. Ahhahaa.. Mereka benar-benar canggung satu sama lain.
Mu Gyul demam, Seo Jun menjaganya, Seo Jun memperhatikan Mu Gyul, Mu Gyul terlihat menggigil, lalu Seo jun memeriksa panas Mu Gyul, "Kenapa kau masih tetap memaksakan dirimu untuk hujan-hujanan? Kau benar-benar jatuh sakit sekarang, apa aku perlu membelikan obat untukmu." tanya Seo Jun.
"Aku baik-baik saja." ucap Mu Gyul pelan. Mu Gyul mulai melemah.
"Bagaimana perasaanmu yang sebenarnya pada Mae Ri?" tanya Seo Jun. "Ceritakan padaku bagaimana awalnya."
Mu Gyul berkata dengan lemah, "Sebenarnya semua hanya sekedar senag-senang saja... Tapi, tidak seperti itu lagi saat ini. Mae Ri.. Dengan mae Ri aku seperti memiliki sebuah keluarga sekarang."
"Keluarga? Aku pikir keluarga adalah sesuatu yang hal sangat mengganggu dan selalu membuatmu frustasi?"
"Dulu aku pikir seperti itu. Tapi.. setelah aku bertemu Wi Mae Ri, aku menemukan pemikiranku.. Aku rasa, aku bisa merasakan seperti apa sebenarnya memiliki sebuah keluarga." jawab Mu Gyul. "Mae Ri.. adalah tipe orang yang setia."
"Kau katakan kalau Mae Ri sudah seperti keluarga untukmu sekarang.. tapi aku rasa kau juga akan menghempaskannya begitu saja, seperti yang selalu kau lakukan pada gadis lain." ucap Seo Jun, "jaga dirimu baik-baik." Seo Jun benar-benar meninggalkan Mu Gyul sekarang.
Mae Ri dan Jung In mengunjungi pasar tradisional bersama. Mereka sangat menikmati suasana pasar tradisional itu, terutama Jung In yang baru pertama kali datang ke tempat seperti ini.
"Berjalan di tengah keramaian pasar seperti ini selalu membuat perasaanku menjadi lebih baik, aku selalu melakukan hal ini setiap kali aku merasa perasaan sedang buruk." ungkap Mae Ri, ia tersenyum senang.
"Aku biasanya hanya melihat pasar tradisional seperti ini dari saluran TV." jawab Jung In. "Ini pertama kalinya aku datang ketempat seperti ini."
"Woow, kau benar-benar seorang bangsawan." ucap Mae Ri seraya tertawa.
Mae Ri melihat penjual makanan ringan khas china, "Oh, kurma cina!" Mae Ri berlari menghampiri penjual makanan itu dan Mae Ri membelinya sebungkus.
Mae Ri mengambilkan satu untuk Jung In, "Ini, cobalah." ujar Mae Ri.
"Aku tidak terlalu suka dengan kurma china." jawab Jung In.
"Tapi aku benar-benar sangat menyukainya." ucap Mae Ri. "Mereka bilang, kalau kau akan cepat tua kalau kau menolak memakan kurma china ini saat kau pertama kali melihatnya."
"Apa maksudnya?" tanya Jung In tidak mengerti.
Mae Ri tersenyum. "Itu artinya, ini sangat baik untuk kesehatan. Ini, makanlah agar kau tidak cepat tua." Mae Ri memberikan satu kurma china pada Jung In.
Jung In mengunyah kurma itu, "Ini sangat.. manis, rasanya lebih manis dari yang aku pikirkan."
Mae Ri mengangguk, "Benar, jika kau memikirkan tentang kurma ini, ada matahari, hujan dan angin berpadu menjadi satu di dalam bibit kecilnya. Jadi, saat kau memakannya, kau tidak hanya mendapatkan sensasi rasa yang sangat enak tapi juga sebuah rasa murni yang berbeda." ujar Mae Ri berfilosofi.
Jung In terus memperhatikan Mae Ri.
Karena Seo Jun masih penasaran dengan hubungan Mu Gyul dan mae Ri yang sebenanrya, ia menanyakan hal itu pada teman-teman Mu Gyul. Tentu saja teman-teman mengarang-ngarang cerita, agar Seo Jun tidak lagi curiga pada Mu Gyul.
Jung In dan Mae Ri berada di kedai minuman. Jung In terus memperhatikan merek minuman yang ia pegang, ini pertama kalinya ia datang ketempat seperti ini. Mae Ri memberikan isyarat pada Jung In untuk segera menuangkan segelas untuknya, Jung In langsung menuangkan minuman yang ia pegang ke gelas Mae Ri. Mae Ri meminumnya. Kemudian Mae Ri teringat satu hal, "Apa maksud perkataanmu saat kita berada di vila, saat itu kau mengatakan bahwa ayahmu sudah seperti dewa untukmu?"
Jung In menjawab, ia kembali flashback ke masa lampau, "Ia menyelamatkan hidupku. Ayahku biasa melakukan perjanjian dengan orang-orang jahat yang berasal dari jepang, dan pada akhirnya aku diculik oleh mereka. Lalu ayahku menyelamatkanku dari kematian, saat itu. Ia terus mendidikku dengan keras, agar aku bisa melindungi diriku sendiri. Itulah kenapa, aku mengatakan kalau ayahku sudah seperti dewa untukku." Jung In menjelaskan pada Mae Ri.
"Benar-benar seperti sebuah drama. Kau pasti sangat truma dengan kejadian itu." Mae Ri menuangkan minuman untuk Jung In, "ini, minumlah."
"Jadi, hal itu yang membuatmu tidak bisa mengingat kejadian sebelum kau berumur 8 tahun?" tanya Mae Ri.
"Terkadang, aku mendapatkan mimpi buruk mengenai hal itu tapi mimpi buruk itu jarang datang lagi setelah aku melihat foto kecil kita." ucap jung In.
"Itu sebabnya kenapa kau selalu tampak canggung di depan ayahmu." ujar Mae Ri, ia sangat prihatin dengan masa lalu Jung In.
Mu Gyul berbaring di tempat tidur, ia demam. Nafas Mu Gyul terengah-engah, badannya benar-benar dalam kondisi yang buruk. Mu Gyul mencoba menelpon ibunya, "Ibu, angkat telepon dariku, aku mohon." ucap Mu Gyul pelan. Ibunya tidak juga mengangkat telepon dari Mu Gyul. Mu Gyul lalu menelpon Mae Ri.
Mae Ri masih berada di pasar tradisional, pasar tradisional bersih, beda jauh kayak di indonesia. Ibaratnya tinggal dikasih marmer aja, pasti jadi supermarket. hehe.. Mae Ri membeli dua pasang kaos kaki. "Berapa ini?" tanya Mae Ri pada penjual kaos kaki.
"6000" jawab pedagang itu.
"Aku beli yang ini, tolong." ucap Mae Ri seraya menyerahkan kaos kaki itu.
Jung In melihat heran tumpukan kaos kaki yang ada di dekatnya, ia mengangkat tumpukan kaos kaki itu dan memperhatikannya.
Handphone Mae Ri berdering, Mu Gyul menghubunginya, "Mu Gyul Ah, kau ada di rumah? Aaahh.. Aku sedang bersama direktur di pasar tradisional. Tapi, kenapa suaramu seperti itu? Apa kau sakit?" tanya Mae Ri, ia terkejut saat tahu Mu Gyul sakit. "Tentu saja kau sakit setelah kau hujan-hujanan!"
Mae Ri sangat cemas, "Bagaimana bisa orang yang sangat sensitive dengan cuaca seperti ini memiliki daya tahan tubuh yang kuat? Apa kau sudah meminum obat? Ahh.. Di rumah tidak ada obat. Kang Mu Gyul, tunggu aku. Aku akan segera ke sana dan membawakan obat untukmu." ucap Mae Ri.
Jung In terus memperhatikan Mae Ri.
Mu Gyul menunggu Mae Ri di depan tempat tinggalnya, ia membawakan payung untuk Mae Ri agar Mae Ri tidak basah kuyup. Mu Gyul menahan dingin, tapi ia tetap berdiri menunggu, "Dia bilang dia akan segera datang, apa yang membuatnya lama seperti ini?" Mu Gyul akhirnya memutuskan untuk membeli obat sendiri, ia menggunakan payungnya dan juga.. liaat.. Mu Gyul menggunakan rajutan sarung tangan buatan Mae Ri. Imut sekali...
Tak berapa lama, mobil Jung In datang. Mobil itu berhenti tepat di depan tempat tinggal Mu Gyul. Jung In turun dari mobil lalu ia lalu membuka pintu mobil untuk Mae Ri dan meneduhinya dengan payung agar Mae Ri tidak kebasahan.
"Terimakasih sudah memberikan tumpangan untukku. Aku akan segera masuk, sekarang." ucap Mae Ri. Belum sempat Mae Ri berjalan, Jung In langsung memanggilnya, "Wi Mae Ri.."
"Ya?" Mae Ri jadi ingat kalau ia akan memberikan kaos kaki yang dibelinya tadi di pasar untuk Jung In. "Oh, ya benar. Tunggu." Mae Ri merogoh tasnya untuk mengambil kaos kaki itu.
Agar Mae Ri tidak kebasahan, Jung In menarik Mae Ri untuk lebih dekat dengannya.
Mereka saling menatap. "Apa yang kau cari?" tanya Jung In.
"Ah, tunggu sebentar." Mae Ri memberikan kaos kaki itu pada Jung In. "Ini.. ini adalah kaos kaki yang terbuat dari katun, kau bisa menggunakan ini saat kau tidur. Dekatkan kaos kaki itu ke pipinya, bahannya benar-benar sangat lembut."
Jung In melakukan apa yang Mae Ri katakan, ia mendekatkan Kaos kaki itu ke pipnya. "Benar-benar lembut." ucap Jung In seraya tersenyum tipis.
"Kau bisa tidur nyenyak sekarang, karena kaos kaki ini sangat menghangatkan. Dan, terimakasih banyak kau telah menceritakan tentang kisahmu. Ini pertama kalinya aku benar-benar bisa melihat sisi manusia dari dirimu. Dan meskipun ini sangat sulit untukmu, tapi cobalah untuk selalu mengekspresikan semua perasaanmu lebih sering. Dan, jangan takut lagi dengan ayahmu. Karena, bagaimanapun kau takut padanya, dia masih benar-benar ayahmu. Pastikan kau memakai kaos kaki itu sebelum kaku tidur, karena kau tidak akan mendapatkan mimpi buruk lagi. Dan, aku harus pergi sekarang." ucap Mae Ri.
Mae Ri berlari kecil menjauhi Jung In tapi lagi-lagi Jung In memanggil namanya, "Wi Mae Ri."
Mae Ri menghentikan langkahnya.. "Ya?" Mae Ri berbalik ke arah jung In. Daaaann..
Jung in mencium Mae Ri..
Tapi, dari kejauhan Mu Gyul melihat mereka berdua. Mu Gyul shock.
"Maafkan aku, kalau aku membuatmu takut." ucap Jung In.
Mu Gyul marah, cemburu, sakit hati, semua emosi itu membuat Mu Gyul berlari dan langsung meninju Jung In.
Mae Ri mencoba menahan Mu Gyul. "Kang Mu Gyul! Apa yang kau lakukan?!!" Mae Ri panik,
"Kau pikir apa yang kau lakukan?" ucap Mu Gyul pada Jung In.
"Direktur, apa kau baik-baik saja?" tanya Mae Ri.
Jung In tidak berkata apa-apa, ia hanya terdiam dan tidak melawan.
"Kau, ikut aku." Mu Gyul menarik paksa tangan Mae Ri.
Di tempat tinggal Mu Gyul,
"Kenapa kau memukulnya seperti itu?" tanya mae Ri kesal.
"Kenapa kau membawanya ke tempat ini?!" ucap MU Gyul.
Mereka sama-sama saling meninggikan suara.
Mae Ri menyodorkan obat pada Mu Gyul, ia ingin memberitahu bahwa Jung In mengantarkannya untuk membeli obat Mu Gyul.
Mu Gyul terbatuk-batuk. Mae Ri panik, "Mu Gyul?"
"Aku baik-baik saja." ucap Mu Gyul. Mu Gyul melepas rajutan sarung tangan yang dipakainya, dan ia melemparkan sarung tangan itu ke sembarang tempat.
Mae Ri membantu Mu Gyul untuk berbaring di atas kasur. Mae Ri panik, "apa yang harus dilakukan?" Mae Ri memeriksa suhu badan Mu Gyul, ia meletakkan telapak tangannya ke kening Mu Gyul. Mae Ri terkejut, suhu badan Mu Gyul sangat tinggi, "Oh, panas sekali, bagaimana ini?"
Mae Ri menyelimuti Mu Gyul. Mu Gyul menggigil.
"Kita hentikan semuanya sampai sini." ucap Mu Gyul pelan.
Mae Ri tidak mempedulikan perkataan Mu Gyul, yang ia khawatirkan hanya kesehatan Mu Gyul, "Yeah, kita akan melakukan hal itu. Kau sekarang sakit, lebih baik kita bicarakan hal itu nanti saja. Beri waktu aku sebentar" Mae Ri pergi untuk mengambil air untuk mengkompres Mu Gyul.
"Ayo kita hentikan semua ini. Pernikahan palsu ini, maksudku." ucap Mu Gyul pelan.
"Apa?" Mae Ri terkejut.
"Aku tidak bisa lagi melanjutkan semua ini." ucap Mu Gyul.
"Apa maksudmu?" tanya mae Ri.
"Aku tidak bisa melanjutkan hal ini lagi lebih jauh... Aku rasa semua ini entah karena aku ingin menang dari pria itu atau aku memang benar-benar menyukaimu. atau kadang aku sulit membedakan apakah pernikahan ini palsu atau nyata." Mu Gyul memejamkan mata, ia menangis. "Aku benar-benar sungguh sangat lelah."
Mae Ri tidak bisa berkata apa-apa, ia menahan tangis.
Jung In belum juga pergi, ia berdiri sendiri di luar.
Mae Ri berdiri terpaku mendengar penjelasan Mu Gyul,
"Aku mengerti, saat-saat seperti sangat sulit untukmu.. Aku juga merasakan hal yang sama. Aku lelah. Maafkan aku." Mae Ri menangis. [saya juga] "Maafkan aku.. Dan terima kasih.." ucap Mae Ri terbata-bata.
Mae Ri pergi meninggalkan Mu Gyul. Mu Gyul terdiam dengan air mata yang menetes. Mae Ri menghentikan langkahnya, ia terdiam dan berpikir. Mae Ri menangis tapi ia mencoba mengembangkan senyumnya. Ia tidak boleh meninggalkan Mu Gyul dalam keadaan sakit seperti itu. Setidaknya, Mu Gyul harus sembuh, baru mereka bisa benar-benar berpisah.
Mae Ri kembali ke dalam, ia mengambil kain lalu mengkompres Mu Gyul. "Aku akan segera pergi setelah aku melakukan semua ini."
"Aku sudah katakan padamu untuk mengakhiri semua ini!" Mu Gyul menghempas kasar tangan Mae Ri.
"Aku tahu! Semua perjanjian kita sudah berakhir!" jawab Mae Ri.
Mae Ri mencoba menenangkan Mu Gyul. "Jangan marah seperti itu, panasmu akan semakin naik." Mae Ri membaringkan Mu Gyul dan menyelimutinya. "Aku akan membuatkanmu sup kacang, kau harus makan sebelum meminum obat. Tunggu sebentar" Mae Ri secepat mungkin menyediakan makanan untuk Mu Gyul.
"Mu Gyul, bangun.Kau harus makan sesuatu, huh? Mu Gyul Ah, kau dapat tidur setelah kau makan dan meminum obat." ucap Mae Ri pelan.
Mae Ri menyuapi Mu Gyul, sesendok demi sesendok.
Di sebuah kedai minuman, Seo Jun sedang mengintrogasi teman-teman Mu Gyul untuk mendapatkan informasi yang sebenarnya mengenai pernikahan Mu Gyul dan Mae Ri.
Ayah Jung in mendapat informasi mengenai pengakuan Mu Gyul tentang pernikahannya dengan Mae Ri. Ayah Jung In tentu saja marah. Ia memutuskan untuk segera bertemu Jung In dan ayah Mae Ri.
Seo Jun sudah mendapatkan kebenaran dari pernikahan palsu antara Mu Gyul dan Mae Ri, Seo Jun segera datang menemui Mu Gyul. Seo Jun melihat Jung In di depan rumah Mu Gyul. Saat Seo Jun mencoba untuk masuk ke dalalm, Jung In langsung melarangnya masuk.
Jung In melarang Seo Jun untuk masuk, ia mengatakan kalau Seo Jun bisa menceritakan semuanya pada Jung In.
Mu Gyul sadar, panasnya sudah turun. MU Gyul melihat Mae Ri yang tertidur di pinggiran kasur. Mu Gyul langsung membenarkan letak kepala Mae Ri dan menyelimutinya. Mu Gyul mengusap kepala Mae Ri. Semua jadi serba salah, Mu Gyul sudah benar-benar jatuh cinta pada Mae Ri.
Tepat di depan tempat tinggal Mu Gyul, mobil milik Ayah Jung In terparkir. Ayah Mae Ri menunjukkan letak tempat tinggal Mu Gyul, "Di Sini hyung." ucap Ayah Mae Ri pada Ayah Jung In.
Mereka langsung masuk. Ayah Mae Ri kesal, "Kau sudah mengambil anak perempuanku dan menjadikannya istrimu. Apa lagi yang akan kau lakukan sekarang?" Ayah Mae Ri memegang kerah Mu Gyul.
Mae Ri menahan tangisnya. "Ayah, hentikan! Mu Gyul sedang sakit!" Mae Ri mencoba melindungi Mu Gyul.
"Kenapa kau menikah pria yang tidak bertanggung jawab seperti ini? huh?" ucap Ayah mae Ri pada Mae Ri.
Mu Gyul diam, ia tidak berbicara apapun.
"Yah, katakan padaku. Katakan! Bagaimana bisa kalian mengumumkan hubungan pernikahan kalian di depan para staff, dasar berandal! Cepat, katakan sesuatu bodoh!" Ayah Mae Ri mendorong Mu Gyul, hingga Mu Gyul jatuh ke lantai.
"Mu Gyul Ah." jerit Mae Ri.
Ayah Mae Ri kesal, "Tidak mudah untuk membesar putriku tanpa seorang ibu selama 20 tahun.." Ayah Mae Ri menangis.
"Ayah.." ucap Mae Ri.
"Aku selalu membuat putriku susah sampai ia dewasa. Bagaimana bisa kau mengambil begitu saja putriku yang polos ini, kau bodoh!!" ucap Ayah Mae Ri, tangisnya semakin menjadi.
"Maafkan aku." ucap Mu Gyul pelan dengan sisa tenaganya.
"Apa yang akan terjadi pada Wi Mae Ri? Apa yang akan terjadi?" kata Ayah mae Ri.
"Dae han Ah, jangan seperti ini." ucap Ayah Jung In, ia menepuk pelan pundak sahabatnya itu.
Ayah Jung In berkata dengan nada tinggi pada Mu Gyul, "Apa kau tahu berapa banyak orang terlibat dalalm masalah ini sekarang? Semua karena ulahmu?! Apa yang akan kau lakukan pada Mae Ri sekarang?!"
"Aku mohon hentikan." Mae Ri menangis, ia membela Mu Gyul. "Mu Gyul tidak melakukan kesalahan apapun."
Mae Ri menatap Mu Gyul yang bersandar lemah ke tembok, "Maafkan aku, semua ini kesalahanku." ucap Mae Ri.
"Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja." Jawab Mu Gyul.
"Kenapa kau yang harus mengakui semua kesalahan ini?" tanya Ayah Mae Ri.
Mae Ri memberanikan dirinya, ia menghapus air matanya dan berkata, "Karenaa.. kami tidak benar-benar menikah."
"Apa maksudmu?" tanya Ayah Mae Ri. "Apa maksudmu kau tidak menikah?"
"Kami tidak pernah menikah. Semua itu hanya kebohongan." ucap mae Ri, ia berkata dengan menahan tangis.
"Wi Mae Ri.." Mu Gyul memanggilnya.
Semua terbongkar, kebohongan pernikahan palsu antara Mu Gyul dan Mae Ri sudah terungkap. Semua pihak sekarang sudah mengetahui hal itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar