Kamis, 30 Desember 2010

SINOPSIS MARRY STAYED ALL NIGHT EPISODE 11



Mu Gyul dan Jung In sedang berada di ronde lain, mereka memperebutkan Mae Ri. Mu Gyul menawarkan untuk benar-benar melakukan kehidupan pernikahan, itu artinya antara Mu Gyul dan Jung In akan dibuat suatu kesepakatan.
"Berhenti bermain-main, ayo kita lakukan hal yang sebenarnya." Mu Gyul melanjutkan perkataannya.
"Apa maksudmu?" tanya Jung In.
"Melakukan kehidupan pernikahan yang sebenarnya." jawab Mu Gyul pasti.



Mae Ri terkejut dengan pernyataan itu..
Mu Gyul menatap menantang ke arah Jung In dan sebaliknya, Jung In membalas tantangan itu.
"Hentikan semua permainan kekanak-kanakan ini, waktu kita sudah habi untuk bermain-main." ucap Mu Gyul. "Aku yakin, apapun mimpi yang didambakan, semuanya akan terbuang begitu saja, dengan hidup bersama, semua akan tahu siapa yang benar-benar memiliki kejujuran."
Jung In diam, Mu Gyul mengira Jung In takut melakukan hal itu. "Apa? Apa kau takut?"
"Baiklah.." jawab Jung In dengan pasti. "Hidup bersama akan memudahkan Wi Mae Ri untuk mengetahui siapa yang lebih baik untuknya."



"Sebenarnya apa yang kalian bicarakan?" tanya Mae Ri yang sedari tadi diam. Mae Ri merasa keberadaannya di tempat itu seperti diabaikan. Tidak ada satupun dari Mu Gyul dan Jung In yang menanyakan tentang pendapatnya tentang kesepakatan itu.
"Aku akan pastikan kalau kita akan mendapat persetujuan dari ayah Mae Ri. Aku akan memintanya untuk membiarkan Mae Ri tinggal di rumahku untuk beberapa waktu, alasannya adalah agar Wi Mae Ri bisa mempersiapkan dengan baik dirinya untuk menjadi seorang istri. Jika semuanya tidak berjalan dengan baik, aku yang akan menanggung resikonya. Aku yang akan bertanggung jawab." ujar Jung In.
"Kenapa kau yang harus melakukan hal itu? Akulah yang mengajukan ide ini." Mu Gyul tidak mau kalah.




"Ada apa denga kalian?!" Mae Ri kesal, dirinya benar-benar dianggap tidak ada. "Apa kalian tidak mendengar apa yang aku katakan?!"




Setelah melakukan kesepakatan, Mae Ri dan Mu Gyul pulang bersama. Mu Gyul berjalan cepat di depan Mae Ri, Mae Ri mengejarnya.
"Kang Mu Gyul, kita harus bicara." panggil Mae Ri.
"Apa lagi yang harus dibicarakan?" tanya Mu Gyul, Mu Gyul kesal dengan kesepakatan yang dibuatnya sendiri. Dia harus merelakan Mae Ri untuk tinggal di rumah Jung In.
"Kenapa kau tiba-tiba mengatakan ide menggelikan itu?" tanya Mae Ri.
Mu Gyul menjawab "Aku melakukan hal itu karena aku benar-benar ingin mengakhiri semuanya kekacauan ini, mengakhiri kontrak dan semua yang berkaitan dengan hubunganmu dengannya, sebelum semuanya berjalan bertambah buruk. Kenapa?"



"Tapi... Apa kau menyukai aku tinggal di rumahnya??" tanya Mae rI.
"Aku sangat tidak suka melihatmu selalu bersama dengannya." jawab Mu Gyul.
"Lalu kenapa kau menyepakati hal itu?" tanya Mae Ri.
"Karena aku tidak ingin semua peristiwa itu terulang lagi. Aku tidak pernah mengharapkan kalau si bodoh itu akan menyetujui ideku." jawab Mu Gyul kesal.
Mereka sama-sama kesal.



"Lalu bagaimana bisa kau mengatakan ide itu dengan mudahnya? Apa aku ini seperti bola yang bisa kalian giring kemana saja?" Mae Ri meninggikan suaranya.
"Aku tidak seperti itu, aku hanya ingin kebebasan tanpa adanya orang yang mengganggu saat aku menghabiskan waktu bersama denganmu. Sekarang kau senang dengan alasan itu?" jawab Mu Gyul, ia langsung pergi meninggalkan Mae Ri.
Mae Ri terdiam mendengar alasan Mu Gyul. Mae Ri langsung berlari mengejar Mu Gyul saat ia menyadari kalau Mu Gyul ternyata ingin selalu bersama dengannya. Mae Ri mengejar Mu Gyul. "Tapi.. Kau seharusnya mengatakan hal itu dulu kepadaku." Mae Ri mendekap lengan Mu Gyul.


Di tempat lain, Ayah Mae Ri dan Ayah Jung In juga sedang membicarakan tentang hubungan Mae Ri dan Mu Gyul yang semakin tidak bisa dipisahkan. Mereka mencari ide bagaimana caranya agar Mae Ri tidak bisa lagi berhubungan dengan Mu Gyul. Ayah Mae Ri pun mencetuskan ide  yang sama dengan Mu Gyul. Ayah Mae Ri mengatakan idenya, agar Jung In dan Mae Ri tinggal bersama. Ayah Mae Ri berpikir saat Jung In dan Mae Ri tinggal bersama, hal itu akan membuat Mu Gyul putus asa. Ayah Jung In langsung menyetujui hal itu, Ayah Jung In mengatakan kalau hal itu akan berfek sangat baik bagi Mae RI, karena Mae RI bisa mempersiapkan dirinya dengan baik secepat mungkin sebelum ia menjadi seorang istri.


Mae Ri masuk ke dalam rumah, ia mengucapkan salam dengan malas, "Aku pulang.." Saat memasuki rumahnya, Mae Ri terkejut melihat Ayahnya yang sudah menunggunya. Ayah Mae Ri berdiri di depan pintu dengan beberapa koper besar di dekatnya.
"Apa kau akan pergi ke suatu tempat, ayah?" tanya Mae Ri yang sama sekali tidak mengetahui alasan ayahnya menyiapkan koper besar itu. "Apa ini?"
"Kemana aku akan pergi? Bukan aku yang akan pergi, tapi kau." jawab Ayah Mae Ri.



"Aku? Kemana?" tanya Mae Ri dengan cemas.
"Kau akan tinggal bersama Jung In di rumahnya dari sekarang."
"Apa maksudmu?"
"Aku tidak ingin tidur dengan ketakutan kalau kau akan kabur diam-diam dengan pria bodoh itu. Jadi lebih baik kau pergi sekarang kalau kau ingin melihat ayahmu hidup tenang."
"Kenapa juga aku harus pergi ke sana. Pria yang aku cintai itu MU Gyul."
"Lalu apa? Apa kau berharap dapat tinggal bersama Mu Gyul? Lakukanlah kalau kau ingin melihat Ayahmu mati."
"Ayah."
"Dengar, semuanya sudah sesuai. Cepat-cepat.."  Ayah Mae Ri menarik-narik tangan Mae Ri.
Mae Ri berontak.. "Kenapa kau tiba-tiba ingin aku pergi? Apa kau ingin anak perempuanmu ini melakukan hal yang nekat lagi? Paling tidak, berikan aku waktu untuk berpikir. "Paling tidak, berikan aku waktu satu hari, untuk mempersiapkan semuanya."
"Yah, memberikanmu waktu untuk berpikir, sama saja memberikanmu kesempatan untuk mencari rencana lain?"
"Baiklah. Tapi, hanya satu hari untuk berpikir." jawab Ayah Mae Ri.



Jung In sampai di rumahnya setelah pulang kerja, ia mendapat telepon dari ayahnya.
"Ya, ayah. Aku berusaha untuk menemui Ayah Mae Ri sekarang. Ya, aku akan menghubungimu lagi nanti. "



Mae Ri diam-diam menelpon Mu Gyul, ia ingin membicarakan tentang masalah yang ditimbulkan Ayahnya.
"Mu Gyul-ah. Sesuatu yang buruk terjadi sekarang." ucap Mae Ri.
"Jam berapa sekarang?" jawab Mu Gyul.
"Ayahku bilang, kalau aku harus segera tinggal di rumah Direktur Jung In mulai dari besok."
Mu Gyul terkejut mendengarnya, "apa?!"
"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" ucap Mae Ri panik. "Ayah sangat panik, kalau mungkin kita akan kabur lagi. Itulah kenapa Ayahku melakukan hal ini."
"Sebenarnya ada apa dengan ayahmu? Dia mengirim anak perempuannya untuk tinggal bersama pria yang tidak ia sukai, hanya untuk membuat perasaan dirinya sendiri tenang."
"Itulah kenapa, aku berpikir, mungkin lebih baik kalau kita melakukan seperti apa yang sarangkan." ucap Mae Ri.



"Apa?"
"Aku akan menceritakan semuanya nanti." jawab Mae Ri.
"Apa itu artinya kau akan segera tinggal bersama pria bodoh itu di rumahnya?" tanya Mu Gyul yang mulai khawatir.
"Kau hanya perlu menungguku, selama aku melakukan hal semuanya. Okay?" ujar Mae Ri.


Jung In datang ke tempat Mae Ri, ia membawakan beberapa barang dan buah-buahan untuk Ayah Mae Ri. Jung In dan Mae Ri saling berlutut pada Ayah Mae Ri. Kebiasaan yang biasa dilakukan orang Korea saat mereka ingin meminta izin untuk melakukan sesuatu.


"Aku dan Mae Ri akan tinggal di ruangan yang berpisah sampai pernikahan nanti. Dan aku akan memastikan, Mae Ri merasa nyaman selama tinggal bersamaku. Ahh.. Dan juga, Mae Ri bebas untuk menemuimu saat dia merindukanmu.." ujar Jung In.
Ayah Mae Ri berkata ramah, "Tidak, tidak sama sekali. Kalian berdua pasti akan sangat sibuk. Aku yang akan pergi untuk menemui kalian di rumahmu. Menantuku, aku sangat berterimakasih padamu, akhirnya aku merasa tenang sekarang."
"Suatu kehormatan bagiku untuk melakukan hal itu. Aku akan melakukan yang terbaik mulai dari sekarang." ucap Jung In. Jung In pamit untuk segera pergi ke tempat kerjanya. Ayah Mae Ri mempersilakannya untuk pergi.



Mae Ri mengantarkan Jung In sampai di depan rumahnya.
"Direktur, ada hal yang ingin aku tanyakan padamu." ucap Mae Ri.
"Katakan saja." jawab Jung In.
"Aku sangat penasaran, kenapa kau setuju dengan apa yang diminta oleh Mu Gyul?" tanya Mae Ri.



"Aku sangat mengetahui bagaimana perasaanmu pada Mu Gyul. Tapi karena kau sudah memutuskan untuk membantuku dalam situasi ini, maka kalau ada sesuatu hal yang dapat aku lakukan untukmu, aku pasti akan melakukannya."
"Tapi, biarkan semuanya berjalan sebagai suatu percobaan. Tapi, ada hal yang ingin aku katakan untuk membuat masalahnya jelas, aku hanya melakukan ini dengan membantumu hanya demi kesetiaan. Tapi, perasaanku pada Mu Gyul tidak pernah akan berubah." jawab Mae Ri.



"Aku mengerti." Jung In mengangguk. "Ah, agar Ayahmu tidak mengetahui hal yang sebenarnya. Lebih baik bagimu untuk tinggal di tempatku sementara waktu. Dan setelah itu, kau bisa pergi ke tempat Mu Gyul. Kau bisa kembali ke rumah sekarang." Whoaa.. Bijak sekali Jung In.
Mae Ri mengangguk.


Di tempat tinggalnya Mu Gyul panik sendiri, ia berpikiran yang tidak-tidak perihal Mae Ri yang akan tinggal di rumah Jung In. Mu Gyul mondar-mandir tidak karuan. Mu Gyul memutuskan untuk menghubungi Mae Ri.


"Oh Mu Gyul-ah.. Ada apa?" tanya Mae Ri. "Hmm.. Aku akan segera mengepak barang-barang dan segera pindah besok."
"Pria adalah orang terakhir yang harus kau percayai di dunia ini, kau tahu?" Kepanikan Mu Gyul mengharuskan dirinya untuk meyakinkan Mae Ri untuk selalu waspada dari hal-hal yang akan dilakukan Jung In.
"Bukankah kau juga pria?" Mae Ri tersenyum, ia menyadari kepanikan Mu Gyul.
"Aku berbeda, bagaimana bisa kau membandingkanku?" ucap Mu Gyul.


Mae Ri tergelak, "Aku tahu, aku akan lebih berhati-hati."
"Pastikan kau mengunci pintu kamar mandi sebelum kau mandi, check kunci pintu, apakah pintu sudah benar-benar terkunci atau belum. Jangan lupa untuk mengunci pintu kamarmu sebelum kau tidur dan jangan menggunakan pakaian mini saat di sana. Setelah makan malam, langsung pergilah ke kamarmu dan jangan keluar lagi. Dan jangan lupa untuk menelponku." ujar Mu Gyul. Oalaaa.. Khawatirkah sekali dirimu Mu Gyul oppa?




"Apa kau khawatir?" tanya Mae Ri seraya tersenyum mendengar penjelasan Mu Gyul yang panjang lebar.
Mu Gyul menghela nafas, "Apa yang kau lakukan saat ini, Kang Mu Gyul.." ucapnya pada dirinya sendiri.
"Apa maksudmu? Kau melakukan seperti itu karena kau benar-benar menyukaiku." jawab Mae Ri.
"Jangan lupa untuk memberikan laporan padaku setiap malam." ujar Mu Gyul.
"Kau harus menahan rasa rindumu padaku." kata Mae Ri.



Pagi harinya, Mae Ri segera membereskan barang-barang. Ia memasukkan banyak barang ke dalam koper besarnya. Ayah Mae Ri masuk ke dalam kamar untuk menemui Mae Ri. Ayahnya terkejut melihat Mae Ri yang membawa banyak barang. Sedikit aneh bagi ayahnya, karena saat di rumah Jung In nanti semua fasilitas sudah terpenuhi.

Ayahnya tidak tahu, kalau Mae Ri membawa banyak barang untuk persiapan tinggal di rumah Mu Gyul. Mae Ri tidak akan benar-benar tinggal di rumah Jung In, mungkin hanya beberapa hari dan setelah itu ia akan tinggal bersama Mu GYul.




Mae Ri berkilah, ia mengatakan semua barang-barang yang ia bawa akan membuatnya merasa betah saat tinggal di rumah Jung In. Ayahnya percaya saja dengan ucapan Mae Ri.



Bagaimanapun keinginan Ayah Mae Ri agar Mae Ri segera pindah ke tempat Jung In, tapi tetap saja berat bagi Ayah Mae Ri untuk melepaskan Mae Ri pergi. Ayah Mae Ri sedih karena akhirnya tiba saatnya Mae Ri dipinang oleh orang lain dan meninggalkannya sendirian. Mae Ri menggenggam tangan Ayahnya untuk meredakan kesedihannya, Mae Ri menyarankan agar Ayahnya mencari wanita baik-baik yang dapat menjaganya, dan Mae Ri pun melarang Ayahnya untuk bertemu dengan wanita yang aneh. Sebaliknya, Ayah Mae Ri melarang Mae Ri untuk bertemu dengan Mu Gyul.

Sebelum berangkat meninggalkan Ayahnya, Mae Ri melakukan salam penghormatan. Mae Ri berkata bahwa ia sudah menyiapkan banyak makanan di kulkas untuk persediaan makan ayahnya selama seminggu dan ia juga menyuruh Ayahnya untuk menjaga diri selama ia pergi. Ayah Mae Ri mengangguk sedih, sebenarnya ia tidak tega membiarkan Mae Ri pergi.

Di tempat tinggal Jung In, Jung In mendapat panggilan dari asistennya. Jung In mengatakan kalau Kang Mu Gyul akan tetap menjadi produser musik untuk drama yang ia kelola. Jung In juga mengatakan pada asistennya via telepon kalau produksi dramanya harus berjalan dengan cepat, ia juga tidak lupa menanyakan tentang keberadaan Seo Jun yang sampai saat ini belum diketahui dimana Seo Jun berada.




Mae Ri sampai di rumah Jung In, asisten rumah tangga di rumah Jung In langsung menyambutnya dan orang suruhan Jung In membawa masuk koper Mae Ri. Asisten itu menyuruh untuk membawa koper Mae Ri ke ruangan Mae Ri.
Mae Ri bertemu dengan Jung In, mereka saling memberikan salam.
"Selamat datang." ucap Jung in.
Mae Ri mengangguk sopan, "Hello, direktur."
Terlihat rasa bahagia di wajah Jung In, "Selamat, akhirnya kita menjadi satu keluarga."
Mae Ri terdiam..



Jung In menunjukkan kamar Mae Ri, Mae Ri melihat kagum kamarnya sendiri.
"Aku rasa ini ruang membaca itu bukan?" tanya Mae Ri senang.
"Kau bisa lansung membereskan barang-barangmu dan istirahat sebentar." ucap Jung In. "Kita akan makan malam bersama ayahku malam ini."
Mae RI mengangguk mengerti, "Baiklah."
Jung In pergi meninggalkan Mae Ri agar Mae Ri bisa merapikan barang-barang bawaannya dan beristirahat.



Mae Ri mengambil satu buku dari banyak buku yang berjajar di depannya, Ia membuka buku itu dan tanpa sengaja ia menemukan note yang ditulis oleh Jung In. Note yang berisi komentar Jung In tentang buku itu sengaja di buat Jung In agar Mae Ri mengerti posisinya dan bagaimana seharusnya ia bertindak.
Mae Ri membaca isi note itu.
"Seperti ini dua orang yang saling mengasihi, Kelvin dan Gemma. Mereka melengkapi hidupnya dengan hal-hal yang menyenangkan. Aku telah belajar arti kebahagiaan yang sebenarnya dari buku ini. Dan aku berharap bahwa kau dapat melakukan hal yang sama seperti Gemma."



Setelah membaca note itu, Mae Ri terdiam dan berpikir. Ia lalu mengambil buku serial yang lain dari kelanjutan buku Kelvin dan Gemma yang baru saja ia buka. Dan ia kembali menemukan catatan kecil Jung In mengenai buku itu.
"Setelah gagal memutuskan jalan mana yang seharusnya ia ambil dalam garis yang telah ditetapkan untuknya. Pemeran utama meninggalkan segalanya tanpa memilih jalan itu, ia malah membuat jalan baru dengan keputusan yang baru pula. Dan, pemeran utama dalam buku ini juga membiarkan para pembaca untuk berimajinasi tentang jalan manakah yang akan dipilih olehnya. Jalan yang mana yang akan kau pilih?"
Note itu cukup membuat Mae Ri terkesan, ia tersenyum tipis setelah membacanya.



Sedangkan Mu Gyul, ia benar-benar panik dan tidak bisa berhenti memikirkan apa yang akan terjadi antara Jung In dan Mae Ri. Mu Gyul salah tingkah sendiri, awalnya ia ingin mengirimkan sms untuk Mae Ri, tapi kemudian ia menghapusnya lagi. Hahaa..
Mu Gyul mengetik smsnya, seraya mengeja setiap katanya. "Yah, Wi Mae Ri! Apa saja yang sudah kau lakukan, kenapa kau tidak mengirimiku sms selama seharian ini?"
Mu Gyul berkata pada dirinya sendiri, "Ahh.. Bukankah aku sangat bodoh.."
Dan akhirnya ia mengetik ulang smsnya, dan kembali mengeja kata demi kata dari tulisan smsnya "Apakah kau senang tinggal di tempat pria itu?"
Mu Gyul kesal dengan dirinya sendiri, "Kang Mu Gyul, apa yang membuatmu seperti ini?!"
Mu Gyul terus memperhatikan handphonenya, berharap Mae Ri segera menghubunginya.



Mae Ri, Jung In dan ayahnya makan malam bersama. Mereka sudah benar-benar seperti satu keluarga.
Ayah Jung In memperhatikan Mae Ri dan ia memanggil Mae Ri, "Anakku?"
"Ya?" jawab Mae Ri agak terkejut di panggil seperti itu.
Ayah Jung in tertawa senang, ia sangat senang akhirnya ia bisa selalu bertemu dengan Mae Ri. "Aku hanya ingin tahu, seperti apa rasanya memanggilmu seperti itu. Aku sangat senang, akhirnya kau datang ke kehidupan kami di rumah ini."
"Aku pun sangat senang melihat kau sudah kembali sehat, Ahjussi."
Jung In berkata, "Berterimakasih padamu, karena sudah membuat ayahku kembali pulih dengan cepat. Terimakasih."
Mae Ri tersenyum tipis mendengarnya.


"Memang, hal ini sudah sangat lama untukmu. Itulah kenapa, aku akan memberikanmu sebuah hadiah. Ini.." Ayah Mae Ri memberikan kotak kecil mewah pada Mae Ri. Sudah bisa ditebak apa isinya? Cincin. Cincin berlian mahal yang membuat Mae Ri enggan untuk menerimanya.


"Tapi inii.." ucap Mae Ri.
Ayah Jung In mengangguk."Aku ingin sekali kau memakainya."
"Tapi, ini sangat mahal." jawab Mae Ri.
Ayah Jung In tidak mendengarkan perkataan Mae RI ia malah menyuruh Jung In untuk memasangkan cincin itu, "Jangan diam saja. Cepat pasangkan cincin itu di jarinya."



Tanpa banyak berkata, Jung In lalu memasangkan di jari manis Mae Ri.
"Ini benar-benar sangat pas." ucap Jung In pada Ayahnya.
"Meskipun, upacara pertunangan kalian di batalkan, tapi aku mohon pakailah cincin ini sebagai simbol komitmenmu." jawab Ayah Jung In pada Mae Ri.
Mae Ri dan Jung In saling memandang, mereka sama-sama bingung harus berkata apa pada Ayahnya.




Setelah makan malam, Mae Ri dan Jung In kembali ke tempat tinggal Jung In. Mae Ri berkata, "Aku.. tidak bisa menerima ini." Mae Ri membuka cincin itu dan menyerahkannya pada Jung In.
Jung in menolak untuk menerima kembali cincin itu, "Aku mohon terima saja. "
"Bagaimana bisa aku menerimanya?" ujar Mae Ri.
"Situasi akan bertambah canggung mulai dari sekarang, dan aku akan berusaha untuk membuatmu nyaman. Tapi bagaimana pun juga, aku yakin kau akan menerima banyak kejutan selain ini, bukan kah begitu? Sejak kau memutuskan untuk pindah ke rumah ini, dan mengenai hal itu, posisi kita saat ini adalah seperti suami istri di mata orang lain terutama di mata ayahku. Jadi, cincin ini adalah hal yang sangat normal." ujar Jung In meyakinkan Mae Ri kalau cincin itu tidak akan berarti apa-apa terhadap hubungan Jung In dan dirinya.



"Tapi.. Bagaimanapun juga..." ucapan Mae Ri diputus oleh Jung In.
"Ayahku hanya mencoba untuk menunjukkan seberapa besar kasih sayangnya padamu. Aku mohon buatlah ia senang dengan menerima cincin ini. Kau dapat melakukannya kan?" ujar Jung In. Jung In mencoba untuk memasangkan kembali cincin itu di jari manis Mae Ri, tapi kemudian ia mengurungkan niatnya. "Pikirkan saja, ini hanya sebuah pemberian dari ayahku dan kau harus menjaganya." Jung In menaruh cincin itu di genggaman tangan Mae Ri, lalu ia pergi dan menuju ke kamarnya.




Teman-teman Mu Gyul dan Mae Ri sedang minum-minum disebuah kedai minuman. Mereka bersulang untuk memperingati malam pertama Mae Ri di rumah Jung In. Mu Gyul datang untuk bergabung. Tentu saja, kedatangan Mu Gyul membuat mereka saling berimajinasi apa yang akan dilakukan Jung In pada Mae Ri. Mereka pikir, Mae Ri dan Jung In akan benar-benar menghabiskan malam mereka bersama. Masing-masing dari mereka memperkirakan hal romantis apa saja yang akan dilakukan Jung In pada Mae Ri. Mu Gyul benar-benar terpengaruh oleh kata-kata temannya. Mu Gyul meninggalkan tempat itu dengan perasaan kesal.





Sampai di rumah, Mu Gyul benar-benar kesal. Ia benar-benar sudah terpengaruh dengan perkataan teman-temannya itu. Mu Gyul merebahkan diri di atas kasur, ia memejamkan mata dan pikirannya pergi jauh membayangkan Jung in dan Mae Ri yang saling bersama. Di bayangan Mu Gyul, Mae Ri dan Jung In melakukan candle light dinner yang ditempat yang sangat romantis. Perlahan tapi pasti Mu Gyul membayangkan Jung In mendekati Mae Ri, dan Mae Ri menatap tajam ke arah Jung In. Mu Gyul segera bangun dengan nafas yang terengah-engah, ia benar-benar cemas kalau banyangannya itu akan menjadi kenyataan.




Dan seketika itu juga, Mu Gyul mendapat telepon dari Mae Ri. Segera Mu Gyul mengangkatnya dan berkata serius dengan kepanikan di ujung tanduk.. hhahaha..
"Apa yang kau lakukan sekarang?" tanya Mu Gyul serius.
"Ada sesuatu hal yang perlu aku lakukan." ucap Mae Ri mencoba memubat Mu Gyul merasa cemburu.
"Apa? Apa yang sebenarnya perlu kau kerjakan?" tanya Mu Gyul yang semakin panik dan salah tingkah.
"Sebuah rahasia." jawab Mae Ri seraya tersenyum senang.



"Rahasia? Yah, apa kau masih memiliki rahasia lain yang tidak kau ceritakan padaku?" tanya Mu Gyul.
Mae Ri mengangguk, "ya."
"Dimana kau sekarang?"
"Dimana lagi aku sekarang?.. Aku sedang berada di kamarku. Direktur Jung In sudah membuat sebuah perpustakan untukku dan sekarang perpustakaan ini dirubah menjadi sebuah kamar."
"Dan apa kau sangat menyukainya?"
"Yaah.. Ini lebih baik dari apa yang aku bayangkan."
"Baiklah.. Kalau kau benar-benar menyukai tempat itu, tinggallah di sana, dan jangan pernah datang ke sini untuk menggangguku lagi besok. Tinggal saja di sana selamanya!!" Mu Gyul kesal, ia langsung mematikan handphonenya.



Mae Ri tersenyum senang mengetahui reaksi Mu Gyul seperti itu. "Tunggu saja." ucap Mae Ri. Sebuah rahasia yang dikatakan Mae Ri tadi itu bukan tentang hal-hal yang sudah dibayangkan oleh Mu Gyul. Tapi rahasia itu hanya berupa rajutan. Iya, rajutan yang dipersiapkan Mae Ri khusus untuk Mu Gyul. Rajutan yang dikerjakan Mae Ri sampai larut malam, rajutan yang dibuatnya dalam keadaan sedih juga dalam keadaan senang.




Mu Gyul khawatir, "Ah,,, benar.. Apa dia akan benar-benar tinggal di rumah pria itu?!"

Di kamarnya, Mae Ri tetap merajut sampai larut malam, ia mengabaikan rasa kantuknya hanya agar rajutannya untuk Mu Gyul cepat selesai.

Pagi harinya, Rajutan itu terselesaikan, "Whoaa.. Akhirnya selesai juga." Mae Ri meregangkan badannya. Ia segera pergi keluar kamar.


Mae Ri melihat Jung In yang sedang menyiapkan sarapan pagi. Jung In menyiapkan sarapan itu dan mencoba membuatnya senyaman mungkin untuk Mae Ri. Jung In memperkirakan, apa dan bagaimana seharusnya ia berkata pada Mae Ri. Jung in memperagakan apa yang akan ia katakan pada Mae Ri. Jung In berkata seolah-olah ada Mae Ri di sampingnya. "Silakan dinikmati." ujar Jung In pada kursi kosong yang ada di sampingnya.

Dari kejauhan, Mae Ri mehanan tawanya melihat tingkah Jung In seperti itu. Dan Mae Ri mengagetkan Jung in, "Direktur, apa yang sedang kau lakukan?" tanya Mae Ri seraya tertawa.


Jung In yang sedang minum jadi tersedak mendengar panggilan Mae Ri. Ia lalu berbalik dan melihat ke arah Mae Ri, "Selamat pagi." ucap Jung In  seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Mae Ri melambaikan tangannya dan berkata, "Selamat pagi."



Mae Ri duduk di sebelah Jung In. Jung In menyiapkan roti dan telur di piring Mae Ri.
Mae Ri tersenyum senang. "Whoa.. Sepertinya ini sangat lezat."
Jung In tersenyum mendengarnya. "Kau akan pergi ke tempat Mu Gyul, hari ini, benarkah?"
Mae Ri mengangguk, "Ya."
"Pergilah dan kembali dengan keadaan baik. Aku akan mengirimimu pesan kalau ada sesuatu yang terjadi." ujar Jung In. "Jadi, pastikan handphonenmu tetap active."
Mae Ri mengangguk.



Di ruang studio rekaman, Jung In tersenyum menantang ke arah Mu Gyul, Mu Gyul menatap kesal pada Jung In.
"Jadi, bagaimana perkembangan ost yang kau buat?" tanya Jung In.
"Aku baru saja menyelesaikan komponen musiknya. Dan aku juga sudah menyelesaikan liriknya. Yang nantinya, aku akan memberikan demonya padamu." jawab Mu Gyul.
"Baiklah, kita akan memulai rekamannya segera." jawab Jung In.

"Seo Jun hilang." ujar Jung In pada Mu Gyul.
"Seo Jun?" jawab Mu Gyul yang tidak terlalu mempedulikan hal itu.
"Dia menghilang setelah konfrensi press berakhir. Apa kau tahu dimana keberadaan Seo Jun sekarang? Kemana dia pergi?" tanya Jung In.
"Kenapa kau bertanya padaku? Ini tidak ada hubungannya denganku."
"Kau tidak menemuinya setelah skandal itu menyebar?" tanya Jung In.



Mu Gyul teringat kembali saat dirinya pergi ke rumah Seo Jun untuk mencari Mae Ri.
"Aku hanya ingin tahu, apa alasannya melakukan hal ini." ucap Jung In.
"Aku katakan padamu, untuk tidak lagi menanyakan hal itu padaku. Aku sudah sangat lelah karena semua itu." jawab Mu Gyul.


Mu Gyul menanyakan tentang Mae Ri, "Dan.. Ehmm.. Apa yang terjadi pada Mae Ri kemarin?" tanya Mu Gyul dengan canggung.
"Apa kau sangat penasaran dengan malam pertama kami?" Jung In mencoba membuat Mu Gyul cemburu.
"Tentu tidak." jawab Mu Gyul, mencoba menutupi kekhawatirannya pada Mae Ri.
"Bukankah lebih baik, kau menanyakannya langsung pada Wi Mae Ri." jawab Jung In seraya tersenyum lalu pergi.
Mu Gyul kesal dengan jawaban itu. Seolah-olah, Mu Gyul pikir memang terjadi sesuatu antara Mae Ri dan Jung In. Padahal tidak terjadi apa-apa.




Mu Gyul oppa terlalu lebay.. Hahaa.. Tapi, engga apa-apa.. Itukan tandanya cinta.
Di perjalanan pulang, Mu Gyul terus memikirkan tentang perkataan Jung In, "Apa? Penasaran dengan malam pertama mereka?" Mu Gyul berkata pada dirinya sendiri. "Malam pertama katanya? Apa benar dia harus mengungkapkan kata itu, "Malam pertama mereka"??"

"Wi Mae Ri.." ucap Mu Gyul kesal. Ia langsung mengambil handphonenya untuk menelpon Mae Ri, tapi kemudian tidak jadi. Mu Gyul berkata pada dirinya sendiri, "Kang Mu Gyul, jangan panik. Kau hanya perlu percaya pada Mae Ri." Mu Gyul memukul-mukul dadanya untuk menenangkan perasaan paniknya itu.


Mae Ri datang ke rumah Mu Gyul dengan membawa koper besarnya. Di rumah Mu Gyul ia bertemu dengan ibu Mu Gyul. Mae Ri mengucapkan salam pada Ibu Mu Gyul dan Ibu Mu Gyul menanyakan pada Mae Ri, kenapa ia membawa koper besar. Mae Ri berkata seraya tersenyum, kalau ia akan tinggal di rumah Mu Gyul 3 hari dalam seminggu. Ibu Mu Gyul tertawa senang mendengarnya. Akhirnya kedua anaknya itu dapat tinggal bersama.

Ibu Mu Gyul sedang mendapatkan masalah, karena dia selalu membuat masalah. Kali ini tentang tertundanya keberangkatan Ibu Mu Gyul ke Paris. Alasannya, Ibu Mu Gyul tidak bisa membayar sejumlah uang. Ibu Mu Gyul menangis, Mae Ri pun iba. Ia memberikan tisu pada Ibu Mu Gyul. Saat memberikan tissue, kotak cincin berlian Mae Ri terjatuh di dekat Ibu Mu Gyul. Ibu Mu Gyul mengambil kotak itu lalu membukanya. Ia terpukau melihat cincin berlian yang indah, lalu Ibu Mu Gyul memohon pada Mae Ri agar dirinya bisa meminjam cincin itu.

Mae Ri yang sedang sibuk mencari tempat untuk menaruh kado switternya untuk Mu Gyul, menyanggupi permintaan Ibu Mu Gyul. Mae Ri kira, Ibu Mu Gyul hanya meminjam sebentar saja. Tapi, ternyata Ibu Mu Gyul bilang kalau ia akan meminjam cincin itu sebagai jaminan dirinya untuk bisa pergi ke Paris. Ibu Mu Gyul memeluk Mae Ri dari belakang dan berkata kalau ia akan mengembalikan kembali cincin itu dalam bentuk uang setelah ia sampai di paris. Mae Ri yang menyadari hal itu langsung panik. Ia berusaha untuk mengejar Ibu Mu Gyul, tapi teleponnya malah berdering.
Sinopsis Marry Me, Mary! / Mary Stayed Out All Night episode 11 part 2
















Mae Ri mendapat telepon dari ayahnya. Ia menghentikan langkahnya untuk menjawab telepon.
"Oh, ayah." ucap Mae Ri.
"Oh Mae Ri-yah. Ini aku." jawab Ayah Mae Ri. "Aku akan membawa makanan han-yak untukmu dan Jung In. Dan aku juga akan ke tempat Jung In. Jadi, tetap di sana dan tunggu aku, okay?"
Mae Ri panik, ia sedang tidak berada di tempat Jung In tapi di tempat Mu Gyul, "Tidak usah ayah, tidak usah. Aku sudah memiliki cukup energy dan aku tidak membutuhkan han-yak."
"Aku hanya  membuat sedikit untukmu, tapi porsi yang banyak akan aku berikan pada menantuku."
Belum sempat Mae Ri menjawab, ayahnya memutus sambungan telepon itu.
"Oh, ayah.. ayah.. ayah.." ulang Mae Ri.





"Apa yang harus aku lakukan?!" Mae Ri panik, tapi tanpa pikir panjang ia langsung lari sekuat tenaga menuju rumah Jung In.
Mae Ri berlari, dan akhirnya ia sampai di rumah Jung In lebih dulu ketimbang ayahnya. Amanlah Mae Ri. haha



Ayah Mae Ri datang dengan menggunakan taksi, sesampainya ayah Mae Ri di depan rumah Jung In. Mae Ri langsung menyambutnya dengan nafas terengah-engah dan dengan senyum yang dipaksakan.
"Kenapa aku terengah-engah seperti itu?" tanya Ayah Mae Ri.
"Tidak.. Tidak ada apa-apa, ayah. Ayo masuk." Mae Ri mempersilakan ayahnya masuk.



Saat memasuki rumah Jung In ayah Mae Ri benar-benar terpesona dengan kemewahan yang ada, "Wow.. Anak perempuanku benar-benar menjadi seorang putri, huh? Dan akupun berharap kau akan mendapat banyak cinta dari menantuku, tapi, lihaaat.. Kau semakin cantik saja, Mae Ri."
Mae Ri langsung memegang pipinya. "Aku sudah bilang kan, kau akan hidup dengan baik, kalau kau bertemu dengan laki-laki yang baik juga."



Ayah Mae Ri duduk di sofa,
"Ayah, tidakkah kau akan pergi ke toko lagi? Kau benar-benar tidak terburu-buru pergi ke toko?" tanya Mae Ri, berharap ayahnya bisa segera pergi.
"Tidak, sama sekali." jawab Ayah Mae Ri. "Aku sangat ingin bertemu dengan menantuku sebelum aku pergi."
"Tapi, bagaimana dengan toko ayah?"
"Ada banyak karyawan di sana. Lagi pula aku juga harus bertemu dengan menantuku, untuk memintanya agar selalu menjagamu. Dan minum beberapa gelas arak dengannya, bukankah bagus?"
"Tentu saja." jawab Mae Ri dengan terpaksa.






Karena kedatangan Ayahnya, Mae Ri jadi tidak bisa menemui Mu Gyul. Ia langsung menghubungi Mu Gyul. Whoa.. Mu Gyul senang sekali, akhirnya Mae Ri menelponnya juga. "Aku sedang dalam perjalanan pulang. Tunggu sebentar, sebentar lagi aku akan sampai."
"Dengar, Mu Gyul-ah. Aku harus segera kembali ke rumah Direktur Jung In karena ayahku baru saja datang ke sini." ucap Mae Ri pelan. "Mungkin aku agak sedikit telat, maafkan aku."
Mu Gyul jelas kecewa, ia tidak bisa bertemu dengan Mae Ri. "Cepatlah datang dan kembali. Aku akan menunggumu."
Mae Ri mengangguk, "Aku akan segera datang ke sana apapun caranya. Jadi tunggu aku."





Mu Gyul sampai di tempat tinggalnya dan ia mendapati ibunya sedang membereskan koper.
"Ibu, kau mau kemana?" tanya Mu Gyul.
Ibu Mu Gyul menjawabnya dengan tertawa. "Ke Paris! Mu Gyul-ah. Tolong bantu aku menutup koper ini."
Mu Gyul segera menutup koper itu dengan masih bertanya, "Aku pikir kau tidak bisa pergi ke sana sampai kau bisa mengembalikan semua uang."
"Aku sudah melakukannya." jawab Ibu Mu Gyul seraya menggunakan jaket putihnya.


"Bagaimana bisa?" tanya Mu Gyul penasaran.
"Aku membawa cincin Merry Chirstmas ke pegadaian. Aha.. Cincin itu ternyata sangat mahal."
"Apa katamu?"
Ibu Mu Gyul berbohong, agar Mu Gyul tidak marah padanya. "Sebenarnya aku sudah katakan pada Mae Ri bahwa aku tidak bisa menerima cincin itu, tapi Mae Ri bersikeras memaksaku untuk mengambilnya. Jadi, mau bagaimana lagi. Akhirnya aku mengambil cincin itu. Kau tahu, aku tidak bisa menolak kebaikan seseorang."
Mu Gyul marah besar, ia berteriak pada Ibunya yang egois, "Apa yang kau lakukan!!"




"Sesampainya di Paris, aku akan mengirimkan uang dan mengembalikan semuanya hanya dalam waktu seminggu." Jawab Ibu Mu Gyul tanpa rasa bersalah.
"Kau memintaku untuk percaya hal itu?" Mu Gyul tidak mudah dibohongi, bagaimana bisa ibunya membayar kembali uang hasil penjualan cincin Mae Ri hanya dalam waktu seminggu.
"Tentu saja, jangan khawatir, Mu Gyul. Apa kau pikir aku akan melakukan hal jahat pada gadis yang kau cintai?"
"Pergilah.. pergi dan jangan pernah kembali." ucap Mu Gyul. Ia menahan air matanya. "Aku tidak bisa hidup seperti ini lagi. Mulai dari sekarang, aku bukan lagi anakmu."
"Bagaimana bisa kau mengatakan hal yang menyakitkan seperti itu?"
"Menyakitkan? Kau yang selalu berbuat seperti itu padaku. Apa kau tidak pernah berpikir, seberapa besar sikapmu yang membuatku hancur dan sakit, tidak kah kau memikirkannya?!! Kau selalu datang padaku, hanya disaat kau memerlukanku, dan kau akan membuangku saat aku membuatmu susah. Apa kau pernah berpikir, betapa menyakitkannya hal itu setiap kali kau melakukannya??!!" Mu Gyul yang malang.



"Jangan pernah muncul di hadapanku lagi." ucap Mu Gyul lalu ia pergi meninggalkan ibunya.
Ibu Mu Gyul hanya bisa menahan tangis dan buru-buru membereskan semua pakaiannya. Ia sama sekali tidak berpikir untuk meminta maaf atau mengembalikan semua uang untuk menebus cincin Mae Ri. Ibu Mu Gyul hanya memperdulikan dirinya sendiri, ia sama sekali tidak pernah memikirkan tentang kebahagiaan Mu Gyul.



Di rumah Jung In, Ayah Mae Ri menunggu Jung In seraya bernyanyi. Saat Jung In datang, Ayah Mae Ri langsung menyambutnya dengan hangat. "Oh! Menantuku."
"Ayah, kau datang." ucap Jung In seraya tersenyum.
"Yaahh!!  Kau memang selalu terlihat tampan setiap kali aku melihatmu."
Mae Ri menghampiri Ayahnya untuk menyambut Jung In, "Kau datang, Direktur."
Jung In mengerti, Mae Ri sedang gelisah karena ia tidak bisa ke tempat Mu Gyul karena kedatangan Ayahnya. "Aku mengerti. Aku akan berganti baju dan kembali ke sini."
Ayah Mae Ri mengangguk seraya tertawa, "Ya, silakan."




"Yah, apa yang kau lakukan. Bantu dia." suruh Ayah Mae Ri pada Mae Ri.
"Aku tahu." jawab Mae Ri. Ia lalu pergi ke kamar Jung In.



"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Jung In saat Mae Ri menghampirinya.
"Tiba-tiba ayahku ingin sekali membawakan Han-yak untuk kita. Jadi, aku harus segera kemari setelah pergi ke tempat Mu Gyul." jawab Mae Ri.
"Mu Gyul pasti sangat tidak senang dengan hal ini." ujar Jung In.
"Aku akan segera ke tempat Mu Gyul setelah Ayahku pergi." ucap Mae Ri.
"Dan, aku juga akan berusaha semampuku untuk membuatnya segera pulang." Jung In mencopot jasnya.
"Tidak, tidak perlu." jawab Mae Ri. "Lebih baik, Ayahku makan dulu sebelum dia pergi. Silakan dan berganti bajulah." Mae Ri mengangguk untuk pamit.



Di ruang tamu, Ayah Mae Ri dan Jung In minum bersama.
"Menantuku, tolong jaga Mae Ri ku dengan penuh cinta." ujar Ayah Mae Ri. "Hanya itu yang aku inginkan darimu."
"Jangan khawatir ayah. Mae Ri adalah gadis yang sangat mudah untuk dicintai." jawab Jung In. Jung In meminum-minumannya. "Biarkan aku tuangkan untukmu." Jung in menuangkan minuman ke gelas Ayah Mae Ri.
"Direktur, Kau tidak usah memaksakan diri." ucap Mae Ri.
"Tidak, tidak sama sekali." jawab Jung In seraya tersenyum.





"Yah, Mae Ri-yah. Apa yang kau lakukan? Kenapa kau masih memanggilnya dengan sebutan Direktur?" Ayah Mae Ri merasa risih mendengar Mae Ri yang masih menyebut Jung In dengan sebutan direktur. "Kau seharusnya memanggilnya dengan panggilan sayang, begitu juga kau menantuku, kau harus memanggil Mae Ri dengan panggilan sayang juga."
Jung In tersenyum mendengarnya, "Aku mengerti ayah."
"Ah.. Betapa pengertiannya kau.." Ayah Mae Ri mencubit gemas pipi Jung In. "Ah, cepatlah panggil dia dengan sebutan sayang."
"Ayah, kau minum terlalu banyak." ujar Mae Ri.
"Oh tentu tidak."
"Kau tidak boleh minum lagi."
"Hentikan, hentikan, cepat panggil dia dengan sebutan sayang."



Handphone Mae Ri berdering, Mu Gyul menelponya. Mae Ri menjauh dari ayahnya untuk mengangkat telepon itu. Mae Ri berbicara dengan berbisik, "Mu Gyul-ah.. Dimana? Didepan rumah Jung In, kau bilang? Tunggu sebentar." ucap Mae Ri panik, ia segera pergi mengendap-endap ke luar rumah untuk menemui Mu Gyul.

Jung In memperhatikan Mae Ri dari jauh, ia tahu kalau Mu Gyul baru saja menghubungi Mae Ri.



Mae Ri menggunakan sweaternya lalu pergi keluar menemui Mu Gyul.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Mae Ri.
"Wi Mae Ri, apa kau menganggapku bahwa sedang bermain-main?" Mu Gyul berbicara serius kali ini. "Apa seperti seorang pencuri bagimu, setelah kau tinggal dengan pria muda kaya di tempat yang bagus seperti ini?"
"Apa maksudmu?" tanya Mae Ri yang sama sekali tidak mengerti apa yang baru saja Mu Gyul katakan.
"Kau sudah memberikan ibuku cincinmu?" tanya Mu Gyul.
"Ah, aku tidak benar-benar memberikan itu padanya...." kata-kata Mae Ri diputus oleh Mu Gyul.





"Aku tidak perlu seorang wanita yang membodohiku. Kalau kau ingin melakukan seperti itu. Lebih baik, kita akhiri semuanya sampai disini." Mu Gyul merasa dibodohi oleh Mae Ri. Mu Gyul pikir, setelah Mae Ri tinggal bersama Jung In, Mae Ri bisa seenaknya menggunakan uang untuk berurusan dengannya. Mu Gyul lebih ke cemburu dan merasa tersaingi oleh Jung In. Padahal kenyataannya, Mae Ri tidak seperti itu.
"Yah, jangan berbicara seperti itu." ucap Mae Ri.
Mu Gyul kesal, ia benar-benar marah pada Mae Ri. Mu Gyul lalu pergi tanpa berkata apapun. Sedangkan Mae Ri, ia berusaha sekuat mungkin untuk tidak menangis. Tanpa ada yang tahu, ternyata Jung In mendengar semua pembicaraan antara Mu Gyul dan Mae Ri.









Mu Gyul berjalan seorang diri, ia kedinginan begitu juga hatinya. Mu Gyul sampai di rumahnya dan menatap hampa ke sekeliling ruangan. Finally, Mu Gyul membuka kulkas dan menemukan kado dari Mae Ri. Sebuah kado cantik yang berisi sweater merah special buatan Mae Ri untuk Mu Gyul. Melihat kado itu, Mu Gyul merasa bersalah, dengan mengatakan hal yang seharusnya tidak ia katakan pada Mae Ri. Mu Gyul mendekap Sweater itu dan menciumnya.




Ayah Mae Ri belum juga pergi dari rumah Jung In, ia malah tertidur nyenyak di kasur. Mae Ri menyelimuti ayahnya, ia berkata pada Jung In. "Aku akan segera kembali sebelum ayahku bangun."
"Apa kau baik-baik saja? Apa kau membutuhkanku untuk mengantarkanmu?" tanya Jung In yang mencemaskan Mae Ri.
"Tidak, terimakasih.. Aku akan pergi sendir." jawab Mae Ri.
"Aku mengerti. Jaga dirimu." ucap Jung In.
Mae Ri mengangguk sopan lalu pergi.





Ice skating.. ^___^
Mu Gyul menepati janjinya. Saat itu ia berjanji pada Mae Ri, kalau ia akan memakai  sweater buatan Mae Ri dan pergi ke arena Ice Skating. Mu Gyul menatap kosong ke arena Ice Skating yang penuh dengan pengunjung.





Mae Ri ingin semuanya jelas, ia pergi ke tempat Mu Gyul. "Mu Gyul-ah.. Kang Mu Gyul.." Panggil Mae Ri. Tapi, tak ada yang menjawabnya. Mae Ri masuk dan melihat keadaan rumah Mu Gyul yang sepi. Tanpa sengaja, ia melihat kotak hadiahnya darinya di meja. Kotak itu terbuka dan isinya kosong. Mae Ri langsung ingat kata-kata Mu Gyul. Ice Skating! Tepat, Mae Ri! Seketika itu juga Mae Ri langsung menuju ke arena Ice Skating.








Mu Gyul mengitari arena Ice Skatin gitu seorang diri, ia selalu melihat ke sekelilingnya berharap Mae Ri datang. Daaaan.. Yak!! Mu Gyul melihat Mae Ri.
"Kang Mu Gyul." Panggil Mae Ri seraya melambaikan tangannya. Mae Ri tidak terlalu mahir di arena Ice Skating itu, ia terlihat sangat kesulitan.
"Mae Ri Yah." Jawab Mu Gyul seraya tersenyum.
Mu Gyul menghampiri Mae Ri yang hampir terjatuh, ia lalu mendekapnya. Mereka tertawa senang. "Apa kau baik-baik saja?" tanya Mu Gyul.
Mae RI mengangguk. "Bagiamana menurutmu?" ujar Mae Ri seraya memegang sweater Mu Gyul. "Terlihat sangat nyaman. Apa ini hangat?"
"Sangat hangat." jawab Mu Gyul dengan ekspresi menggemaskan. hahaa..





Seperti pasangan-pasangan di drama korea lain, kalau datang ke arena Ice Skating pasti pemeran utama cowok ngajarin cara ber-skating yang baik dan benar. Yah, so sweet-lah pokoknya.. XD

Sumppaaah.. Pasangan ini bener-bener cute.!!










Siapa yang bisa menemukan keberadaan Seo Jun? Lee An tentunya. Lee An berhasil menemukan Seo Jun di sebuah bar.
"Jadi, setiap waktu kau bersembunyi di tempat ini?" tanya Lee An. "Apa kau pikir, aku tidak bisa menemukanmu jika kau bersembunyi di tempat ini?"
Seo Jun sedang dalam keadaan mabuk, "Apa kau pikir aku sedang bermain petak umpet? Yah.. Lebih tepatnya, aku bersembunyi karena aku ingin ada seseorang yang menemukan dan mencariku. Dan, aku tidak berpikir itu kau."
Lee An bertanya alasan kenapa Seo Jun selalu menolaknya padahal hanya dialah orang yang sangat peduli pada Seo Jun. Seo Jun hanya tidak menyukai sikap Lee An yang sombong.


Kemudian, manager Lee An ikut bergabung. Ia datang bukan membawa perdamaian malah bikin ricuh. Di keadaan Seo Jun seperti itu, sempat-sempatnya Manager Lee An menawarkan Seo Jun untuk bergabung menjalin kerja sama dengannya. Tentu saja, hal itu membuat Seo Jun marah. Belum sempat Manager Lee An menyelesaikan kata-katanya, Seo Jun langsung menyiramnya dengan minuman. Manager Lee An marah besar diperlakukan seperti itu, emosi Seo Jun juga sedang tidak terkontrol. Seo Jun melakukan hal itu karena ia sudah mengetahui, kalau dalang di balik semua ini adalah Manager Lee An. Manager Lee An lah yang sudah menjual foto-fotonya dengan Mu Gyul pada wartawan.

Karena Seo Jun dan manager Lee An, sama-sama dalam kondisi emosi yang tidak stabil. Alhasil, terjadilah jambak menjambak di antara keduanya. Lee An sendiri kualahan untuk melerai mereka.






Mae Ri dan Mu Gyul sampai di tempat tinggal Mu Gyul. Mereka kelelahan. Mu Gyul mendekap Mae Ri dalam kegelapan. Kissing belum dimulai, teman-teman Mu Gyul dan Mae Ri datang mengejutkan.
"Selamat menempuh hidup baru!!" Sorak mereka dengan membawa poster besar dan membunyikan terompet.
Tentu saja Mae Ri dan Mu Gyul kaget bercampur malu.
"Kami datang ke sini untuk membuat suatu memory yang tak terlupakan untuk kalian. Kami mencoba mengabadikan hal ini." ucap mereka.




Lagi-lagi teman-teman Mae Ri dan Mu Gyul membuat sebuah permainan. Kali ini, Mu Gyul dan Mae Ri yang kalah. Hukumannya adalah Mu Gyul harus mencium Mae Ri. Mu Gyul mencium pipi Mae Ri. teman-teman yang lain protes. Karena yang lain sibuk dengan protes mereka masing-masing, Mu Gyul mengajak Mae Ri untuk segera pergi dari kumpulan teman-temannya.






Mu Gyul dan Mae Ri duduk merapat di taman.
"Dingin sekali." ujar Mae Ri seraya mendekap erat lengan Mu Gyul.
"Aku juga." jawab Mu Gyul.
"Ahh.. Aku kedinginan." ulang Mae Ri.
"Apa kau sangat kedinginan?" tanya Mu Gyul. Mae Ri mengangguk.
"Mae Ri-yah. Apa kau ingin mendengar sebuah lagu yang bisa menghangatkanmu?" tanya Mu Gyul.
Mae Ri mengangguk senang.
"Aku membuat lagu ini dengan memikirkanmu." Mu Gyul tersenyum, ia lalu mengambil gitarnya dan mulai  bernyanyi. Nyanyian tanpa lirik, dan itu keren bangeet...




Ini link downloadnya, suara Mu Gyul.. Karena belum ada lirik dan judulnya, jadi saya kasih judul, 'Nyanyian yang menghangatkan..' hahaa..

[link download]




"Whoaa.. Benar-benar sangat bagus." ucap Mae Ri. "Dan juga, membuatku merasa hangat."
"Hmm.. Aku menulis lagu ini spesial untukmu, karena kau satu-satunya orang yang memberikanku perasaan itu" Jawab Mu Gyul.
"Kau menulisnya special untukku?" tanya Mae Ri. "Lagu itu benar-benar berbeda dari lagumu yang biasanya."
Mu Gyul mengangguk. "Ya, memang benar-benar berbeda dari lagu yang biasa aku mainkan. Ini pertama kalinya, aku mengganti gaya bermusikku."
"Mae Ri-yah. Aku ingin memberikan sebuah lagu dengan lirik yang khusus untukmu. Jadi, bagaimana kalau kau yang menuliskan lirik dari lagu ini?" tanya Mu Gyul.
"Aku?" tanya Mae Ri tidak percaya.



Mu Gyul mengangguk. "e-hm.. Itulah bagaimana musik dibuat. "Kau perlu musik dan lirik untuk dijadikan satu, agar menjadikan suatu keselarasan. Seperti kita."
Mae Ri mengangguk mengerti. "Bagaimana aku harus menuliskan liriknya?"
"Let's see.."
"Harus diisi dengan lirik yang mengandung makna yang hangat pula."
"Karena sekarang sangat dingin.." ucap Mu Gyul.



Mu Gyul mengantarkan Mae Ri ke rumah Jung In.
"Apa kau lelah?" tanya Mu Gyul.
"Tidak, aku baik-baik saja." jawab Mae Ri.
"Kita kembali sangat cepat."
"Aku pasti akan sangat merindukanmu, Mu Gyul."



"Kau harus segera pergi sekarang, Mu Gyul." ucap Mae Ri sesampainya tepat di depan rumah Jung In.
"Aku tahu." jawab Mu Gyul.
Mereka saling melambaikan tangan.






Dan belum sempat Mu Gyul pergi, Ayah Mae Ri keluar dari dalam rumah Jung In. Seketika itu juga, Mae Ri dan Mu Gyul bersembunyi di balik tembok.
Mae Ri menghampiri Ayahnya, "Dari mana saja kau sepagi ini?" tanya Ayah Mae Ri yang melihat anak perempuan sudah berada di depan rumah.
"Aku baru saja lari pagi. Semua orang melakukan hal itu jaman sekarang, Ayah. Aku ingin langsing, Ayah." ucap Mae Ri. Mae Ri menghadang ayahnya, agar ia tidak segera pergi, karena masih ada Mu Gyul yang bersembunyi di balik tembok.
"Kenapa kau tiba-tiba ingin langsing seperti itu?" Ayahnya mulai curiga.
"Tapi, ayah kenapa kau pergi sepagi ini?" tanya Mae Ri.
"Aku tidak ingin mempermalukan diriku sendiri, setelah minum semalaman." jawab Ayah Mae Ri.



"Ayah, kau harus sarapan dulu sebelum pergi.." rayu Mae Ri.
"Tidak, tidak usah. Aku harus segera pergi."
"Aku akan membuatkanmu sup kacang. bagaimana?"
"Lebih baik tidak usah."
"Aku akan membuatkan yang lezat."
"Aku malu pada Jung In."
"Tidak-tidak.. Ayoo.. Sup kacang yang lezaat..." Akhirnya Mae Ri berhasil menggiring ayahnya masuk ke dalam rumah Jung In.

Akhirnya Mu Gyul bisa pulang dengan selamat.



Di kamarnya, Mae Ri sibuk membuat lirik untuk musik yang diciptakan Mu Gyul. Beberapa kali, Mae Ri merobek tulisan yang baru saja ia buat. Ia mencoba mengingat semua hal yang berkaitan dengan hubungannya antara dirinya dengan Mu Gyul.




Mu Gyul terbangun karena suara deringan handphonenya. Dengan malas, ia mengangkat telepon itu. "Ya? Siapa yang kau cari? Siapa?"
Ternyata Mu Gyul mendapat telepon dari petugas bar tempat Seo Jun mabuk tadi malam. Petugas mengatakan kalau Seo Jun terlalu banyak minum dan ia mabuk berat. Jadi, ia menelpon nomor yang ada di urutan pertama di handphone Seo Jun.



Dan setelah Mu Gyul menutup teleponnya, ia kemudian mendapatkan telepon dari Mae Ri.
"Oh, Mae Ri-yah.."
"Oh, Mu Gyul-ah.. Aku sekarang sedang mengerjakan liriknya. Tapi, aku punya beberapa pertanyaan yang harus aku tanyakan. Tidak apa-apakah kalau liriknya sederhana dan terdapat beberapa pengulangan kata dalam lirik tersebut? Contohnya seperti ini.." Mae Ri mencoba menyanyikan liriknya. "Hello.. Hello..."
"Dengar.. Aku benar-benar tidak bisa membicarakan hal itu lewat telepon sekarang. Ada hal yang sangat mendesak yang harus segera aku lakukan sekarang. Aku akan menelponmu nanti saat kembali." jawab Mu Gyul, dengan mata yang masih mengantuk.
"Ah, benarkah? Baiklah, aku mengerti. Aku akan menelponmu lagi, nanti." jawab Mae Ri.
"Tapi,, ada hal yang sangat mendesak apa yang terjadi pagi-pagi seperti ini?" tanya Mae Ri pada dirinya sendiri.


Mu Gyul akhirnya menjemput Seo Jun di bar. Ia melihat Seo Jun yang tertidur di sofa bar. Petugas itu mengatakan kalau tadi Seo Jun bersama dengan Aktor Lee An dan managernya, lalu mereka meninggalkan Seo Jun begitu saja. Dan manager Lee An terluka di bagian keningnya. Petugas itu memprediksi kalau Soe Jun baru saja bertengkar dengan mereka.


Mu Gyul mengantarkan Seo Jun sampai rumahnya, ia menunggui Seo Jun sampai Seo Jun terbangun. Dan tidak berapa lama kemudian, Seo Jun terbangun, ia terkejut melihat Mu Gyul.
"Kau memiliki kehidupan yang baik Seo Jun. Apa kau hanya bisa pergi minum-minum setelah kau membuat kekacauan?" tanya Mu Gyul.

"Bagaimana bisa kau ada di sini?" Seo Jun tidak menjawab pertanyaan Mu Gyul.
"Sepertinya Lee An menyuruh petugas bar untuk menelpon seseorang. Dan dia juga yang mengusir para reporter pergi." jawab Mu Gyul. "Tanyakan padanya kalau ingin mengetahui detailnya. Tapi, bayarlah semua tanggungan hutangmu dulu?"

"Hutang?" tanya Seo Jun tidak mengerti.
"Kontrak antara kau dan Direktur Jung In, bukankah seperti itu?" ucap Mu Gyul. "Selain itu, semua ini juga tidaklah benar. Kalaupun kau ingin melarikan diri, rancanglah semua itu dengan benar dan selesai semua tanggung jawabmu dulu. Seperti Seo Jun yang pernah aku kenal." Setelah berkata seperti itu, Mu Gyul langsung pergi meninggalkan Seo Jun.



Mae Ri berjalan terburu-buru menuju ke kantor Jung In, ia berjalan seraya membuat pesan suara untuk Mu Gyul, "Apa semuanya baik-baik saja? Aku tidak bisa mengangkat telepon darimu. Aku sedang menuju perusahaan sekarang. Dan, aku juga membawa lirik yang sudah aku buat, kita akan segera bertemu di studio rekaman sekarang."

Mu Gyul juga melakukan hal yang sama, ia berjalan terburu-buru seraya membuat pesan suara untuk Mae Ri, "Ini, aku. Aku tidak bisa mengangkat telepon darimu. Apa kau memiliki masalah? Aku sedang menuju studio rekaman. Jadi, aku akan menemuimu di sana."


Seo Jun akhirnya datang ke perusahaan. Dan sesampainya di perusahaan, ia langsung berpapasan dengan Jung In. Mereka saling memandang satu sama lain. Tidak hanya mereka, tapi Mu Gyul dan Mae Ri juga saling berpapasan.
Mae Ri berada di samping Jung In dan Mu Gyul berada di samping Seo Jun.





Seo Jun membicarakan semuanya di kantor Jung In, Jung In menyediakan minuman untuk Seo jun. Whoaa. Baik sekali, seorang direktur menyiapkan minuman. hahaa.
"Aku sangat senang melihatmu kembali, Seo Jun." ucap Jung In. "Aku sangat mengkhawatirkanmu."
"Maafkan aku." jawab Seo Jun. "Perasaanku sedang tidak membaik, dan aku sangat butuh udara segar."
"Tidak masalah, mulai dari sekarang, ayo lakukan yang terbaik."



Di studio rekaman, Mu Gyul mengarahkan Seo Jun mengenai musik yang akan ia nyanyikan, "Ada beberapa petunjuk di sini, jadi kau tidak akan kesulitan." ucap Mu Gyul menunjuk ke beberapa kertas yang ada di hadapannya.
Seo Jun mengangguk mengerti.
"Aku akan mengedit beberapa bagian dimana liriknya dirasa tidak sesuai. Dan selain itu, semuanya juga tidak sulit. Apa kau bisa menanganinya?" ucap Mu Gyul.
Seo Jun mengangguk mengerti. Wuiissh.. Mu Gyul cemburu melihat Mae Ri yang tengah berbicara dengan Jung In.



Mu Gyul mengarahkan pada editor musik untuk segera memulai dengan bagian musik yang pertama. Musik sudah dimainkan.. Seo Jun membaca pencipta lagu di sudut kertas nadanya.
Disana tertulis

Judul : Hello Hello
Musik oleh Kang Mu Gyul.
Lyric oleh Wi Mae Ri.






Bagaimana reaksi Seo Jun? Jelas, marah total. Ia menolak melanjutkan rekaman. Seo Jun segera keluar dari studio rekaman dan berjalan cepat menuju Mu Gyul, Mae Ri dan Jung In. Seo Jun marah pada Mu Gyul.
"Kau mendapat keuntungan karena Mae Ri yang menulis lirik kan?" ucap Seo Jun dengan nada tinggi. "Apa kau mencoba untuk memaksaku menyanyikan lagu cintamu ini?!"
"Apa kau tidak bisa bertindak professional, Seo Jun? Jadi, apa masalahnya?!" jawab Mu Gyul. "Musik tidak akan menjadi suatu masalah, terlepas dari siapa penulis liriknya."

"Aku tidak akan melakukan ini." Seo Jun tetap pada pendiriannya. "Sampai aku mati, aku tidak akan menyanyikan ini." Seo Jun melempar lembaran kertas nada itu.
Sedangkan Mae Ri dan Mu Gyul hanya terdiam, melihat perdebatan sengit antara Seo Jun dan Mu Gyul.


Pertikaian bagaimana lagi yang akan dihadapi mereka berempat? Gimana nasib cincin pemberian ayah Jung In pada Mae Ri, yang dibawa kabur oleh Ibu Mu Gyul?

source : recap- koreandrama.blogspot.com