Rabu, 22 Desember 2010

Sinopsis Marry Me, Mary! / Mary Stayed Out All Night episode 9 part 2



Mae Ri dan Mu Gyul akhirnya sampai juga di Nami Island. Mereka singgah sejenak di sebuah penginapan kecil untuk sekedar mengistirahat badan mereka.
"Ahh.. Aku rasa, aku akan mati." ucap Mae Ri seraya mencopot sepatunya.
Mae Ri dan Mu Gyul merebahkan diri.
"Aku hanya ingin tidur seperti ini saja." ucap Mae Ri seraya menghadapkan wajahnya pada Mu Gyul.
"Kau pasti tidak pernah membayangkan ada seseorang yang membawamu pergi seperti ini." ucap Mu Gyul. Mu Gyul memberikan tangannya, agar Mae Ri bisa menjadikan tangan Mu Gyul sebagai bantal. "Ini.."







Mu Gyul terus menatap Mae Ri.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Mae Ri.
"Aku hanya merasa semua ini sangat menakjubkan. Karena ini pertama kalinya aku dan kau pergi bersama." jawab Mu Gyul. Mu Gyul mendekatkan wajahnya pada wajah mae Ri.
Mae Ri menutup mata dan berkata, "Tunggu.. " Mae Ri mengalihkan pembicaraan. Ia bangun dari tidurnya. "Wow.. Lihat, cuaca di luar sangat bagus.. Ayo kita keluar." ajak Mae Ri.
"Bagus apanya? Diluar sangat dingin dan berangin." jawab Mu Gyul. "Dingin sekali, lebih baik di sini.." ucap Mu Gyul seraya menaruh kepalanya di bahu Mae Ri.
"Lihat, ada matahari sekarang. Ayo kita lihat sunrise.. Huh?" Mae Ri menarik tangan Mu Gyul dengan paksa.. "Ayoo.."
Terpaksa Mu Gyul memenuhi permintaan Mae Ri untuk pergi keluar.





Jung In mengajak Seo Jun ke pasar tradisional.
"Tidak bisa dibayangkan ternyata kau menyukai tempat seperti ini, Direktur." ucap Seo Jun yang berjalan di belakang Jung In.
Jung In terbayang perkataan Mae Ri, saat ia pergi bersamanya ke pasar tradisional ini, saat itu Mae Ri berkata, "Datang ke tempat ini selalu membuat perasaanku menjadi lebih baik."

Seo Jun berkata lagi, "Sebenarnya aku benci tempat yang ramai seperti ini."
"Hati-hati." ucap Jung In saat melihat Seo Jun hampir tertabrak. Seo Jun melihat ke arah Jung In.




"Ini pertama kalinya, aku datang ke tempat seperti ini." ucap Seo Jun.
Jung In dan Seo Jun kembali menyusuri pasar tradisional itu.
"Saat itu juga pertama kalinya bagiku datang ke tempat seperti ini." jawab Jung In. "Kau mau makan sesuatu?" tanya Jung In.
Seo Jun mengangguk.

Jung In membawa Seo Jun makan di sebuah kedai, di kedai yang sama saat ia pergi bersama Mae Ri ke pasar tradisional ini.





Jung In belum juga memakan pesanan. Seo Jun menyuruput supnya, lalu memperhatikan Jung in yang sedari tadi diam. "Direktur.." panggil Seo Jun.

"Aigoo.. Kau benar-benar sangat canti, Noona. Kau pasti sangat mudah untuk menjadi seorang artis." ujar pedagang kedai di tempat itu.
Seo Jun tertawa senang mendengarnya, "Haruskah aku ikut mencoba suatu audisi, Ahjumma"
"Ya, tentu saja. Kau benar-benar sangat cantik. Aku yakin kau akan mendapatkan yang terbaik." jawab bibi pedagang kedai. "Apa kalian berdua pasangan kekasih? Kalian tampak sangat serasi.."



Seo Jun dan Jung In saling tersenyum mendengarnya.
"Korea selatan benar-benar tempat yang sangat menyenangkan. Orang-orang tampak begitu nyaman memanggil orang asing dengan panggilan "aunty" atau "dear." Dan kemudian mereka akan menanyakan tentang status orang asing itu, apa orang asing itu sudah menikah atau belum awalnya, aku sangat tidak menyukai hal itu, tapi aku merasa nyaman sekarang. Aku rasa penyebab dari rasa frustrasi yang aku rasakan, karena aku terlalu memikirkan pendapat orang-orang mengenai driku. Tapi aku merasa sangat nyaman di sini, tidak ada seorang pun yang megenaliku." ucap Seo Jun.
"Itulah kenapa terasa nyaman." jawab Jung In.


Uaah.. Di tempat lain, Mae Ri dan Mu Gyul sedang menikmati hari indah mereka.








Setelah berjalan-jalan mengitari Nami Island, Mae Ri dan Mu Gyul membuat api unggun di dekat penginapan mereka. Mereka duduk berdekatan.
"Ahhh.. Benar-benar sangat menyenangkan bukan?" tanya Mu Gyul.
"Iah.." Mae Ri melihat kesekelilingnya, tak jauh dari tempatnya duduk, Mae Ri melihat sebuah keluarga sedang berkumpul. "Kedua orang tua itu, mereka terlihat sangat bahagia. Keluarga mereka terlihat sangat lengkap. Ayah, Ibu, dan dua orang anak."
"Dan sang ayah nantinya akan mengajak anak lelakinya ke arena spa.." goda Mu Gyul pada Mae Ri.





Mae Ri tertawa mendengarnya. "Apa kau pernah memiliki impian untuk mempunyai keluarga yang utuh seperti itu?" tanya Mae Ri pada Mu Gyul.
"Aku tidak tahu. Aku tidak mau berharap banyak dengan hal itu, karena sepertinya hal itu tidak benar-benar terlihat nyata bagiku." jawab Mu Gyul.
"Aku mengerti." jawab Mae Ri, "tapi bagiku, memiliki keluarga lengkap seperti itu selalu menjadi impianku saat aku kecil. Karena aku sudah kehilangan ibuku saat kecil dan aku hanya tinggal bersama ayahku, sejak saat itu aku bermimpi untuk menjadi seorang istri yang baik dan menjadi ibu yang baik pula kelak."


"Jalan hidup kita hampir sama." ujar Mu Gyul. "Tapi, bagiku, hal itu malah sebaliknya. Aku sudah terbiasa hidup tanpa seorang ayah dan tidak juga dapat tinggal bersama ibuku sendiri.. Dengan semua itu, apa aku bisa membangun sebuah keluarga yang bahagia? Bisakah aku menjadi suami yang baik dan menjadi seorang ayah yang baik juga?"




"Itulah kenapa kau hanya berpacaran dengan mereka?" tanya Mae Ri.
"Ya.." Mu Gyul melihat ke arah Mae Ri. "Itu hal yang paling mudah. Kau bisa menjalin suatu hubungan kapanpun kau mau dan mengakhirinya kapanpun kau mau juga."
"Jadi, kau hanya menemui mereka, saat kau merasa menyukainya" ucap Mae Ri.
"Yeah.. Tapi.. Semua itu karena semua perempuan sama.. Mereka hanya baik di awalnya saja, dan seterusnya mereka hanya akan mengganggu dan mengomel." jawab Mu Gyul.
"Tenang saja.. aku tidak akan mengomel." ujar Mae Ri
"Benarkah?" tanya Mu Gyul. "Seorang kekasih yang ideal bagi seorang musisi adalah seorang kekasih yang tidak pernah mengomel"
Mae Ri tersenyum.





"Ajari aku bagaimana caranya memainkan gitar." pinta Mae Ri.
"Kau ingin belajar memainkan gitar?" tanya Mu Gyul.
Mae Ri mengangguk. "Sebagai seoarang kekasih dari rocker, paling tidak aku harus tahu dasar permainan gitar."
"Okay.." jawab Mu Gyul. Ia mengambilnya gitarnya dan mulai mengajari Mae Ri tahap dasar memainkan gitar.





Di kantor Jung in.. Seo Jun juga tengah memainkan gitar, ia memetik senar gitar dengan pelan dan tidak beraturan.
"Keluargaku selalu menginginkanku untuk menikah dengan tipe pria sepertimu direktur. Tapi menurutku pernikahan seperti itu hanya akan memperbudakku." ujar Seo Jun.
"Aku mengerti." jawab Jung In.
"Dan tentu saja aku akan lebih memilih untuk mengurusi diriku sendiri." ujar Seo Jun.
"Jadi, kau tidak akan menikah sampai nanti?" tanya Jung In.


Seo Jun mengangguk perlahan. "Mu Gyul dan aku pernah membicarakan tentang hal ini, dan aku mengatakan padanya kalau kami dapat tinggal bersama meskipun kami tidak terikata dalam pernikahan. Tapi sekarang, saat aku melihat kembali,.. Ternyata aku baru menyadari kalau aku hanya memikirkan diriku sendiri saja." ucap Seo Jun, ia mengakhiri perkataannya dengan tersenyum untuk menguatkan dirinya sendiri.


Mae Ri dan Mu Gyul melihat sepasang kakek nenek yang berjalan di depan mereka.
"Benar-benar sangat menyenangkan." ucap Mae Ri saat melihat kakek nenek itu yang berjalan saling menuntun.
"Benar.." jawab Mu Gyul. "Aku pikir, hal itu tidak akan pernah ada di dunia ini, sungguh menakjubkan."
"Butuh berapa banyak waktu yang harus dilewati untuk bisa menjalin rasa hingga seperti itu?" tanya Mu Gyul.
"Tapi, dengan cinta saja tidak akan mampu untuk mempertahankan suatu hubungan sampai seperti itu?" ucap Mae Ri.





"Lalu.. Mereka melalui semuanya dengan kesetiaan?" Mu Gyul menerka jawaban mae Ri.
Mae Ri mengangguk. "Ya.. Mereka pasti melaluinya dengan kesetiaan."
"Memang, kesetiaan tidak terlihat memudar diantara mereka."
"Aku harap, kesetiaan diantara kitapun akan sama seperti itu." ucap Mae Ri.
"Kalau denganmu, aku yakin semuanya akan terjadi." jawab Mu Gyul.



"Kalau kau lelah, kita bisa kembali sekarang." Mu Gyul melihat Mae Ri yang kelelahan.
"Tidak, tidak perlu. Aku sangat menyukai hal ini." jawab mae Ri, ia merebahkan kepalanya ke bahu Mu Gyul. "Bersama denganmu seperti ini, seperti sebuah mimpi. Dan lagi, aku sangat ingin melihat sunset.."
"karena kita tidak bisa melihat sunrise, bisakah kita melihat sunset sebelum kita kembali?" tanya Mu Gyul.
Mae Ri tersenyum. "Ahh.. Apa yang harus aku katakan pada ayahku." ucap Mae Ri.
"Satu satunya jalan adalah dengan jujur kepadanya." jawab Mu Gyul. "Yah, aku akan menjelaskan semuanya kepada Ayahmu saat kita kembali.."




Mae Ri tertidur nyenyak di penginapan, Mu Gyul menjaganya seraya membaca sebuah buku. Mu Gyul terlihat mengantuk dan kemudian memutuskan untuk tidur. Sebelum Mu Gyul tidur, ia memberi kecupan di kening Mae Ri, lalu ia tidur di samping Mae Ri.






Tak berapa lama kemudian, saat Mu Gyul bangun, Mu Gyul setengah mati kaget melihat Ayah Mae Ri ada dihadapannya. Mu Gyul mencari Mae Ri. "Mae Ri yah. Mae Ri."
"Tidak penting seberapa kau memanggilnya, dia tidak akan menjawab panggilanmu." jawab Ayah Mae Ri menatap sinis ke arah Mu Gyul.
"Di mana Mae RI?" tanya Mu Gyul.
"Bagaimana bisa kalian kabur di tengah malam, dan kalian kelelahan lalu menginap di tempat ini, kau terlalu lelah sampai-sampai tidak mengetahui ada orang yang masuk ke sini. Aku membawa Mae Ri pulang ke rumah saat ia masih tertidur." Jawab Ayah Mae Ri. "Katakan padaku yang sebenarnya. Bagaimana bisa, saat kalian memutuskan untuk melihat sunrise tapi kalian malah menginap di tempat seperti ini? Kau pasti tidak peduli padaku dan ingin mempermainkanku, bukan?" Ayah Mae Ri berdiri dari duduknya. "Kau lebih baik jangan pernah berpikir untuk bisa bertemu Mae Ri lagi."





Di rumah Mae Ri. Mu Gyul dan Mae Ri tengah diintrogasi oleh Ayah Mae Ri. hehe..
"Kau sudah membuat pertunangan di batalkan dan sekarang kau membuat keluarga kami berantakan." ucap Ayah Mae Ri pada Mu Gyul. "Dan lagi, kau juga mencoba untuk melarikan diri di tengah malam?"
"Kami tidak melarikan diri, kami akan kembali lagi dan membicarakan semuanya padamu." jawab Mu Gyul.
"Ayah, kau juga lari bersama ibu dan menikahi ibu padahal kakek sama sekali tidak setuju dan tidak menerimamu." ujar Mae Ri mencoba membela Mu Gyul.


"Ah.. Itu rahasia keluarga." jawab Ayah Mae Ri. "Kami perlu berbicara empat mata antar sesama pria. Mae Ri, kau bisa kembali ke kamarmu dan menunggu di sana." suruh Ayah Mae Ri.
"Ayah, kenapa gaya bicaramu menjadi lebih formal seperti itu." tanya Mae Ri yang aneh mendengar perkataan ayahnya yang berbicara dengan bahasa formal.
"Aku tidak bisa berbicara informal kepada orang yang membuatku merasa tidak nyaman." jawab Ayah Mae Ri.






Mu Gyul jadi teringat saat Ayah Mae Ri mabuk yang juga berkata perkataan sama seperti itu, bahwa Ayah Mae Ri tidak bisa berbicara informal pada seseorang yang membuatnya tidak nyaman. Mu Gyul tertawa mengingat kejadian itu.
"Lihat.. Bagaimana bisa kau tertawa terbahak seperti itu saat orang yang lebih dewasa darimu sedang berbicara." Ayah Mae Ri merasa tersinggung karena ditertawakan. "Aku benar-benar tidak dapat menoleransi hal ini."

Mu Gyul menghentikan tawanya, "Maafkan aku, aku mohon, setujuilah hubungan kami." ucap Mu Gyul.
"Aahh.. Bagaimana bisa aku menjadi ayah mertuamu.. Pergi dari rumahku sekarang juga.!" Ayah mae Ri kesal.
"Aku akan kembali lagi nanti." jawab Mu Gyul. Mu Gyul berdiri dari duduknya, dan saat berdiri, kakinya terasa sangat sakit.
Mae Ri panik. "Mu Gyul Ah.." Ia memijit-mijit kaki Mu Gyul. "Ayah, kau benar-benar sangat kejam. Mu Gyul Ah.."

Ayah Mae Ri menahan Mae Ri, saat Mae Ri mencoba untuk mengantar Mu Gyul keluar rumah.
"Ayah.. Lepaskan aku.. Ayah.." Mae Ri berontak.
"Tidak, aku tidak akan melakukannya." Jawab Ayah Mae Ri.


Dan akhirnya Mae Ri bisa melepaskan diri dari ayahnya, Mae Ri mengejar Mu Gyul sampai keluar rumah. "Mu Gyul-ah.. Mu Gyu-ah.." panggil Mae Ri. Tapi saat sampai di luar rumah, ia tidak menemukan Mu Gyul tapi malah bertemu dengan Jung In.


Jung in memakirkan mobilnya tepat di depan rumah Mae Ri.
"Kau kembali dengan selamat." ucap Jung In.
"Apa yang membawamu ke sini?" tanya Mae Ri.
"Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat." jawab Jung In.
"Aku tidak bisa." ucap Mae RI.
"Ayahku sakit." jawab Jung In.





Karena kesal dengan Mu Gyul, Ayah Mae Ri datang ke tempat Mu Gyul untuk mencari Mae Ri. Padahal Mae Ri sedang pergi bersama Jung In untuk menjenguk ayahnya yang sedang sakit. Saat berada di depan tempat tinggal Mu Gyul, Ayah Mae Ri bertemu dengan Ibu Mu Gyul, mereka saling bertabrakan.
"Oh, Ibu Kang Mu Gyul." ucap Ayah Mae Ri.
"Apa kau papanya Merry Christmas, benar?" tanya Ibu Mu Gyul.
Apa yang bakal terjadi kalau dua orang itu bertemu? Yap, mereka saling adu mulut.. Hahaa...
"Apa anaku ada di dalam?" tanya Ayah Mae Ri.
"Tidak, dia tidak ada di dalam." jawab Ibu Mu Gyul.
Dan mereka saling bertengkar, saling memojokkan masing-masing, tapi kemudian Ibu Mu Gyul menangis mengingat pengorbanannya dulu saat ia melahirkan Mu Gyul. Ayah Mae Ri jadi merasa iba, mendengar penderitaan Ibu Mu Gyul.



Mu Gyul yang berada di dalam ruangan mendengar ibunya menangis. "Oh, bukankah itu suara tangisan Kam So young?" Mu Gyul langsung keluar dan menemui ibunya.

"Tolong bersikap baiklah pada anakku." ucap Ibu Mu Gyul seraya menghela air matanya dengan tissue. "Dia tumbuh tanpa orang tua."
Karena Ayah Mae Ri merasa iba, sekarang emosinya sudah dapat di kontrol. "Masalahnya adalah Mae Riku akan segera menikahi seorang pria kaya, jadi tolong katakan pada putramu untuk tidak kabur lagi bersama anaku. Dia dia memiliki orang tua yang tidak beruntung, paling tidak ia harus menikah dengan calon suami yang baik."



Mu Gyul datang, "Kam So Young, kenapa kau menangis. Jangan menangis, itu sangat memalukan." ucap Mu Gyul.
"Ayah Mae Ri terlihat sangat baik, kau pasti salah sangka menilai kepribadiannya." ucap Ibu Mu Gyul.
"Apa maksudmu?" tanya Mu Gyul.
"Aku akan menoleransi semua kesalahanmu, semua itu karena demi menghormati ibumu saja." ujar Ayah Mae Ri.
"Bukan ibu. Panggil saja Kam So Young." Ibu Mu Gyul tidak ingin dipanggil dengan sebutan ibu oleh Ayah Mae Ri.

Ayah Mae Ri bertanya, "Apa Mae Ri ada di dalam?"
"Tidak." jawab Mu Gyul.
"Benarkah?" Ayah Mae Ri tidak percaya.
Ibu Mu Gyul meyakinkannya, "Ia, dia benar-benar tidak ada di dalam.."
"Baiklah aku akan mempercayaimu, seperti apa yang sudah dikatakakn oleh ibumu." ucap Ayah Mae Ri, ia langsung pergi meninggalkan Mu Gyul dan ibunya.




Mae Ri dan Jung In sampai di rumah Jung In. Asisten datang dan memberitahukan mereka, "Presiden sedang terlelap tidur untuk beberapa saat, tolong tunggu sebentar." ucapnya.
Mae Ri dan Jung In mengangguk mengerti.





Jung In duduk di sofa, Mae Ri pun ikut duduk juga.
"Aku tidak bisa merubah pemikiranku tentang rencana pernikahan kita. Sudahkah kau mempertimbangkan hal itu?"tanya Jung In.

Mae Ri terdiam, ia hendak bilang 'tidak akan melakukan hal itu' tapi kata-kata tertahan.
"Aku mengerti kalau menolak hal itu. Tapi walaupun demikian.. Aku berharap agar kau dapat menyembunyikan semuanya dari ayahku, sembunyikan hal itu seperti tidak terjadi apapun. Stress yang berlebihan adalah faktor utama penyakit ayahku, dan jika ayahku tahu kalau kau sudah memilih pria lain, hal itu akan menjadi sangat sulit untuk menerimanya." kata Jung In.
"Aku mengerti. Karena itulah aku tidak ingin berbohong lagi." jawab Mae Ri.
"Kau benar-benar sangat berarti bagi ayahku, Wi Mae Ri. Jadi, kalau kau tidak dapat melakukannya untukku, aku mohon lakukanlah untuk ayahku." ujar Jung in.





Mae Ri mengetuk pintu kamar Ayah Jung In, lalu ia masuk. Ayah Jung In menyambutnya dengan tersenyum senang. "Kemarilah." ucap Ayah Jung In.
Ayah Jung In mengulurkan tangannya, lalu Mae Ri menggenggam tangan itu.
"Maafkan aku, semua ini salahku." Mae Ri menyesal.
Ayah Jung In menggeleng, "Semua yang aku inginkan adalah melihat senyum indah di wajahmu. Aku yakin aku akan lebih baikkan setelah melihat senyummu, Jadi, aku mohon tersenyumlah."
Mae Ri tersenyum.



"Ya, kau tampak sangat mirip sekali dengan ibumu saat kau tersenyum." ujar Ayah Jung In.
"Aku akan datang mengunjungimu sesering mungkin mulai dari sekarang." kata mae Ri.
"Terimakasih untuk itu." jawab Ayah Jung In. "Tapi, setelah kita menjadi satu keluarga, aku akan dapat bertemu denganmu setiap waktu."
"Agar dapat segera pulih, Ahjussi, kau harus meminum obatmu setiap hari." kata mae RI.
"Benar." jawab Ayah Jung In.



Mu Gyul sedang berkumpul bersama teman-temannya. Mereka menjadikan pernikahan dan masa depan sebagai topik pembicaraan mereka. Teman-teman Mu Gyul sibuk berbicara, sedangkan Mu Gyul hanya mendengarkan tanpa banyak komentar.
"Kita sudah hidup dengan musik lebih dari 10 tahun, tapi tetap saja, kita masih belum bisa memberikan yang terbaik untuk kekasih kita."
"Aku merasa putus asa, saat ada seseorang yang mulai membicarakan tentang pernikahan."
"Itulah kenapa, kita harus menikah dengan perempuan kaya atau mungkin menikah dengan penggemar."



"Yah, cinta penggemar tidak akan lebih dari satu tahun. Saat beras di rumahmu habis dan tagihan listrik sudah menumpuk. Kalian hanya akan saling bertengkar yang pada ujungnya akan berakhir pada perceraian."
"Itu benar-benar sangat menyulitkan."
"Seperti orang tua bilang, yang terbaik adalah menikahi musik saja."
"Buruk sekali. Kita masih muda, ayo minum.."

Mu Gyul diam tidak berkomentar, ia malah mengirimkan sms pada Ibunya, isi smsnya
"Mom.. I miss You.."



Di rumah Mu Gyul, Mu Gyul berbicara dengan Ibunya tentang rencana kepergian ibunya ke paris.
"Jadi, bagaimana persiapanmu untuk pergi ke paris? Waktunya tinggal sebulan lagi." tanya Mu Gyul.
"Aku harus menjual kafe dulu." jawab Ibu Mu Gyul seraya memijat-mijat kepalanya sendiri. Tapi ada apa memanggilku untuk ke sini?"
"Bu, tidak akankah kau menikah?" tanya Mu Gyul lagi.
"Kenapa tiba-tiba kau membicarakan tentang pernikahan?" tanya Ibu Mu Gyul seraya tersenyum.





"Tidak apa-apa, hanya penasaran saja." jawab Mu Gyul.
"Yah, seperti yang kau tahu.. Aku tidak ingin terikat, dan aku juga tidak terlalu percaya juga, dan lagi aku sangat takut." jawab Ibu Mu Gyul. "Tapi belakangan ini, aku berpikir, karena aku sudah semakin tua, dan aku merasa kesepian. Aku khawatir tentang apa yang akan aku lakukakn di masa yang akan datang saat aku tua. Aku khawatir karena aku tidak memiliki siapapun di sisiku. Itulah alasan kenapa, aku setuju untuk pergi ke Paris dengan pria itu, meskipun aku sendiri tidak tahu, sampai kapan hubungan kami akan terus berjalan."
"Yah, kau memilikiku bu." jawab Mu Gyul.
"Benar." Ibu Mu Gyul tersenyum dan melihat ke arah Mu Gyul. "Tapi, bagaimana denganmu?"

Mu Gyul teringat perkataan Mae Ri saat di Nami Island, Mae Ri berbicara tentang kesetiaan.



Mae Ri kembali ke rumah, Ayahnya menunggu cemas di ruang tamu.
"Kemana saja kau?" tanya Ayah Mae Ri saat melihat Mae Ri masuk.
"Aku pergi ke tempat ahjusshi." jawab Mae Ri.
"Kenapa kau kesana?" tanya Ayah Mae Ri lagi dengan kesal. "Apa kau sudah berubah pikiran lagi untuk kembali bertunangan dengan Jung In?"
"Aku bertemu Direktur di luar dan dia mengajaku untuk ke rumahnya, itu saja." jawsab Mae Ri. "Dan lagi, perasaanku pada Mu Gyul tidak akan pernah berubah."
"Apa? Mae Ri Yah.. Aku mohon padamu untuk berpisah dengan pria itu." pinta Ayah Mae RI.
"Ayah, katakan padaku dengan jujur, apa yang membuatmu merasa tidak suka dengan Mu Gyul?" tanya Mae Ri.



"Apa yang tidak aku suka? matanya, hidungnya, mulutnya.." jawab Ayah Mae Ri.
"Ayah.."
"Aku sangat membenci semua yang ada pada pria itu.."
"Tapi dia orang pertama yang aku cintai." jawab Mae Ri. "Ayah, tidakkah kau mengerti hal itu?"
"Lalu? Apa kau berencana untuk menikah dengannya?"
"Kami baru saja menjalin hubungan, bagaiman bisa kau langsung berbicara tentang pernikahan?"
"Kau bukan lagi anak-anak. Jika kalian tidak segera menikah, kenapa kalian menjalin hubungan?"
"Kalau kami menikah, apa kau juga akan setuju?"
"Tidak, tidak dengan pria itu. Dia benar-benar playboy. Hatimu akan merasa sakit setelah dia meninggalkanmu."
"Ayah, pernikahan kami saat itu memang palsu, dan saat itu juga kami tidak saling mencintai. Tapi, Ayah, sekarang semuanya berbeda. Mu Gyul akan melakukan yang terbaik."
"Tidak, tidak.. Aku tidak percaya padanya, Mae RI. Kau harus menerima cinta dari seseorang yang dapat memberikanmu perasaan itu, dan bukan pria itu.
"Itu karena kau belum mengenal Mu Gyul, ayah. Mu Gyul benar-benar sangat penyayang.
"Kau berpikir seperti itu karena kau sedang dibutakan oleh cinta. Mae Ri Yah, cinta pertama itu tidak berarti apapun.."
"Yah, kau juga menikah dengan ibu karena cinta pertama."
"Itulah kenapa ibumu merasa tidak bahagia. Dia dibutakan oleh cinta. Mae Ri yah kau tidak bisa hidup selama 50 tahun hanya dengan cinta. Semua yang aku inginkan adalah melihatmu bahagia.


Mae Ri menahan air matanya, "Ayah, aku merasa bahagia saat aku bersama Mu Gyul. Ini pertama kalinya dalam hidupku, aku merasakan hal ini sejak aku lahir. Kau tahu dengan sangat baik bagaimana aku hidup selama ini, Aku selalu hidup tanpa memiliki waktu untuk bermimpi atau sekedar mencintai. Tapi sekarang berbeda ayah.. Aku ingin memulai semuanya dalam hidupku dengan apa yang aku impikan dan aku cintai, huh?"

Seo Jun dan Jung In berada di lokasi syuting, mereka saling membicarakan tentang masalah jadwal Lee An. Lee An yang baru saja di bicarakan datang bersama Managernya. Mereka saling menyapa. Lee An berkomentar tentang ruangan yang digunakan untuk drama sangat dingin, ia meminta untuk menggunakan penghangat ruangan. Tapi, Seo Jun segera berkata kalau semua tempat syuting memang dingin seperti ini. Lee An kemudian pamit untuk melihat-lihat lokasi syuting.


Jung In berkata pada Seo Jun mengenai Mu Gyul, mereka berbicara menjauhi manager Lee An.
"Ah Seo Jun.. Aku memutuskan untuk menggunakan produser musik yang sama." itu berarti Jung In masih memerlukan Mu Gyul untuk membuatkan ost di produksi dramanya. "Appa kau keberatan dan merasa tidak nyaman?"
"Aku? Kenapa harus seperti itu? Aku hanya tidak ingin memikirkan apapun kecuali pekerjaan." jawab Seo Jun. Seo Jun menyetujui saja kalau Mu Gyul tetap menjadi produser musik.
Kemudian Seo Jun pamit untuk melihat keadaan Lokasi Syuting.



Setelah Seo Jun pergi, manager Lee An segera menghampiri Jung In. Ia membicarakan tentang masalah Seo Jun. Manager Lee An menyuruh Direktur Jung In untuk lebih berhati-hati, karena mungkin akan ada masalah baru lagi yang muncul.




Mu Gyul baru saja selesai mengajar, ia sedang berbicara di  telepon dengan Mae Ri.
"Aku baru saja selesai. Aku akan langsung pulang ke rumah sekarang. Kau sedang apa?" tanya Mu Gyul.
"Oh, aku baru saja mencari materi untuk drama. Kau sudah makan?" jawab Mae RI.
"Belum.. Ahh.. Sepertinya aku ingin makan sup buatanmu."
""Baiklah, aku akan segera membuatkannya setelah aku pulang dari bekerja. Cepat pulang, okay?"
"Okay." Mu Gyul menutup teleponnya.



Jung In ternyata sedari tadi sedang menunggu Mu Gyul, ia harus membicarakan hal yang penting dengan Mu Gyul. Jung In memanggil Mu Gyul. "Kang Mu Gyul."
Mu Gyul menengok ke arah Jung In, tapi kemudian anak-anak murid yang juga penggemar fanatik Mu Gyul, mereka langsung menyerbu Mu Gyul.







Mu Gyul dan Jung In berada di sebuah restaurant, mereka akan membicarakan hal yang sangat serius, bukan hanya tentang pekerjaan, tapi juga tentang hubungan  mereka dengan Mae Ri. Uah, atmosphere yang sangat menegangkan.
"Kau bilang akan membicarakan tentang pekerjaan?" ucap Mu Gyul.
"Aku memang perlu membicarakan masalah pekerjaan denganmu, tapi aku juga harus membicarakan tentang Mae Ri terlebih dahulu." jawab Jung In. Jung In menatap tajam ke arah Mu Gyul. "Apa kau siap menikah, Kang Mu Gyul?"
"Siapa yang mengatakan aku akan menikah?" jawab Mu Gyul.
"Aku siap menikah..." ucap Jung In dengan pasti.
"Ahh.. Maksudmu menikah dengan alasan uang, benar?" Mu Gyul mencoba menjatuhkan Jung In.
"Aku hanya akan mengatakan hal ini sekali. Bahwa aku adalah suami sah Mae Ri di mata hukum. Dan aku harus menyetujui untuk mengakhiri semuanya setelah kontrak selesai."





Mu Gyul pulang, ia berjalan seraya memikirkan Mae Ri dan memikirkan tentang perkataan Jung In. Saat hendak masuk ke dalam rumah, Seo Jun yang sudah lama menunggu Mu Gyul, memanggilnya, "Kang Mu Gyul."
Mu Gyul menengok ke arah Seo Jun. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Mu Gyul.
Seo Jun menyerahkan kalung pemberian Mu Gyul saat mereka masih menjadi sepasang kekasih.
"Aku datang untuk mengembalikan ini." ucap Seo Jun.
"Buang saja." jawab Mu  Gyul.
"Baiklah." Seo Jun membuang kalung itu tak jauh dari tempatnya berdiri. "Aku akan berusaha melupakanmu. Dan aku akan mengucapkan selamat tinggal untuk yang terakhir kalinya."
Seo Jun mendekatkan wajahnya ke wajah Mu Gyul daaaan.. Kiss..


Mu Gyul dan Seo Jun tidak menyadari kalau Mae Ri tengah memperhatikan mereka. Mae Ri melihat langsung Kissing antara Mu Gyul dan Seo Jun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar