Minggu, 05 Desember 2010

sInOpSiS mARRY staYed ALL nIgHt EPisode 5

Pagi harinya, Mae Ri bangun dengan gelisah. Ia membalikkan badannya kemudian memegang bekas luka di kepalanya, Mae Ri terlihat sangat gelisah. Mungkin ia merindukan Mu Gyul.


Jung In menuju ke kamar dimana Mae Ri menginap, ia hendak berangkat kerja lebih dulu. Jung In ingin menaruh memo untuk Mae Ri. Ia tengah memastikan agar Mae Ri membaca memo itu, jadi Jung In berulang kali mencari tempat yang tepat untuk menaruh memo tersebut. Ia hendak menaruhnya di bagian atas tapi kemudian memo jatuh, kemudian ia menyelipkannya di bawah pintu, mungkin Mae Ri melewatkan memo itu kalau ia menaruhnya di bawah pintu. Lalu Jung in menaruh memo itu tepat di depan pintu.




Saat Jung In sedang meletakkan memonya, Mae Ri keluar dari kamarnya. Mae Ri terkejut melihat Jung In. Jung In berusaha untuk menutupi rasa keterkejutannya juga.
"Direktur, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Mae Ri.
"Aku harus segera menghadiri rapat, jadi aku harus pergi lebih awal. Aku hanya ingin meninggalkan sebuah memo." Jung In memberikan memo itu pada Mae Ri.
"Lalu, Apa isi memo itu?" Mae Ri menerima memo itu tanpa membacanya terlebih dulu.



"Please, baca memo itu setelah aku pergi." kata Mu Gyul.  "Dan ayahmu dapat menjemputmu kapanpun ia mau."
"Ayoo kita berangkat bersama direktur." ujar Mae Ri. "Aku juga harus segera bekerja. Aku akan mengambil barang-barangku dan segera keluar bersamamu." Mae Ri bergegas masuk ke kamar.
Jung In merasa salah tingkah dengan kelakuannya tadi.




Mae Ri dan Jung In sedang dalam perjalanan menuju kantor. Keduanya tidak saling berbicara, dan hal itu membuat Jung In merasa canggung dengan Mae Ri.

"Musik apa yang paling kau sukai?" tanya Jung in.
"Maaf? Aahh.. Aku suka semua jenis musik, kecuali musik rock dan musik yang keras." jawab Mae Ri.
"Benarkah?" ujar Jung In seraya menyalakan music player di mobilnya, lagu yang dimainkan adalah lagu klasik, Jung In memutar alunan lagu itu karena tadi Mae Ri mengatakan kalau ia tidak suka musik rock.

Mae Ri merasa kalau lagu itu sangat membosankan, ia jadi teringat dengan lagu Mu Gyul. "Mu Gyul's Music!" seru Mae Ri. ""Tentu, Musik Mu Gyul adalah pengecualian!" Mae Ri segera mematikan lagu klasik itu dengan kesal.
"Aku mengerti.." ucap Jung In dengan pelan.

Mae Ri mencoba menyanyikan lagu Mu Gyul, ia hanya ingat bagian reffnya saja, "Go.. go, take care of my bus.. My bus.." Karena merasa kalau suaranya kacau, Mae Ri berusaha untuk mengalihkannya dengan berkata, "Aku benar-benar tidak peka dengan nada, kau tau? Aahh. Setelah bernyanyi lagu Mu Gyul, tiba-tiba aku merindukannya. Sayangku Mu Gyul pasti menghabiskan waktunya hanya untuk membuat lagu, dan dia pasti masih tidur sekarang.
Aku ragu, apa aku harus menelponnya sepagi ini?"
"Kenapa harus menelponnya? Aku akan mengantarkanmu ke sana. Kau bisa langsung bertemu dengannya dan kemudian pergi bekerja." ujar Jung In.
"Maaf? Sekarang?" tanya Mae Ri.
"Ya, karena aku telah memotong waktumu untuk bertemu dengannya kemarin. Dan satu hal lagi..
Tolong biarkan aku tahu tentang rencana 4 hari hari ke depan, rencana yang telah kau rencanakan untuk berlibur bersama Mu Gyul." ucap Jung In.



Di tempat tinggal Mu Gyul, Mu Gyul berusaha untuk membuat lirik lagu tapi semua yang ia tulis tidak sesuai dengan apa yang mau. Mu Gyul mulai terjangkit gejala merindu, rindu sama Mae Ri. Mu Gyul merenung sebentar, ia teringat ucapan Mae Ri,
"Honey, I love you." ucap Mae Ri pada Mu Gyul kala itu saat berada di dekat Jung In.
Karena teringat Mae Ri, Mu Gyul menggambar kepala kucing cute, dengan sebuah balon kata. Awalnya Mu Gyul ingin mengisinya dengan nama Mae Ri, tapi langsung ia ganti dengan kata Merry Chirstmas.





Seo Jun menginap di tempat Mu Gyul, Mu Gyul mendengar Seo Jun batuk dan ia langsung menghampiri Seo Jun. Mu Gyul mengambil selimut Seo Jun yang terjatuh lalu segera menyelimuti Seo Jun.
Seo Jun terbangun dan ia melihat ke arah Mu Gyul.
"Ah, tempat ini. Aku tidak tahu dimana tempat tinggalmu yang bau, jadi aku membawamu ke sini." ucap Mu Gyul.
"Aku mengerti." jawab Seo Jun.
"Kau baik-baik saja?" tanya Mu Gyul.
"Tentu, keadaanku sangat buruk. Aku minta air." ujar Seo Jun seraya bangun dar tidurnya. Mu Gyul mengambilkan air dari dalam kulkas lalu memberikannya pada Seo Jun.
"Ini hanya air putih biasa." ujar Mu Gyul.
"Tidak masalah." Seo Jun meminum air itu, "Ahh.. Segar sekali."
Mu Gyul masih mengantuk ia merebahkan diri di sofa.





Seo Jun melihat-lihat tempat Mu Gyul, "Sepertinya kau hidup dengan baik." ucapnya. Saat Seo Jun melihat-lihat ia menemukan benang rajut milik Mae Ri yang tergeletak di atas sofa.
"Dan apa ini?" tanya Seo Jun.
"Ahh.. Itu bukan apa-apa." jawab Mu Gyul dengan cepat.
"Apa kau sedang belajar merajut?" Seo Jun mulai curiga kalau Mu Gyul sudah punya kekasih baru. "Kau tahu caranya merajut?"
"Tidak, itu.."
"Kau punya kekasih?" tanya Seo Jun seraya mengambil satu gulangan benang rajut milik Mae Ri.
"Kekasih?" Mu Gyul mencoba mengelak, "Bukan seperti itu."





Di mobil, Mae Ri dan Jung In membicarakan tentang produksi drama
"Lalu, drama itu tidak diambil?" tanya Mae Ri.
"Seperti yang kau katakan, Wi Mae Ri." jawab Jung In masih fokus mengemudi. "Umpan balik yang aku dapatkan adalah apresiasi khalayak muda yang lebih tinggi."
"Ahh.. Apa yang aku maksud bahwa ceritanya terlihat sangat segar dan bagus." jelas Mae Ri.
"Aku tahu." ucap Jung In singkat.
"Lalu, bagaimana kalau menambah unsur cerita mengenai keluarga di dalamnya?" Mae Ri melontarkan idenya. "Seperti yang kau pikirkan, jadi kau bisa menontonnya bersama ayahmu."
Jung In diam memikirkan ide Mae Ri.




"Oh..! Oh.., tunggu!" Mae Ri melihat gang yang menuju ke arah tempat tinggal Mu Gyul.
Sesampainya di gang Mu Gyul, Jung In memakirkan mobilnya tak jauh dari tempat Mu Gyul tinggal. Mae Ri berlari mengambil TV di bagian jok belakang mobil. TV untuk menonton drama favoritnya di tempat Mu Gyul tentunya.
"Apa yang akan kau lakukan dengan sampah ini." tanya Jung In yang heran melihat Mae Ri membawa TV bekas.
"Ini bukan sampah." jawab Mae Ri seraya mengangkat TV itu.
"Biarkan saja, aku yang melakukannya." ucap Jung In.
Mae Ri keluar dari mobil, "Tidak masalah aku yang akan melakukannya." ucap Mae Ri saat melihat Jung In membantunya membawa TV bekasnya.







Mae Ri melihat ke arah tempat tinggal Mu Gyul, ia terkejut saat Mu Gyul dan Seo Jun keluar dari tempat tinggal Mu Gyul. Mu Gyul sedang mengantar Seo Jun untuk naik taksi. Mae Ri yang tidak ingin Jung In melihat Mu Gyul bersama dengan Seo Jun, Mae Ri langsung menarik Jung In dan memposisikannya hingga Jung In membelakangi Mu Gyul dan Mae Ri. Mae Ri menatap Jung In, ia mencoba mencari alasan.
"Apa?" tanya Jung In.
"Ah, ini.. Dasimu terlihat tidak rapi." ucap Mae Ri seraya membenarkan dasi Jung In.



Mu Gyul mengantar Seo Jun sampai taksi.
"Aku kira kita bisa memanggil satu sama lain tanpa adanya rasa canggung. Sekarang, kita sudah memutuskan untuk hanya menjadi sahabat, kan?" ucap Seo Jun, ia berusaha agar Mu Gyul dan dirinya kembali akrab.
"Selamat jalan." kata Mu Gyul singkat.
"Aku akan menghubungimu." jawab Seo Jun searya masuk ke dalam taksi.
"Bye."



Mae Ri masih sibuk dengan Jung In, ia benar-benar tidak ingin Jung In tahu kalau Seo Jun baru saja bersama dengan Mu Gyul.
"Oh, ini.. Ini juga. Ada sesuatu di sini, aigoo.." ujar Mae Ri berkilah.



Saat taksi sudah berjalan jauh, Mae Ri berlari menghampiri Mu Gyul dan berteriak, "Honey!"
"Ah, kau mengagetkanku saja.. Mae Ri!" jawab Mu Gyul.
"Oh, ada apa denganmu? Kau biasanya memanggilku dengan, "Hey, Merry Chirstmas!" jawab Mae Ri. Oppa merindukanmu Mae Ri .. gyahaa.
"Susah sekali memanggil namamu sekarang." jawab Mu Gyul dengan mimik juteknya.
"Anyway, ada apa Seo Jun datang ke sini? Apa yang terjadi" tanya Mae Ri penasaran seraya merangkul tangan Mu Gyul.
"Aku tidak tahu. Dingin sekali, ayo bicara di dalam saja." ajak Mu Gyul.




Mae Ri dan Mu Gyul masuk ke dalam tempat tinggal Mu Gyul, tapi kemudian Jung In memanggil Mu Gyul, Mu Gyul dan Mae Ri menghentikan langkahnya, "Kang Mu Gyul!" panggil Jung In.





Jung In berada di dalam tempat tinggal Mu Gyul, ia sibuk memperhatikan satu demi satu benda yang ada ditempat itu. Sedangkan Mae Ri, sibuk membereskan barang-barang Mu Gyul yang berantakan, ia mengambil sampah kertas, menggulung ayunan. Mu Gyul terlihat kesal melihat Jung In mondar mandir di tempat tinggalnya.
"Ahh.. Apa kau sudah mempertimbangkan kembali tawaranku kemarin?" tanya Jung In.
"Bukankah aku sudah mengatakannya padamu?" ucap Mu Gyul kesal. "Tidak ada alasan lagi untuk kita bertemu satu sama lain."
"Ya, kau benar." jawab Jung In datar.



Mae Ri datang dan ia kembali memeluk lengan Mu Gyul.
"Dalam hal ini, luangkan waktumu dan kau bisa menghubungiku kapanpun." Jung In mencoba kembali untuk membujuk Mu Gyul agar bergabung di produksinya.
"Dan kapan kau akan berangkat kerja?" teriak Mu Gyul pada Mae Ri.
"Huh?" ucap Mae Ri pelan."Well, Direktur bilang aku dapat meninggalkan pekerjaanku untuk hari ini."



Mu Gyuyl kesal, ia berkata sinis ke arah Jung In. "Apa perusahaanmu sama seperti taman bermain? Meskipun kau adalah direktur,  kau harus membuat sebuah batasan yang jelas antara pegawai dan direktur. Satu waktu kau menyuruhnya untuk berangkat bekerja cepat, tapi di waktu lain kau meninggalkannya. Kau bekerja atau kencan?"




"Honey.." ucap Mae Ri menenangkan. "Kenapa kau bersikap seperti ini?"
"Aku benar-benar minta maaf karena telah memotong waktumu dengan Mae Ri. Tapi, mulai dari sekarang, aku akan melakukan yang terbaik untuk Wi Mae Ri." ucap Jung In.
"Direktur!" seru Mae Ri, ia tidak menyangka Jung in akan berkata bahwa ia akan melakukan hal terbaik untuk Mae Ri.
"Apa maksudmu? Melakukan hal yang terbaik? Bukankah kau mengatakan kalau kau tidak menyukainya?" tanya Mu Gyul dengan sinis.
"Aku punya alasan untuk melakukan hal itu." jawab Jung In.




"Aigoo.. Orang ini benar-benar tidak punya perasaan." gerutu Mu Gyul.
"Aku sadar kalian menikah karena kalian saling mencintai, tapi hal itu hanyalah sebuah keputusan yang diambil dengan terburu-buru. Dan aku dengar pernikahan itu tidak sah." ujar Jung In.
"Jadi?" tanya Mu Gyul.
"Kau harus mencemaskan hal itu mulai dari sekarang, Kang Mu Gyul." kata Jung In, secara tidak langsung Jung In sedang mengancam Mu Gyul. Setelah berbicara seperti itu, Jung In lalu pergi.



"Ay, ada apa dengannya? Kenapa dia bersikap seperti itu sekarang?" ujar Mu Gyul kesal.
"Apakah ada sesuatu yang terjadi diantara kalian berdua?" tanya Mu Gyul lagi pada Mae Ri. Mu Gyul curiga, perubahan sikap Jung In karena ada sesuatu yang terjadi antara Jung In dan Mae Ri.
"Bagaimana bisa." jawab Mae Ri.
"Kenapa kau? Kenapa kau begitu marah?" tanya Mae Ri. ia, kenapa Mu Gyul harus semarah itu.
"Kapan aku marah?" Mu Gyul tanya balik dengan kesal.
"Sekarang!" balas Mae Ri.
"Kenapa kau membawa ini ke sini?" Mu Gyul melampiaskan kesalnya dengan menendang TV yang dibawa Mae Ri.
Mae Ri tersenyum, ia tahu Mu Gyul cemburu.



"Anyway, apa hubunganmu dengan Seo Jun?" tanya Mae Ri.
"Apa itu menjadi urusanmu?" jawab Mu Gyul.
"Seo Jun akan bermain di drama terbaru kami.
"Di bawah produksi drama milik pria itu?" tanya Mu Gyul.
"Benar! Di perusahaan tidak ada yang mengetahui pernikahan palsu kita, jadi lebih baik kau berhati-hati." ucap Mae Ri mengingatkan.
"Lalu.. Apakah kalian menghabiskan malam bersama?" tanya Mae Ri.
"Bukan urusanmu." jawab Mu Gyul. "Apa kau berpikir kau itu istirku?"
"Tapi, aku memang istirimu." jawab Mae Ri.



Mu Gyul segera mengecek TV bekas yang dibawa Mae Ri.
Mae Ri melihat ke arah rajutannya,  ia berteriak "Oh..! Oh..! Oh.. Rajutanku!"
"Ahh.. Semua jadi berantakan!" ucap Mae Ri sedang bercampur kesal.
"Yah! Aku sudah katakan padamu untuk hati-hati! Aku katakan sekali lagi, kau jangan menyentuh rajutanku lagi!" Mae Ri berteriak ke arah Mu Gyul seraya menunjuk Mu Gyul.




"Ahh.. Dingin!" ucap Mae Ri seraya memasuki kantornya.
"Sepertinya kau langsung meninggalkannya." Jung in datang menghampiri Mae Ri.
"Ya, direktur." jawab Mae Ri.
"Aku merasa sedikit lelah karena kita melewatkan sarapan. Bisakah kita pergi dan memesan sesuatu untuk dimakan?" ajak Jung In dengan sopan.
"Sekarang?" tanya Mae Ri terkejut.



Mae Ri dan Jung in berada di restaurant mewah, Mae Ri melihat ke seluruh ruangan dengan wajah terkagum-kagum.
"Tidak peduli seberapa keras kau mencoba untuk mengalahkanku, aku tidak akan kalah."  ujar Mae Ri, Mae Ri pikir Jung In mencoba untuk mengambil hatinya dengan membawanya makan ke tempat mewah seperti ini.
"Aku berencana untuk selalu makan siang bersama mulai dari sekarang." ucap Jung In.
"Tapi, sudah aku katakan hal itu tidak berguna." ucap Mae Ri pada Jung In.



"Tapi, Tidak ada seorang pun di sini. Apa kau sudah menyewa tempat ini?" tanya Mae Ri.
"Apa maksudmu?" tanya Jung In seraya tersenyum tipis melihat tingkah polos Mae Ri.
"Well, biasanya di sebuah drama, pria bisa menyewa suatu tempat. Ketika mereka akan menawarkan.." ucapan Mae Ri terputus karena ada beberapa pengunjung yang datang.

"Well, aku rasa hal itu tidak jadi masalah." Mae Ri malu, semua perkiraannya salah. Mae Ri mengelus-elus poninya. Jung In kembali tersenyum tipis melihat Mae Ri.








Jung In melihat seorang wanita datang, ia menyapanya "Ah, miss writer!"
"Sudah lama menunggu, Direktur. Sepertinya seseorang bergabung dengan kita." ucap penulis naskah (yang jadi Miss Writer/pembuat naskah ini yang dulunya jadi ibu mertuanya Chae Gyong/ ibu dari Shin.)
"Izinkan aku untuk memperkenalkannya padamu." Jung In memperkenalkan Mae Ri pada penulis naskah. "Ini adalah Wi Mae Ri, dia akan membantu kita dalam "Wonderful Day"
"Direktur..." ucap Mae Ri, ia tidak enak dikatakan seperti itu, padahal Mae Ri tidak bermaksud untuk melakukan apapun.
"Nona ini adalah penulis skirp "Wonderful Day." Jung In mengenal penulis naskah pada Mae Ri.



"Ah, senang bertemu denganmu. Aku sangat menyukai scripmu."ucap Mae Ri dengan sopan.
"Terimakasih." ucap penulis naskah.
"Tapi ada masalah baru yaitu mengenai jadwal Lee An." ujar Jung In.
"Bukankah Bang Si Jang adalah managernya? Aahh.. Orang-orang mengatakan kalau sangat sulit untuk membuat kesepakatan dengan Bang Si Jang. Ini sangat mengesankan, bagaimana dia masih bisa terkait dengan bisnis baru setelah semua kesalahan yang ia lakukan dan semua masalah yang sudah di perbuat." ujar penulis naskah seraya duduk.
Mae Ri hanya mendengarkan pembicaraan mereka.
"Aku akan melakukan apapun dengan usahaku sendiri. Untuk segera, bagaimana kalau kita mulai memesan makanan?" ucap Jung In pada penulis naskah.
"Ayo pesan makanan." ucap Jung In seraya menatap Mae Ri.
"Ah, ya." Mae Ri mengangguk.



"Kami cukup dekat saat itu, Itu dulu, setelah semua debut Lee An di bawah tanggung jawabku." kata penulis naskah.
"Kalau aku tidak salah, debut Lee An saat itu adalah "Her Memory", benar? Kau yang menulisnya? Itu adalah drama favoritku." Mae Ri senang sekali mengetahui bisa bertemu dengan penulis asli scrip drama favoritnya.
"Benarkah?" tanya penulis naskah.
"Drama itu benar-benar sangat menghibur dan ada unsur kesedihan di bagian endingnya. Meskipun drama itu menceritakan tentang kehidupan orang lain, tapi aku merasakan hal yang sama dalam drama itu. Drama itu seperti sesuatu hal yang nyata." ucap Mae Ri.
"Kelihatannya kau membawa seseorang yang sangat memahami drama, direktur." ujar penulis naskah pada direktur.
"Dia benar-benar sangat menyukai drama." jawab Jung In seraya tersenyum tipis ke arah mae Ri..



"Ah! Tolong jelaskan pada Miss Writer tentang memasukkan ide tentang masalah keluarga seperti yang sudah kau katakan padaku." Jung in menyuruh Mae Ri untuk menjelaskan idenya.
"Well, karena aku dengar bahwa drama ini akan kembali di buat dalam lingkup khusus remaja, aku pikir bagaimana kalau menambahkan sedikit masalah keluarga, mungkin dapat membantu menciptakan suasana yang lebih baik." kata Mae Ri.
"Tapi, bukankah itu terkesan seperti lebih dari sebuah mini seri?" tanya penulis naskah.
"Tidak, ide cerita tentang masalah keluarga tidak akan mendominasi jalan cerita. Itu hanya seperti jalan cerita di drama yang kau tulis sebelumnya. Dimana pemain utama menderita karena masalah yang dibuat oleh saudara-saudaranya." balas Mae Ri.
"Dan aku ingin menulis sebuah skrip yang benar-benar bagus sekarang." jawab penulis naskah.
"Kau telah cukup berhasil dalam membuat script mengenai drama keluarga. Silakan buat untuk yang satu ini lebih menakjubkan." ungkap Jung In, lagi-lagi ia menatap Mae Ri dengan tersenyum tipis. Mae Ri hanya menatapnya kemudian menunduk.




Mu Gyul dan Mae Ri berada di taman kota. Mu Gyul sedang memainkan gitarnya, sedangkan Mae Ri tengah membacakan memo yang diberikan oleh Jung In.
"Aku harap tidurmu tidak terganggu karena keadaan yang tidak nyaman ini. Aku pergi tanpa pamit. Tolong luangkan waktumu sebelum kau kembali. Jung In." Mae Ri membacakan memo Jung in.


Mu Gyul kesal, ia memainkan gitarnya dengan tidak beraturan seraya bernyanyi, "Materialistis, pria bermuka dua, dan benar-benar bodoh!"
"Yah, itu kesan pertamaku. Aku pikir dia hanya tertarik pada uang dan dia akan mengabaikanku. Tapi dia memberikanku pekerjaan sekarang, dan bahkan memperkenalkanku pada skenario. Aku rasa dia benar-benar mengakui kemampuanku sekarang." ucap Mae Ri senang.




"Kalian berdua akan pergi bersama dan kemudian menikah. Dan mengabaikan semua 100 hari kesepakatan itu." ucap Mu Gyul dengan jutek.
"Kau gila?!" seru Mae Ri. "Itu tidak seperti itu."
"Aku perhatikan, sepertinya pada akhirnya kau juga akan mengikuti si bodoh itu." ucap Mu Gyul lagi.
"Aku bilang, itu tidak akan terjadi." seru Mae Ri. "Tapi, ada apa dengan si bodoh?
Apa kau cemburu?" tanya Mae Ri. hihiii.. ketahuan.
"Apa?!" kata Mu Gyul. "Cemburu? Yah, aku akan memberikanmu nasihat sebagai kesetiaan seorang saudara di sini."
Mae Ri mengangguk-angguk, tanda kalau ia akan mendengarkan dengan sungguh-sungguh nasihat yang diberikan Mu Gyul.
"Berhati-hatilah." ucap Mu Gyul
"Berhati-hatilah apa?" tanya Mae Ri.
"Tidak ada yang mengetahui seorang pria lebih baik dari pada pria juga. Dan ada banyak hal yang mencurigakan juga dari orang bodoh itu." ujar Mu Gyul.
"Itu benar." Mae Ri membenarkan. "Dia terlihat menjadikan pernikahan sebagai urusan bisnis.


"Lalu, apa kau benar-benar perlu duduk dekatku ketika berbicara tentang pria lain?" tanya Mu Gyul, cemburu total. yahayaha..
Mae Ri langsung mendekatkan dirinya pda Mu Gyul, ia bersandar pada bahu Mu Gyul. "Ah, aku takut ayahku sedang memperhatikan kita sekarang." ucap Mae Ri.
"Ahh.. Dingin, dan tidak ada siapapun di sekitar sini. Ayo hentikan sekarang." Mu Gyul berdiri hingga membuat Mae Ri terjungkal ke belakang. haha..




Mae Ri membuat makan malam untuk Mu Gyul, mereka sudah seperti pengantin baru.
"Yah, ini benar-benar menakjubkan! Kau benar-benar tahu bagaimana caranya memasak!" ucap Mu Gyul ketika mencicipi masakan Mae Ri.
"Yah, aku sudah menjadi seorang ibu rumah tangga sejak aku masih remaja. Ini terlihat sangat menyedihkan karena ini dan telur-telur itu yang aku tahu bagaimana cara membuatnya." ujar Mae Ri.
"Yah, ini lebih dari cukup." jawab Mu Gyul dengan mulut di penuhi makanan. Mu Gyul makan seperti orang yang tidak pernah makan selama seminggu..



"Apa.. Kau makan seperti seorang yang benar-benar kelaparan. Makan perlahan-lahanlah.." pinta Mae Ri.
"Kau sangat kurus kering. Ini, kau butuh banyak lemak!" Mae Ri meletakkan makanan di atas piring Mu GYul.
"Apa ini? Kau benar-benar bertingkah seperti seorang ibu, tidak.. tidak.. Kau benar-benar bertingkah seperti istriku." ujar Mu Gyul.
"Aku Noonamu, tahu?" jawab Mae Ri. "Makanlah."




Kim So Young (ibu Mu Gyul) datang ke tempat Mu Gyul.
"Mu Gyu Ah! Kang Mu Gyul!" panggil Kim So Young.
"Oh! Kam So Young." jawab Mu Gyul.
"apa ini? Kalian tinggal bersama?" tanya Kim So Young melihat Mu Gyul dan Mae Ri yang sangat dekat.
"Tentu tidak!" ujar Mae Ri dan Mu Gyul secara bersamaan.
"Tidak masalah jika kau.. Oh, ini "honey", bukan? Kepercayaan, Harapan dan cinta." kata Kim So Young saat melihat Mae Ri.
"Ah, senang bertemu denganmu. Aku Wi Mae Ri." Mae Ri menyapa Kim So Young dengan ramah dan sopan.




"Apa yang membawamu kemari?" tanya Mu Gyul, mulutnya masih penuh dengan makanan.
"Apa kau punya uang? Sekitar 5000.000?" tanya Kim So Young tanpa basa basi.
"Kau dalam masalah lagi? Ayo bicarakan di luar." Mu Gyul menarik paksa ibunya untuk membicarakan masalah itu di luar.
"Ah, tapi cuaca di luar sangat dingin." keluh Kim So Young.
"Sampai bertemu lagi!" ucap Kim So Young pada Mae Ri.
"Selamat tinggal!" Mae Ri membungkuk mengucapkan salam.



Di depan tempat tinggal Mu Gyul, mereka membicarakan soal masalah yang dihadapi oleh ibu Mu Gyul.
"Aku pinjam uang darinya untuk modal, aku menggunakan uang itu untuk modal kafeku. Dan sekarang aku ingin putus, dia menggangguku agar mengembalikan uangnya." ucap Kim So Young.
"Ah, dari mana aku bisa mendapatkan uang mendadak seperti ini?" keluh Mu Gyul.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang? Dia bilang, ia tidak akan memutuskanku sampai aku membayar lunas utang-utangku padanya." sekarang giliran Kim So Young yang mengeluh.
"Bukankah kau bilang kau tidak bisa hidup tanpanya? Yah, aku tidak bisa membantumu kali ini, aku tidak punya uang." ucap Mu Gyul.
"Bagaimana kalau kau.. Meminjam uang dari teman-temanmu." pinta Kim So Young.
"Teman?"
"Iyah."
"Gadis itu! Kau bilang, kau bilang dia setia."
"aku tidak akan melakukan hal itu.Tentu tidak. Apa yang harus dilakukan untuk sebuah kesetiaan.."



"Bagaimana denganku?" Kim So Young memohon pada Mu Gyul.
"Ini benar-benar berantakan.. Ahhh.. Aku benar-benar ingin mati! Tentu, aku akan mengurusnya entah bagaimana caranya." Mu Gyul tidak tega melihat ibunya seperti itu.
"Benarkah?? Huh?? Yaah.. Kau satu-satunya yang aku percaya, putraku! Aku selamat!" sorak Kim So Young seraya memeluk Mu Gyul.



"Kenapa mereka lama sekali?" Mae Ri cemas, ia menggigit sendok. "Apa ada hal yang serius?"
Bibi pemilik rumah tempat yang Mu Gyul tinggal datang, "Nak, kau di rumah?" tanya bibi itu seraya masuk ke dalam rumah.
"Ah, ya. hello." jawab Mae Ri seraya membungkuk.
"Kau sendiri?" tanya bibi itu pada Mae Ri. "Dimana kekasihmu?"
"Dia bukan kekasihku." ucap Mae Ri cepat. "Temanku sedang pergi keluar sebentar."
"Yah, kapan dia kembali? Katakan padanya jika dia tidak membayar 2000.000 won untuk uang sewa tempat ini, dia harus segera pergi dari tempat ini." ujar bibi itu dengan raut kesal, ia melipat kedua tangannya, kemudian pergi.
"Ahhjumma. Tunggu sebentar." ucap Mae Ri, Mae Ri berniat membayarkan tunggakan uang sewa milik Mu Gyul.



Ayah Mae Ri dan Ayah Jung In sedang berbicara empat mata tentang perjodohan anak-anak mereka.
"Kau lihat bagaimana Jung In memperlakukan Mae Ri saat berada di villa? Mae Ri ku sangat polos, perlakuan yang diterima Mae Ri dari Jung In seperti itu adalah pengalaman pertama bagi Mae Ri." ucap Ayah Mae Ri, eh eh eh, piggy back kayak gitu pernah dilakuin sama Mu Gyul juga.
"Chemistry diantara mereka berdua terlihat semakin membaik setelah mereka pergi bersama saat itu." sambung Ayah Mae Ri.
"Benar." Ayah Jung In mengangguk mengerti. "Kita harus terus bergerak."
"Memang, hyung." jawab Ayah Mae Ri.




"Tapi, apakah mengenai penampilan Mae Ri yang tidak elegant itu tidak mengganggumu Hyung? Yah, dia bukan gadis yang memikirkan tentang penampilannya, kau tahu. Aku takut dia akan mempermalukanmu." Ayah Mae Ri mengkhawatirkan tentang penampilan Mae Ri yang jauh dari kata fashionable.
"Jangan khawatir." ucap Ayah Jung In seraya tersenyum, ia menyurup minumannya. "Aku sudah menyiapkan segalanya mengenai masalah itu."
"Eh? Benarkah?" Ayah Mae Ri tidak percaya mendengarnya.



Mae Ri sedang mengerjakan tugasnya, Mae Ri kira Jung In yang datang tapi ternyata bukan.
"Oh! Apakah kau melupakan sesuatu?" tanya Mae Ri, Mae Ri kira Jung In yang datang.
"Sepertinya kau meninggalkannya, madam?" Jung In ternyata mengirim seorang asisten rumah tangga untuk Mae Ri.
"Ah, aku bukan pemilik rumah ini." ucap Mae Ri. "Siapa kau?"
"President menyuruhku untuk datang menemui anda. Bisakah kau ikut bersamaku sebentar saja?"





Asisten itu mengajak Mae Ri ke sebuah tempat.
Mae Ri kebingungan tapi ia tetap mengikuti asisten itu.
Mae Ri di bawa ke sebuah tempat yang merupakan ruang ganti pribadi yang dikhususkan untuk Mae Ri. Ruangan ini berisi lebih dari 100 baju koleksi yang mewah, lengkap dengan sepatu dan aksesoris. Tentu saja, Mae Ri sangat terpukau melihat ruangan ini.
"Wow.. Tempat ini sangat luas!" Mae Ri melihat ke sekeliling seraya berdecak kagum.
"President tampaknya ingin memberikan hal yang terbaik untuk menantunya." ujar asisten.



"Aku benar-benar bukan menantunya." jawab Mae Ri.
"Tolong ganti bajumu terlebih dahulu."
"Kenapa aku harus mengganti bajuku?" tanya Mae Ri.
"Ini perintah dari president. Kau harus sudah terbiasa untuk menempatkan diri sebagai menantu president. Semua staff akan memperhatikanmu. dan sebagai asisten direktur kau harus berpikir tentangnya."
"Tapi, apa yang salah.. dengan pakaian yang aku pakai ini? Pakaian yang aku pakai ini bagus, juga bersih." ucap Mae Ri tidak mengerti kenapa ia harus mengganti bajunya.
"Silakan ganti pakaian anda." suruh asisten itu dengan sopan.




Demi mendapatkan uang untuk ibunya, Mu Gyul menjual koleksi gitar miliknya. Tapi sayangnya, gitar yang ia jual harganya turun drastis dari saat pertama ia membelinya. Pemilik toko menghitung jumlah uang dengan kalkulator, kemudian ia memperlihatkan hasil hitungannya pada Mu Gyul.
"Ah, ada apa ini, hyung? Ini itu?" Mu Gyul kecewa dengan harga yang rendah itu.
"Kau tahu betapa buruknya perekonomian. Aku akan mati kalau memikirkannya, Huh? Apa yang kau bicarakan? Ini hanya beberapa model."



"Kau yang menjual semua ini padaku?" ucap Mu Gyul.
"Tidakkah itu berarti kau mencoba untuk membunuhku dengan harga-harga seperti ini?"
"Apa yang kau bicarakan?" tanya Mu Gyul.
"Kau bahkan harus membawanya ke toko terdekat setelah kau jatuh ke tanah, karena ulah mabukmu itu. Ini sudah tidak asli lagi." ucap pemilik toko.
"Bagaimana bisa kau membuat lagu kalau kau membuang semua ini?" tanya pemilik toko.



Di ruang kerja Jung In, Jung In memutar lagu Mu Gyul, ia ingin tahu bagaimana pendapat Seo Jun tentang lagu itu.
"Bagaimana dengan lagu ini?" tanya Jung In.
"Ini.. Perfect Mu Gyul." jawab Seo Jun langsung mengenali suara Mu Gyul.
"Ah, kau juga ada di kafe itu rupanya. Apa kau adalah penggemarnya?" tanya Jung In.
"Penggemar? Aku yang memberi judul lagu itu dengan Perfeck Mu Gyul." ujar Seo Jun.
"Kau?"
"Ya. Kang Mu Gyul.. adalah kekasihku."
"Benarkah?"



"Yah, kami hanya teman sekarang. Kenapa? Apa kau mulai berpikiran untuk menggunakan lagunya sebagai OST?" tanya Seo Jun.
"Ya. Tapi aku sudah di tolak dua kali olehnya." ujar Jung In. "Aku rasa, ketiga kalinya adalah keajaiban."
"Haruskah aku membujuknya?" tanya Seo Jun. "Karena aku masih di sini, bagaimana kalau kita makan siang bersama?"
"Maafkan aku, aku sudah memiliki janji lain." ujar Jung In.
"Aku ingin tahu seperti apa gadis yang akan kau nikahi? Aku sangat penasaran." ujar Seo Jun.



Mae Ri datang, ia mengetuk pintu.
"Masuk." ucap Jung In.
"Direktur, aku sudah menyelesaikan episode pertama." kata Mae Ri. Mae Ri mengubah dandanannya, unnie diapain aja tetep cantik.
"Kau benar-benar Mae Ri?" tanya Seo Jun yang hampir tidak mengenali Mae Ri.
"Ah.. ya. Bukankah ini sangat aneh?" jawab mae Ri, ia sangat tidak nyaman dengan pakaian itu.
"Tidak, kau terlihat cantik." jawab Seo Jun. "Kau terlihat benar-benar seperti seorang asisten sekarang."
"Benarkah?" tanya Mae Ri.
"Great Job." ucap Jung In, ia sangat terpesona dengan penampilan baru Mae Ri. "Lalu, bagaimana kalau kita makan malam bersama lain waktu?" ucap Jung In pada Seo Jun.
"Ya. Selamat menikmati makan siang bersama tunanganmu." sapa Seo Jun.



Kedua sahabat Mae Ri berada di sebuah restaurant mewah, mereka menunggu giliran di luar karena restaurant itu cukup ramai. Mereka mengobrol.
"Yah, apa kau tau betapa terkenalnya tempat ini?"
"Kita harus menunggu selama 30 menit."
"Benarkah?"
"Hey, ayo foto untuk kenang-kenangan bahwa kita pernah ke sini."
"Okay, ayo foto."
"1, 2, 3,.."
"Seluruh tubuh, seluruh tubuh! 1, 2, 3,.."

Saat Jung In dan Mae Ri lewat di depan mereka, mereka tidak menyadari hal itu karena mereka sibuk berfoto.



Jung In memperhatikan Mae Ri tampak terlihat tidak nyaman dengan pakaiannya dan sepatu high heelsnya.
"Apa kau merasa tidak nyaman?" tanya Jung In.
"Aku hanya tidak terbiasa menggunakan hak tinggi seperti ini." jawab Mae Ri.
Jung In menggenggam tangan Mae Ri perlahan. sweet.



Kedua sahabat Mae Ri melihat ke arah Mae Ri dan Jung In.
"Oh! ... Yah, siapa itu?"
"Ahh.. Mereka langsung masuk."
"Beruntungnya dia bertemu dengan pria seperti itu!"
"Oh.. Bukankah itu.." So Ra menyadari kalau itu adalah Mae Ri, mereka memanggil Mae Ri.
"Wi Mae Ri!"
Mae Ri dan Jung In melihat ke arah mereka.





Jung In, Mae Ri dan kedua sahabat Mae Ri makan di satu meja.
"Yah! Kami sangat penasaran tentang siapa pria itu, dan ternyata kau sangat tampan."
"Untuk seorang gadis yang belum pernah berpacaran sebelumnya, kau seperti sudah mendapatkan jackpot."
"Kau bilang dia belum pernah berpacaran sebelumnya?" tanya Jung In.
"Ah, well, maksudnya adalah.. Bahwa karena Mu Gyul adalah cinta pertamaku." Mae Ri berkilah. "Aku tidak pernah berkencan dengan orang lain." ucapnya agar Jung In tidak curiga dengan pernikahan palsunya dengan Mu Gyul.
"Ya, memang."
"Eh.. Ya, cinta pertamanya! Mu Gyul adalah cinta pertamanya!"
"Ini benar-benar sangat enak."



Handphone Jung In berdering, Jung In berpamintan untuk menerima teleponnya terlebih dahulu kemudian ia akan kembali lagi.
"Oh, Ya.  Maaf, aku akan kembali." ucap Jung In.



Kedua sahabat Mae Ri sibuk berkomentar.
"Tentu."
"Yah, Mae Ri, kau sangat beruntung! Kau seperti seorang putri!"
"Yah, sudah tinggalkan saja pernikahan palsu itu dan menikahlah dengannya segera!"



"Apa kau gila? Kenapa aku harus melakukan hal itu?" ucap Mae Ri.
"Mae Ri, kalau kau tidak suka dengannya, berikan saja padaku. Aku tidak masalah dengan perjodohan."
"Kenapa kalian ini?" tanya Mae Ri.
"Mae Ri Yah, kau harus memikirkan hal ini lebih keras lagi."
"Mereka berdua sangat tampan!"
"Yah, Jung In lebih tampan! Dia juga memiliki banyak uang, dia itu buruan yang bagus!"
"Yah, aku suka Kang Mu Gyul. Seorang musisi dan sangat... sexy!"
"Dia hanya seorang yang bisa diajak berkencan saja, pokok pembicaraan kita di sini adalah pernikahan."
"Bagaimana bisa seseorang menikah hanya karena uang? Kau harus menikah dengan orang yang kau cintai."
"Kau ini rakus sekali? Itu benar."
"Tidak.. Tidak.. Tidak.."
"Cukup. Aku tidak mencintai keduanya. Mereka tidak memiliki hubungan apapun denganku." jawab Mae Ri, mencoba mendamaikan kedua sahabatnya yang saling memperebutkan Jung In dan Mu Gyul.
"Dalam hal ini, kau harus.. Bersenang-senang dengan keduanya!"
"Benar!"
"Dengan cara itu kau bisa mendapatkan yang terbaik dari keduanya!"
"Makan sajalah!" ucap Mae Ri, ia menatap heran ke arah ke dua temannya.
"Apa? Baiklah, aku hanya ingin minum."




Jun In kembali.
"Maafkan aku." ucap Jung In seraya duduk.
"Ah, sudah selesai?" tanya teman Mae Ri.
"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Jung In.
"Oh, kau tahu, bukan sesuatu yang penting, hanya tentang barang-barang kebutuhan wanita.
Ah, ya."



"Hyung, aku gugup di sini. Ini pertama kalinya aku diukur seperti ini." ucap Ayah Mae Ri. Ayah Mae Ri akan dibuatkan jas/setelan.
"Setelan yang bagus menandakan karakater seseorang yang kuat. Kau harus menunjukan sisi kebijaksanaanmu pada Mae Ri sekarang. Kau harus terlihat lebih berwibawa." ucap Ayah Jung In.
"Ya, Hyung."
"Aku yakin Mae Ri akan sangat menyukainya, dan apakah aku terlihat tampan. Maaf, tolong ukur dalam ukuran yang lebih longgar karena aku harus mengenakannya sepanjang waktu." ucap Ayah Mae Ri pada asisten yang mengukur tubuhnya.
"Setelan yang bagus harus sesuai dengan ukuran tubuhmu." ujar Ayah Jung In.
"Tapi, aku akan terlihat sangat gendut."
"Yah, jika kau ingin terlihat sepadan denganku pakai setelan yang sesuai dan dietlah." kata Ayah Jung In.
"Ah, ya hyung. Tidak, tidak, maksudku, President." ucap Ayah Mae Ri.
 "Ukuran kecil." ucap Ayah Jung In seraya pergi.
"Tentu, President." jawab asisten.
Dan saat Ayah Jung In pergi, Ayah Mae Ri berkata pada asisten yang mengukur tubuhnya, "Sedikit longgar."



Mereka sudah selesai.
"Aku pikir ini terlalu banyak. Aku sudah seperti cinderella versi pria saja." kata Ayah Mae Ri.
"Tentu, semua ini adalah penghargaanku terhadap semua yang sudah kau lakukan. Jadi, kau sudah mengatasi pria itu dengan baik?" tanya Ayah Jung In.
Ayah Mae Ri gugup menjawabnya, ia belum sepenuhnya bisa menyingkirkan Mu Gyul. "Ahhh.. Ya, tentu saja, hyung! Ah, tidak, maksudku president."
"Berapa lama lagi hari yang tersisa dari kesepakatan ini?" tanya Ayah Jung In.
"Ah.. Itu.." Ayah Mae Ri mengeluarkan memonya, "Ah, masih ada 86 hari lagi."




"Benarkah? Yah, tidak perlu menunggu lama lagi." ujar Ayah Jung In, ayah Jung In ingin Mae Ri dan Jung In diikat dalam pernikahan yang sebenarnya. Tidaaaaaaak!
"Ah, jangan! Kau tau, Mae Ri akan kembali menolaknya jika kita melakukan semuanya dengan terburu-buru. Waktu  yang lalu, kita mencoba untuk mempercepat segalanya, tapi Mae Ri malah kabur dan menikah." ujar Ayah Mae Ri.
"Ah, benar." Ayah Jung In membenarkan.
"Kita hanya harus membiarkan mereka menikmati hari-hari bersama dalam waktu yang tersisa ini. Dan merencanakan pernikahan setelah itu." Ayah Mae Ri kembali menjelaskan.
"Benar, kita hanya harus mengawasi mereka." jawab Ayah Mae Ri.
"Ya."




Mu Gyul tiba di tempat tinggalnya,
"Perfeck Mu Gyul, kau di rumah?" tanya Seo Jun yang sudah terlebih dulu datang di tempat Mu Gyul.
"Apa ini? Bagaimana kau bisa masuk?" tanya Mu Gyul, pintu rumah Mu Gyul dikunci dan bagaimana Seo Jun bisa masuk?
"Apa kau pikir aku tidak tahu dimana kau menyembunyikan kunci cadangan?" jawab Seo Jun, mantan selalu tau hal-hal yang engga diketahui orang lain.
"Apa seperti ini seorang "teman" yang mengunjungi tempat tinggal temannya tanpa memberitahu sebelumnya?" ujar Mu Gyul mencoba menyindir Seo Jun.
"Ya." Seo Jun malah mengiyakan.
"Apa.. Apa kau menjual gitarmu?" tanya Seo Jun saat melihat koleksi gitar Mu Gyul yang berkurang. "Kita harus membicarakan tentang bisnis."
"Bisnis? Bisnis apa?" kata Mu Gyul tidak peduli.



"Kau mendapatkan tawaran untuk membuat sebuah OST, bukan? Dan, Ost drama itu adalah drama yang sedang aku bintangi sekarang. Jadi lakukanlah." ucap Seo Jun seraya duduk di dekat Mu Gyul
"Tidak, aku tidak berminat." ucap Mu Gyul.
"Ini kesempatan yang sangat baik untukmu. Ini akan banyak membantumu dalam dunia musik dan kesepakatan bisnis. Aku akan membantumu." bujuk Seo Jun.
"Aku tidak berniat bekerja sama dengan orang bodoh itu." jawab Mu Gyul.
"Orang bodoh? Maksudmu Direktur Jung? Kenapa? Apa kalian terlibat dalam perdebatan?" tanya Seo Jun heran.
"Kenapa aku harus terlibat perdebatan dengannya?" jawab Mu Gyul.
"Yah, orang itu.. memiliki potensi dalam banyak hal, dia sangat bertanggung jawab, dan dia juga bukan seorang pria yang buruk." ujar Seo Jun.
"Bukan seorang pria yang buruk.. bertanggung jawab.." Mu Gyul mengulang kata-kata Seo Jun dengan nada merendahkan.




Mu Gyul melihat ke arah jam, jam sepertin ini biasanya Mae Ri pulang dari tempat kerjanya, "Anyway, kapan kau akan pulang?" tanya Mu Gyul, ia khawatir kalau Seo Jun nantinya akan bertemu dengan Mae Ri saat itu juga.
"Kenapa? Apa kau sedang menunggu seseorang?" tanya Seo Jun.
"Oh, tidak.." jawab Mu Gyul.

Seseorang masuk ke tempat Mu Gyul, ternyata yang datang bukan Mae Ri tapi malah Bibi pemilik tempat yang Mu Gyul tempati. "Nak, aku harus berbicara denganmu tentang uang sewa." ucap bibi itu.
"Ahjumma, tolong berikan aku sedikit waktu." jawab Mu Gyul.





Mu Gyul mengantar Seo Jun.
"Apa kau perlu uang?" tanya Seo Jun.
"Jangan khawatirkan hal itu." jawab Mu Gyul.
"Aku berbicara seperti ini karena kau adalah temanku sekarang. Apa aku pernah meminjamkan uang padamu saat kita berpacaran dulu?" ucap Seo Jun.
"Jangan khawatirkan hal itu." ucap Mu Gyul.

Seo Jun masuk ke dalam mobilnya, Mae Ri datang, saat Mae Ri melihat mobil Seo Jun yang melaju di sampingnya, Mae Ri langsung menutupi kepalanya.
"Aish, kenapa Seo Jun selalu datang ke tempat Mu Gyul?" ucap Mae Ri kesal. "Bagaimana kalau kami ketahuan?"






"Maaf, sudah membuatmu menunggu. Aku akan membayar uang sewa itu minggu depan." ucap Mu Gyul pada bibi pemilik tempatnya tinggal.
"Apa yang kau bicarakan? Pacarmu sudah mengatasi semuanya." Bibi itu tersenyum senang.
"Maaf? Pacar?" Mu Gyul bingung.
"Kang Mu Gyul, aku kembali!" Sapa Mae Ri seraya berlari kecil masuk ke dalam rumah.
"Oh!.. Hello!" Mae Ri membungkuk mengucapkan salam pada bibi.
"Semuanya keliatan baik-baik saja, tempat ini tidak memiliki kerusakan yang parah. Ingat ya, jika ada sesuatu yang rusak ketika kau pergi, aku akan mengatasi semuanya dengan uang sewamu itu. Itu saja, aku datang kesini hanya ingin memberitahukan hal itu. Good bye!" ujar Bibi itu.
Mu Gyul kesal, "Yah, kenapa kau melakukan tindakan bodoh seperti itu?!" bentak Mu Gyul"
"Ya ampun! Kenapa kau berteriak dan ribut seperti itu?" ujar Mae Ri.
"Ini bukan urusanmu!" seru Mu Gyul lagi.
"Yah, bagaimana bisa hal ini bukan menjadi urusanku? Aku teman sekamarmu sekarang! Tentu saja! Aku harus membayar uang sewa!" balas Mae Ri.
"Apa?"
"Apa hanya kau saja yang bisa bersenang-senang atas tempat ini? Aku juga punya harga diri! Kau selalu punya cara licik, bisa saja suatu saat kau menendangku keluar dan membiarkanku berada di jalan. dan aku tidak ingin seperti itu, oke!" jawab Mae Ri.





"Apa ini sebuah serangan balasan.." tanya Mu Gyul.

Mu Gyul membuat surat kesepakatan tentang pembayaran utangnya pada Mae Ri.
Aku, Kang Mu Gyul, berjanji untuk membayar kembali uang sebesar 200 ribu won kepada Wi Mae Ri.






"Aku akan membayar itu dalam waktu 2 bulan." kata Mu Gyul setelah selesai menulis.
"Ah, tidak! Karena masih ada waktu 86 hari lagi untuk kesepakatan ini, kau bisa membayarnya sedikit demi sedikit mulai sekarang sampai nanti." ucap Mae Ri, kemudian ia berlonjak kegirangan, "Wow,, Aku bisa datang ke tempat ini kapanpun aku mau sekarang!"
"Kau bilang hanya dari jam 4 sampai 10 malam, kan?" Mu Gyul merengut kesal, Yah, sudah engga ada lagi yang bisa diperbuat Mu Gyul.. gyaha
"Ya. Dan aku akan memastikan kalau aku tidak akan membebanimu untuk hal apapun. Aku akan membersihkan ini, dan juga membuat makan malam yang sangat lezat.. Okay?" Mae Ri memastikan kalau ia tidak akan merepotkan.
"Okay!" seru Mae Ri.
"Aku akan memulai dengan membersihkan ini!" sorak Mae Ri dengan senang. "Mu Gyul Ah, lihat betapa bersihnya ini! Aku yang membersihkan ini! Wow.. Sangat bersih... sangat bersih!" ucapnya..  ^ ^'





"Ahjumeoni, kau tidak harus melakukan hal itu, aku yang akan mengerjakannya." Mae Ri merasa tidak enak, sebenarnya pekerjaan seperti itu, Mae Ri juga bisa melakukannya.
"Ini bukan masalah. President menyuruhmu agar tidak terganggu dengan apapun." Jawab asisten itu.



Telepon Mae Ri berdering, sahabatnya menelponnya.
"Oh, So Ra Yah." ucap Mae Ri.
"Dimana kau?"
"Aku rasa, karena hari ini adalah hari sabut, kau pasti sedang ada di rumahnya sepanjang hari."
"Yeah, tapi aku hanya sendiri disini karena dia sibuk." jawab Mae Ri.
"Huh?"
"Mae Ri, bisakah kami datang kesana?"
"Sekarang."
"Tentu tidak, ini bahkan bukan rumahku. Disamping itu, ada ahjumeoni di sini." ujar Mae Ri.
"Hey, kau perlu bantuan juga?"
"Ini benar-benar berbeda dari Kang Mu Gyul!"
"Hey, kenapa kalian membandingkan mereka seperti itu?" ucap Mae Ri.
"Hey, kau lebih baik berpihak pada Jung In! Jika keluarganya hanya memiliki satu putra tunggal, itu berarti semua kekayaan keluarganya bisa jatuh ke tanganmu!"
"Apa? Apa ayahku berbicara seperti itu padamu?" tanya Mae Ri.
"Yah, cukup."
"Ahh. Kau begitu naif!"
"Cepat kunjungi mertuamu dan tunjukkan sisi baikmu padanya."
"Lupakanlah. Oh, tunggu sebentar." Mae Ri mendapat panggilan baru dari Ayah Jung In.
"Ji Hye, maaf. Aku akan menelponmu nanti, okay?"


Mae Ri mengangkat telepon dari Ayah Jung In.
"Ahjussi, hello. Apa kau melakukannya dengan baik?"




Bencana datang ke tempat tinggal Mu Gyul, Ayah Mae Ri datang untuk menjauhkan Mu Gyul dari Mae Ri.
"Apa yang kau inginkan sekarang?" tanya Mu Gyul seraya merapikan gitarnya, ia akan segera pergi.
"Karena kau sudah memutuskan untuk terus mengabaikan keberadaanku, aku datang agar kau mau mendengarkan. Ambil ini." Ayah Mae Ri memberikan amplop berisi tiket.
"Apa ini?" Mu Gyul membuka tiket itu.
"Eh? Jika kau benar-benar mencintai Mae Ri, ambil ini dan pergi dari kehidupannya."
"Aku tidak bisa melakukannya lagi. Aku rasa aku harus membicarakan hal ini terlebih dahulu pada Mae Ri." ucap Mu Gyul. Tentu saja ayah Mae Ri mencegahnya, ia tahu kalau sampai Mu Gyul menceritakan hal ini pada Mae Ri, tamatlah riwayat Ayah Mae Ri.
"Jangan, kau tidak boleh melakukan hal itu. Tidak bisakah kau meninggalkannya diam-diam seperti yang mereka lakukan di sebuah drama? " ujar Ayah Mae Ri memohon.
Mu Gyul benar-benar tidak mempedulikanya, ia malah pergi.
"Lihat kesini, anak muda..! Bicara padaku.. Hey, kau! Lihat ke sini.. Lihat ke sini, eh?" Ayah Mae Ri mengejar Mu Gyul.



Mae Ri dan Ayah Jung In baru saja selesai berbelanja pakaian dan semua peralatan Mae Ri.
"Apa kau perlu yang lain? Bukankah di umur 24 tahun seperti ini seharusnya kau sangat sibuk mengurusi kecantikanmu?" tanya Ayah Jung In.
"Maaf.. Ahjussi.." kata Mae Ri dengan sopan.
"Oh Ya."
"Aku tidak bisa menerimanya. Ini terlalu memberatkan untukku." ujar Mae Ri.
"Tidak.. Tidak."






Mu Gyul terpaksa harus menemani Ayah Mae Ri minum-minum.
"Aku seharusnya tidak melakukan hal ini, aku seharusnya diet. Apa kau tahu betapa sengsaranya aku harus melakukan hal ini?.. Eh? Jadi, dengarkan aku sekarang.. Eh?" ungkap Ayah Mae Ri seraya meneguk minumannya.
"Tidak ada lagi yang harus aku dengarkan." jawab Mu Gyul.
"Jadi sekarang, kau akan membebaskanku. Lihat ke sini, anak muda! Apa kau benar-benar mencintai Mae Ri ku?" tanya Ayah Mae Ri.
Mu Gyul tidak menjawab.
"Oohh.. Malangnya Mae Ri ku yang polos! Dia memberikan segalanya pada seorang pria yang tida mencintainya.." Ayah Mae Ri mengeluh, ia meneguk lagi minumannya.
"Tolong hentikan.." ucap Mu Gyul, ia tidak ingin melihat Ayah Mae Ri jatuh mabuk, karena Mu Gyul juga akan kesulitan.
"Ah, tinggalkan aku sendiri! Aku harus melepaskan rasa frustasi ini!"
"Tolong hentikan."
"Apa aku terlihat akan menghentikan ini? Kau tidak akan meninggalkannya, bahkan aku yang menyuruhmu seperti itu, kenapa kau tidak bisa mengatakan padanya kalau kau mencintainya. Sebenarnya apa yang ada di pikiranmu?"
"Tolong bicaralah dengan kata-kata yang tidak formal." ungkap Mu Gyul.



"Aku tidak bisa berbicara informal kepada orang-orang yang membuatku merasa tidak nyaman." ujar Ayah Mae Ri dengan setengah mabuk.
Mu Gyul jadi teringat Mae Ri, saat pertama bertemu Mae Ri, Mae Ri juga menggunakan bahasa formal saat berbicara dengan Mu Gyul. Dan saat Mu Gyul menanyakan alasan Mae Ri kenapa ia menggunakan bahasa formal saat berbicara dengannya, jawabannya juga sama, karena Mae Ri merasa tidak nyaman jika berbicara bahasa informal pada seseorang. Refleks Mu Gyul tertawa terbahak, dua orang itu, anak dan ayah sama saja.. hahaaa...
"Hey, kau.. ...apa kau menertawakanku?.. huh?" Ayah Mae Ri merasa tersinggung.
Mu Gyul langsung menghentikan tawanya. "Tidak, tidak sama sekali. Aku hanya teringat sesuatu."
"Ah, pria ini.. Ah, kau benar-benar menggangguku, sekarang aku mabuk karena kau.. Aku seharusnya diet.."



Mae Ri dan Ayah Jung In berada di sebuah restaurant.
"Maafkan aku karena membuatmu merasa tidak nyaman. Aku hanya tidak tahu tentang perempuan dengan baik, jadi aku pikir kau akan senang jika aku membelikan banyak hadiah." ungkap Ayah Jung In, Ayah Jung in selalu salah tingkah setiap kali dekat dengan Mae Ri, mungkin wajah Mae Ri yang sangat mirip dengan wajah ibunya, mengingatkan Ayah Jung In pada Ae Ri (ibu Mae Ri)
"Sebuah ruang ganti pakaian yang penuh dengan pakaian-pakaian bagus itu saja aku rasa sudah cukup sebagai sebuah hadiah." ucap Mae Ri. "Kenapa kau tidak menceritkan tentang ibuku saja dari pada membelikanku hadiah."
"Cerita tentang ibumu? Baiklah, apa yang ingin kau ketahui?"








"Semua hal tentangnya. Ibuku meninggal saat aku berumur 4 tahun, jadi aku tidak memiliki banyak kenangan bersamanya. Dan ketika aku menanyakan pada ayahku, dia malah menangis karena memikirkan tentang ibuku." ujar Mae Ri.
"Tentu. Dae Han sangat mencintai Ae Ri."
"Ahjussi, ibuku seperti apa?"
"Aku tidak bisa berkata apa-apa, ia seperti matahari.. ...hangat dan lembut, seperti sinar matahari di musim gugur. Sangat lembut, aku rasa."
"Ahjussi, kau terdengar seperti seorang penyair."
"Penyair?"
"By The Way, kau sudah berlatih permainan kita?" tanya Mae Ri.
"Ya dan aku sudah berlatih sangat keras."
"Aku akan mengalahkanmu lain waktu."
"Benarkah?"
"Tentu."
Dari kejauhan Jung in memperhatikan keakraban antara ayahnya dengan Mae Ri. 







Mu Gyul dalam penderitaan sekarang, di episode-episode kemarin Mu Gyul harus mengantarkan Mae Ri pulang saat Mae Ri mabuk, sekarang giliran Ayah Mae Ri yang mabuk dan Mu Gyul juga yang harus mengantarkannya pulang.
"Ibu, aku.." ucap Ayah mae Ri dalam keadaan mabuk.
"Aish, aku akan mati di sini! Berapa beratmu?" Mu Gyul kesulitan membantu Ayah Mae Ri.
"Tunggu.." Ayah Mae RI ingin buang air kecil.
"Lagi? Kenapa kau minum bir banyak.." Mu Gyul kesal.
Ayah mae ri buang air kecil di pinggir jalan. Ada dua orang wanita yang melewati mereka, Mu Gyul tentu saja sangat malu karena Ayah Mae Ri.
"Mom! Oh!.. Oh, my! Apa itu? Mom!" ucap Ayah mae Ri tanpa sadar.



Jung In dan Mae Ri tiba di rumah Mae Ri, Jung In membukakan pintu untuk Mae RI.
"Apa pakain-pakaian itu terasa tidak nyaman?" tanya Jung in.
"Ahhh.. Aku sangat berterimakasih pada ayahmu karena perhatiannya padaku, tapi aku lebih nyaman memakai pakaian sendiri seperti biasa. Jadi, aku hanya akan memakai pakaian yang mahal hanya saat berada di kantor." ucap Mae Ri.




Dari kejauhan, Mu Gyul dan Ayah Mae Ri datang.
"Ayah!" Mae Ri histeris melihat ayahnya seperti itu. "Mu Gyu Ah! Ayah! Ah ayah, kau.. Kang Mu Gyul, apa yang terjadi? Kenapa kau bisa datang ke sini bersama ayahku?"
Mu Gyul kelelahan ia tidak sanggup lagi membantu ayah Mae Ri akibatnya saat ia melepaskan tangan dari pundak ayah Mae Ri, Ayah Mae Ri jatuh tepat menibani Mu Gyul.. hahaa.




Mae Ri membantu ayahnya untuk berdiri.
"Tanyakan ayahmu.." jawab Mu Gyul kelelahan.
"Ayah, sadarlah." ucap Mae Ri seraya menepuk-nepuk pipi ayahnya.
"Mae Ri ku.. Mae Ri ku." ucap Ayah Mae Ri seraya memeluk Mae RI.
"Apa kau baik-baik saja, ayah?" tanya Jung In.
"Ayah?" ucap Mu Gyul dengan nada mengejek.
"Oh, menantuku, Jung In." ujar Ayah Mae Ri seraya mencium pipi Jung In.
"Ayah, apa yang kau lakukan? Ini sangat memalukan." ungkap Mae RI. "Ayo bangun."
"Biarkan aku yang menggendongmu." ungkap Jung In. Jung In membiarkan ayah Mae Ri bersandar di pundaknya.
"Aku pikir kau tidak akan mau. Ini akan sangat sulit untuknya." ucap Mu Gyul kembali mengejek.




Jung In berusaha untuk menggendong ayah Mae Ri tapi nihil, Jung In malah terjatuh, dan Mu Gyul yang melihat hal itu langsung tertawa terbahak. Sumpah, oppa Mu Gyul ketawanya total sangat.
"Menantu Kang, apa yang kau lakukan? Cepat dan bantu menggotong ayahku!" Mae Ri menarik paksa Mu Gyul.
"Ayah!" ucap Mae Ri panik.
"Aku benar-benar akan mati!" kata Mu Gyul seraya membantu ayah Mae Ri berdiri.
"Ah, menantuku, Jung." saat ayah Mae Ri melihat ke sebelah kanannya.
"Pria ini." saat ayah Mae Ri melihat ke sebelah kirinya.
Jung in dan Mu Gyul bersama-sama membantu ayah Mae Ri.
"Apa? Pria ini menantumu." ucap Mae Ri.
"Menantu Kang, Menantu Jung. Aku punya dua menantu." ujar Ayah Mae Ri dengan berteriak kemudian tertawa.
Mu Gyul memang selalu jadi korban, ia harus rela jaketnya terkena muntahan ayah Mae Ri. iaks!



Mae Ri sedang membersihkan jaket Mu Gyul yang terkena muntahan ayahnya.
"Kau pasti sangat kesusahan karena ayahku? Apa kau baik-baik saja?" tanya Mae Ri.
"Lupakan." Mu Gyul kesal.
"Apa ayahku singgah di tempatmu lagi? Apa yang ia katakan?" ucap Mae Ri, ia sungguh-sungguh menyesal dengan semua perbuatannya ayahnya pada Mu Gyul.
Tanpa berkata apa-apa Mu Gyul pergi. Mae Ri mengikutinya,
"Aku sungguh-sungguh minta maaf." ucap mae Ri. "Kau pasti sangat kesusahan karena aku. "




"Berapa lama akan tetap seperti ini?" Mu Gyul membentak Mae Ri.
Mae Ri hanya diam, ia tahu Mu Gyul sedang sangat kesal.




Mu Gyul berjalan kaki menuju tempat tinggalnya. Ia berjalan perlahan karena badannya terasa sakit. Jung In datang dengan mobilnya, mobil Jung In melintas perlahan di samping Mu Gyul. Jung In ingin memberikan tumpangan pada Mu Gyul.
"Masuklah." ucap Jung In.
"Tidak terimakasih." jawab Mu Gyul.
Nada bicara mereka terdengar dingin satu sama lain.
"Tidak, apa-apa. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu." ucap Jung In.
"Tentang apa?" tanya mu gyul . "Aku rasa kita harus membicarakan hal ini lebih jauh lagi. Yah, aku tidak memiliki apapun untuk dibicarakan."
"Kau lebih baik jaga kesehatanmu, karena hal itu adalah segalanya bagimu." ucap Jung In kemudian pergi mendahului Mu Gyul.
Mu Gyul kesal, ia menendang kaleng yang ada di depannya. "Ada apa ini? Siapa dia yang seenaknya mengatakan apa yang harus aku lakukan dan apa yang tidak seharusnya aku lakukan? Sangat memuakkan." ucap Mu Gyul seraya mengeluh kesakitan dibagian pinggangnya. "Ahh.. Pinggangku!"




Ayah Mae Ri bangun, Mae Ri sudah menyiapkan makanan untuknya.
"Betapa memalukannya kau! Bukankah kau seharusnya minta maaf terhadap Mu Gyul?" ucap Mae Ri. Ayah Mae Ri merasa mual-mual, lalu Mae Ri menepuk-nepuk bagian punggung ayah Mae Ri.
"Mae Ri Yah, jangan tepuk seperti itu, aku rasa aku akan mati." ucap Ayah mae Ri seraya menahan mual.
"Apa kau baik-baik saja?" ucap Mae Ri seraya menyuapi ayahnya.
"Mae Ri Yah, aku tidak dapat mengingat dengan jelas tentang apa yang terjadi semalam.. tapi..Apa aku membuat banyak kesalahan terhaap menantu Jung?Apa dia masalah?" tanya Ayah Mae Ri.
"Apakah kau tidak khawatir tentang perbuatan yang telah kau lakukan pada Mu Gyul?" Mae ri kesal.
"Lupakan orang itu segera. Dia bukan berarti apa-apa melainkan hanya seorang yang bodoh yang tidak mau minum bersama orang yang lebih tua. Aku tidak bisa makan lagi, aku rasa aku akan mati.." ucap Ayah Mae Ri.





"Kita harus mencuci jaket ini segera." Mae Ri akan mencuci jas ayahnya, ia memeriksa bagian kantong jas itu agar tidak ada benda yang tercuci. Saat merogoh saku jas milik Ayah Mae Ri, Mae Ri menemukan sebuah tiket atas nama Mu Gyul.
"Apa ini? Apa kau berencana untuk pergi keluar negeri, ayah?" tanya Mae Ri sebelum ia membaca isi tiket itu.
"Apa?" tanya Ayahnya gugup.
"Tunggu.. Kang Mu Gyul. ke Narita? Ayah, apa kau pergi menemui Mu Gyul hanya untuk.." Mae Ri kesal.
"Ah, tidak! Mae Ri Yah."
"Ayah apa kau gila? Apa kau masih bisa berpikir jernih?"



Mae Ri datang ke tempat tinggal Mu Gyul, Mu Gyul tengan berbaring di atas kasur, badanya masih terasa sangat sakit.
"Mu Gyul, maafkan aku. Aku tidak tahu lagi harus berkata apa lagi kepadamu." ucap Mae Ri.
"Ayo kita hentikan ini." jawab Mu Gyul.
"Hentikan apa? Kita sudah membuat kesepakatan." ucap Mae Ri.
"Aku akan mengembalikan uangmu."
"Uang bukan masalah besar sekarang."
"Aku sudah memikirkan hal itu, aku akan keluar." ucap Mu Gyul seraya berdiri dan mengganti pakaiannya.





Mae Ri kaget melihat Mu Gyul membuka pakaiannya, Mae Ri langsung menutup kedua matanya dan berkata.
"Mu Gyul Ah.. Benar, keluarlah bersama teman-temanmu dan bersantailah. Aku akan tinggal di sini dan membersihkan rumah, dan menyiapkan makanan yang lezat." ucap Mae RI.
Mu Gyul pergi tanpa berkata apapun pada Mae Ri.
"Lebih baik aku membeli bahan makanan dulu." ucap Mae Ri. Ia hendak keluar tapi handphone Mu Gyul yang tertinggal berdering.
"Dia meninggalkan handphonenya lagi." ucap Mae Ri.



Ibu Mu Gyul datang dan ia langsung bertanya pada Mae Ri "Mu Gyul ada di rumah? Dia tidak mengangkat teleponku."
"Ah, dia meninggalkan teleponnya di sini." jawab Mae Ri.
"Ahh.. Itulah. Dan kapan dia akan kembali?"
"Aku tidak yakin. Kenapa kau tidak menunggu di sini dulu saja?" pinta Mae Ri.
"Aku rasa seperti itu." ujar Ibu Mu Gyul seraya membuka sepatunya. "Apa kau akan pergi ke luar?"
"Ah.. Aku akan pergi ke luar dan membeli beberapa bahan makanan." jawab Mae Ri.
"Oh, benarkah? Bisakah kau membelikan aku sekotak ice cream choco?"
"Ahh.. Aku akan membelikan ice cream choco untukmu."
"Ah, benarkah, apa kau tahu cara membuat Kimchi loba?" tanya Ibu Mu Gyul.
"Ya, memangnya ada apa?" jawab Mae Ri.









Mae Ri mengaduk-aduk lobak kimchi pedas buatannya, sedangkan Ibu Mu Gyul malah asik menikmati ice cream pemberian Mae Ri. Ibu Mu Gyul sama sekali tidak membantu Mae Ri saat membuat kimchi lobak.
"Jadi, bagaimana saat kau dan Mu Gyul bertemu pertama kali?" tanya Ibu Mu Gyul seraya menikmati ice creamnya.
"Maaf? Ah, itu karena kecelakaan mobil." ucap Mae Ri.
"Romantis sekali. Mereka bilang, cinta itu seperti sebuah tabrakan mobil."
"Ah, ya."
"Aku sangat suka menonton drama, kau tahu. Aku sangat senang sekali, akhirnya ada sebuah TV di sini." ujar Ibu Mu Gyul.
"Benarkah?" ujar Mae Ri.
"Apakah lobak Kimchinya sudah selesai di buat? Biarkan aku mencobanya." Ibu Mu Gyul membuka mulutnya dan meminta Mae Ri untuk menyuapinya.
"Ini sangat enak sekali. Tambahkan lagi beberapa bubuk lada." suruh Ibu Mu Gyul.
"Tentu." ucap Mae Ri.



Mu Gyul dan teman-teman bandnya berada di kedai minuman, mereka sedang membicarakan tentang kontrak yang ditawarkan oleh Jung In.
"Hyung, kau harus tanda tangan kontrak."
"Benar, meskipun ini hanya untuk dirimu sendiri."
"Aku berharap Mu Gyul hyung melakukan yang terbaik, jadi kita bisa bekerja sama dengan baik juga."
Mu Gyul tidak menjawab apa-apa ia malah diam dan tampak kesal.
"Apa ini? Kau tidak menjawab panggilanku." Seo Jun datang, handphone Mu Gyul tertinggal gimana bisa menjawab panggilan Seo Jun.
"Noona, kau disini?"
"Kami sering memperhatikanmu akhir-akhir ini."
"Aku tahu kalian pasti minum-minum di tempat ini." ucap Seo Jun seraya duduk di samping Mu Gyul.
Mu Gyul tidak merespon kedatangan Seo Jun.
"Ini, segelas untukmu."
"Temui dia dan bicaralah padanya. Bicara 4 mata dengannya." ujar Seo Jun pada Mu Gyul.





Mae Ri membuang sampah di luar, "Ahhh.. Tanganku terasa seperti terbakar." ujar Mae Ri seraya menggosok-gosok kedua belah tangannya. "Ini seperti aku tinggal bersama mertuaku."

Tanpa sengaja Mae Ri melihat mobil Seo Jun tepat berada agak jauh dibelakangnya, karena takut ketahuan, Mae Ri langsung bersembunyi di belakang tembok. Ia memperhatikan diam-diam Seo Jund dan Mu Gyul yang berada di dalam satu mobil. Mu Gyul dan Seo Jun masih membicarakan tentang kontrak yang ditawarkan oleh Jung In. Mae Ri jelas sangat cemburu, ia berkata "Di sini aku bekerja mati-matian Dia memang keterlaluan."
Mae Ri langsung pergi.



Mu Gyul masuk ke dalam rumahnya, ia mendapati ibunya tengah menikmati mie, "Kapan kau datang? Dimana Mae Ri?" tanya Mu Gyul.
"Dia yang membuat semua lobak kimchi lezat ini lalu pergi." ucap Ibu Mu Gyul.
"Apa? Dia yang membuat semua ini?" Mu Gyul terkejut.
"Yeah, aku yang menginginkannya."
"Maksudmu, Mae Ri membuatnya sendiri?"
"Point untuk ibumu adalah 0, tapi untuk kali ini 100 point untuk pacarmu."
"Ah, ibu!"




Mu Gyul mencoba untuk menghubungi Mae Ri, tapi Mae Ri tidak menjawab panggilan Mu Gyul.
"Ah, apa ini? Dia tidak mengangkat teleponnya." ujar Mu Gyul.
"Lihat, kau sangat mencemaskannya? Kau takut dia marah? Ah, benar! Bagaimana dengan uangnya? Kau mendapatkannya?" tanya Ibu Mu Gyul.
"Beri aku waktu, aku akan segera mencarinya." jawab Mu Gyul.



Mae Ri berada di ruang TV, ia tengah menonton drama.
"Bagaimana bisa dia melakukan hal itu? Setelah aku membuat lobak kimchi dengan susah payah, dan dia malah keluar bersama dengan wanita lain.." ungkap mae Ri, semua badan Mae Ri pegal-pegal ia memijiti tangannya sendiri.




Ibu Mu Gyul masih menonton TV, sedangkan Mu Gyul sibuk dengan lagunya. Mu Gyul kehausan ia mengambil minum di dalam kulkas kemudian melihat kotak lobak kimchi buatan Mae Ri. Mu Gyul terlihat sangat bersalah.






Akhirnya, Mu Gyul datang ke perusahaan milik Jung In, ia akan mempertimbangkan apa yang ditawarkan Jung In.
Jung In menyerahkan surat kontrak seraya berkata. "Kami akan memberikanmu 20.000.000 won untuk uang muka setelah kau menandatanganinya."
Seo Jun mengambil surat kontrak itu kemudian membacanya, "Wow, seperti yang aku harapkan."





"Isi kontrak ini sungguh sangat bagus, Mu Gyul Ah. Lihatlah." ucap Seo Jun pada Mu Gyul.
"Cukup dengan semua urusan yang berkaitan dengan kontrak Hanya ada satu hal yang aku inginkan dalam kontrak ini. Aku ingin bandku merekam lagu dan menkombinasikan musik kami untuk OST kali ini. Aku ingin melakukannya bersama dengan bandku." tegas Mu Gyul.
"Bukankah band kalian sudah bubar?" tanya Jung In.
"Kami keluarga. Bagaimana bisa seorang pebisnis seperti kau mengerti tentang sebuah kesetiaan?" Mu Gyul menyindir.
"Direktur, aku tidak bisa mengatakan tentang drama lain, tapi karena drama ini berpusat pada kehidupan sebuah band indie, jadi kenapa kau tidak mempertimbangkan hal itu?" kata Seo Jun membantu Mu Gyul.
"Aku bisa selalu mendengarkan satu lagu. Tapi, mereka tidak masuk standar yang telah ditetapkan.. ..Aku akan mengganti satu atau dua orang personel agar lebih baik lagi." ujar Jung In.



"Apa kami seperti robot bagimu? Yang bisa seenaknya kau atur seperti itu? Kau hanya menginginkan musik yang sesuai standar tinggi yang telah kau tetapkan, tapi kau sama sekali tidak memikirkan tentang kualitasnya. Apa sebenarnya yang kau inginkan dari kami? Lupakan." Mu Gyul berdiri dari duduknya.
"Kang Mu Gyul. Ada apa dengan kalian? Kenapa kalian jadi saling menjatuhkan seperti ini?" Seo Jun heran melihat perdebatan diantara Mu Gyul dan Jung In, perdebatan itu bukan hanya mempermasalahkan tentang kontrak tapi juga mempermasalahkan tentang Mae Ri. hahaa..



Mae Ri mengetuk pintu ruangan, lalu berkata ""Direktur, aku sudah menyiapkan semua berkas-berkas yang dibutuhkan." ucap Mae Ri.
Mu Gyul dan Mae Ri sama terkejutnya.
"Aku tidak tahu kalau kau sedang ada tamu, mohon maafkan aku." ucap Mae Ri seraya kembali ke tempatnya.
"Kang Mu Gyul.." Aku akan memilih lagu yang sesuai untuk OST dengan bandmu, dan aku akan membuka studio kami khusus sebagai ruang latihan band." ucap Jung In.
"Mu Gyul Ah, kau menginginkan seluruh anggota grup ikut ambil andil dalam hal ini kan?" tanya Seo Jun.
Pintu ruangan kembali di ketuk, kali ini bukan oleh Mae Ri tapi oleh asisten Jung In, asisten itu berkata, "Direktur, materi naskah milik Seo Jun sudah disiapkan, hanya tinggal di konfirmasi oleh anda".
"Aku mengerti, aku akan segera ke sana." ujar Jung In.
"Kita akan bertemu lagi." ujar Jung In pada Mu Gyul.
"Aku akan kembali, tunggu sebentar di sini." ucap Seo Jun pada Mu Gyul.



Kemudian Mu Gyul mendapat sms dari mae Ri, isi smsnya :
"Aku ingin berbicara sebentar denganmu."




Mu Gyul dan Mae Ri berbicara di tempat sepi.
"Yah, kenapa kau melakukan hal ini tanpa membicarakannya terlebih dahulu padaku?" tanya Mae Ri.
"Yah, kau tidak menjawab teleponmu. Ah dan juga.. maafkan tentang kelakuan ibuku." ujar Mu Gyul.
"Seperti yang kau mengerti, itu tidak masalah. Disamping itu, ayahku juga sudah membuatmu susah, jadi kita seimbang." jawab Mae Ri. "Tapi, kau tidak harus menerima kontrak ini."
"Ini tidak ada kaitannya denganmu. Semua ini adalah urusanku, jadi biarkan aku sendiri yang memutuskan." jawab Mu Gyul dengan jutek.
"Aku benar-benar akan gila. Jika kau menandatangani kontrak, perusahaan ini hanya akan menjadi sesuatu yang menakutkan untukku." keluh Mae Ri.
"Aku tidak peduli dengan hal itu." jawab Mu Gyul dengan mimik datar.




"Apa? Kau melakukan hal ini hanya untuk membuatku susah, kan?" tanya Mae Ri kesal.
"Yah, apa kau selalu menggunakan pakaian seperti ini di kantor?" Mu Gyul memperhatikan dandanan Mae Ri. "Itu tidak cocok denganmu."
"Apa maksudmu? Semua orang bilang aku sangat cantik menggunakan pakaian seperti ini." jawab Mae Ri.
"Aku pikir kau jadi seseorang yang berbeda dari sebelumnya, tapi aku rasa kau jadi tidak ada bedanya dengan wanita lainnya yang hanya memikirkan tentang merek." ejek Mu Gyul.
"Yah, aku bukan seperti itu. Apa aku memang benar-benar gila karena memutuskan untuk melakukan pernikahan palsu  denganmu. Aku juga harus menikah dengan anak pengusaha kaya dalam sekejap." jawab Mae Ri.
"Apa?"



Jung In mencari Mu Gyul.
"Kang Mu Gyul.. Jadi kau di sini." ucap Jung In.
"Direktur. Ada sesuatu hal yang harus aku bicarakan dengan suamiku. Aku takut, dia.." Mae Ri langsung memeluk lengan Mu Gyul.
"Aku tidak akan melakukannya." ucap Mu Gyul cepat.
"Kontrak seperti ini tidak akan diberikan oleh perusahaan lain selain perusahaan kami." kata Jung In memastikan kalau Mu Gyul mau menerima tawarannya.
"Aku tidak menyukai mereka, aku juga tidak suka untuk dipaksakan melakukan sesuatu. Di samping itu, aku juga tidak benar-benar berniat untuk drama yang penuh kebohongan ini." Mu Gyul kesal lalu pergi.
"Honey.. Kang Mu Gyul." Mae Ri mengejar Mu Gyul, ia berlari kecil.
"Terimkasih." ucap Mae Ri.
"Untuk? Aku tidak melakukan hal ini untukmu." jawab Mu Gyul.
"Tapi.. Aku merasa sedikit lega sekarang." jawab Mae Ri seraya tersenyum.


"Absolute Perfection" Seo Jun datang. "Apa kau akan pergi? Aku sudah selesai dengan direktur."
Karena takut ketahuan oleh Seo Jun maka Mae Ri berpura-pura tidak mengenal Mu Gyul, ia berkata pada Mu Gyul dengan sopan, "Elevatornya sebelah sini."
"Kau bekerja sangan keras. Kau bisa meninggalkan kami berdua, karena kami akan pergi." ujar Seo Jun.
"Ah, tentu saja." jawab Mae Ri. "Selamat tinggal."
"Ayo, kita bicarakan di jalan." Seo Jun mendekap erat lengan Mu Gyul, tapi Mu Gyul melepaskannya dan malah pergi.
"Tentu saja, aku tidak ingin membicarakan hal itu lagi." ujar Mu Gyul seraya berlalu.
"Hey, Kang Mu Gyul! Aku yakin semua ini akan sukses.Kau benar-benar tidak ingin menandatangani surat kontrak ini? Kenapa kau seperti ini?" tanya Seo Jun.
Mu Gyul tidak menanggapi pertanyaa Seo Jun, ia malah pergi meninggalkan seo jun.




Manager Lee An dan Asisten Jung In berjalan beriiringan, mereka melihat Mu Gyul.
"Oh, dia itu seorang produser musik yang datang untuk menandatangani kontrak. Kau tau dia?" tanya asisten Jung In.
"Tidak, aku tidak tahu." Manager Lee An berpura-pura tidak tahu padahal dulu ia adalah mantan manager Mu Gyul.
"Tapi... ..produser direktur maksudmu?" tanya Manager Lee An lagi.



Jung In dan Manger Lee An membicarakan kontrak mereka.
"Drama ini kesulitan untuk menayangkan beberapa episode, dan kami juga tidak bisa bekerja dengan agenda lain bulan ini. Kami harus kehilangan sebanyak 10.000.000 won untuk CF dan beberapa hal lainnya. Jadi, kami rasa kau bisa mengisi tempat yang kosong dalam projek ini." ujar Asisten Lee An. Oh, by the way, Direktur, kau ingat produser musik yang datang padamu beberapa saat yang lalu?"
"Maksudmu Kang Mu Gyul?" tanya Jung In.
"Hati-hati dengannya. Dia mungkin bertingkah polos dan dia terlihat hanya peduli dengan musik, tapi semua itu hanya tipuan saja." ucap Asisten Lee An.
"Apa maksudmu?"
"Kang Mu Gyul di bawah kontrak denganku. Jadi, jika kau menginginkannya bergabung dengan kita, kau juga harus menandatangi kontrak denganku." ujar Asisten Lee An.






Asisten Lee An datang menemui Mu Gyul, ia membujuk Mu Gyul dengan cara mengancamnya.
"Apa yang kau bicarakan, aku sudah membayar semua hutang." ucap Mu Gyul.
"Apa? Aku tidak ingat. Apa kau punya bukti?" tanya Asisten Lee An dengan sinis.
"Kau tidak puas dengan meletakkanku pada kontrak yang tidak jelas, sekarang kau ingin memerasku juga? Kenapa kau tidak langsung saja mengajukan gugatan untuk pemutusan kontrak itu?" ujar Mu Gyul dengan kesal.
"Kau mungkin tidak akan dapat melakukan apapun untuk tiga tahun mendatang, kecuali aku yang akan menyerah.
Kenapa aku terburu-buru?
Kenapa kau tidak segera menandatangani kontrak? Apa kau mencoba mengibarkan bendera perang denganku?



Di mobil Mae Ri dan Jung in berbicara mengenai Mu Gyul.
"Kenapa kau mencoba mengganggu semua hal? Kenapa tiba-tiba kau ingin sekali Mu Gyul menandatangani kontrak denganmu? Apa yang akan kau katakan pada para staff saat mereka tahu hubungan antara kita?" tanya Mae Ri.
"Jangan khawatirkan itu, karena Mu Gyul akan bekerja di studio, jadi kalian tidak bisa bertemu masing-masing. Selain itu, ini juga merupakan kesempatan yang sangat bagus untuknya, kau harus membantuku untuk membujuknya." jawab Jung In.




"Ah, beberapa hari ini sepertinya hubungan kau dan Mu Gyul terlihat renggang. Mu Gyul terlihat seperti dia tidak pernah tahu kalau bekerja di perusahaan. Tidakkan kalian membicarakan tentang masalah kalian?" ucap Jung In.
"Maaf? Kami.. ya, lebih tepatnya ia bilang kalau dia tidak akan menandatangani kontrak." jawab Mae Ri mencoba menutupi kegugupannya, ia takut semua kebohongannya terbongkar.
"oh, aku mengerti. Sepertinya ada rasa canggung yang berlebihan di antara kalian berdua." ucap Jung In.
"Apa kau selalu mencurigai hubunganku dengan Mu Gyul? Tentang pernikahan kami!" ujar Mae Ri.
"Mencurigai." ulang Jung In.
"Karena saat itu kau ada di depan kami, jadi kami merasa canggung." ucap Mae Ri.
"Ah, tentu saja.. dengan Kang Mu Gyul."







Mae Ri berlari ke arah Mu Gyul yang tengah menunduk.
"Honey.. Honey.. Honey.." panggil Mae Ri seraya berlari kecil menghampiri Mu Gyul.
"Aku sedang tidak mood sekarang. Tinggalkan aku." ucap Mu Gyul dengan nada jutek.
"Kau tidak boleh bersikap seperti ini sekarang, ini darurat." jawab mae Ri panik.
"Apa lagi sekarang?" tanya Mu Gyul.
"Orang itu mulai mencurigai kita. Dia mengatakan kalau kita terlihat sangat canggung satu sama lain. Untuk itu, aku sangat memerlukan bantuanmu, berpura-puralah untuk menyukaiku, huh?" ucap Mae Ri.
Setelah Mae Ri berkata seperti itu, Jung In masuk ke dalam tempat tinggal Mu Gyul. "Kang Mu Gyul!" panggil Jung In. Mmm.. Sedikit ganjil, kenapa Jung In engga mencuri dengan pembicaraan Mae Ri sama Mu Gyul?







Melihat Jung In datang, Mu Gyul dan Mae Ri berdiri, Mae Ri mencoba menutupi kecanggungannya terhadap Mu Gyul, Mae Ri mendekap erat lengan Mu Gyul.
"Kau bilang kau akan melakukan hal yang terbaik dan untuk itu aku perlu khawatir sekarang?" ucap Mu Gyul, kemudiaaaaaan.... Mu Gyul mencium Mae Ri di depan Jung In.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar