"Kau baik-baik saja?" tanya Yun Ho kaget.
Da Ji bangkit, Tuang Yang berlari menghampirinya. "Aigo.. Aku akan membiarkanmu pergi setelah kau menulis surat jaminan." ucapnya pada Da Ji. Namun Da Ji tidak lagi menampakkan wajah khawatirnya, Dengan riang ia berkata pada Yun Ho "Ahjussi.. Kau datang pada saat yang tepat!" Da Ji lalu mengenalkan Yun Ho pada Tuan Yang disampingnya "Orang ini ahli dalam pembelian kuda,. Kita membeli kuda ini waktu lalu, tolong katakan sesuatu." pinta Da Ji pada Yun Ho dengan wajah memelas.
Yun Ho tersenyum dan menghampiri kuda itu. "Nama kuda ini Paulist, Dia ras murni. Ia menjadi terkenal karena memenangkan 8 juta won hadiah uang (dalam lomba balap kuda)" katanya sambil mengelus-elus kepala kuda itu.
"Ya.. karena garis keturunannya itu ia tidak mau jalan ataupun berlari.. yang ia lakukan hanyalah makan, minum dan buang air saja." Tuan Yang mengolok perkataan Yun Ho, mendengarnya Yun Ho tertawa, "Ia akan membuat berita." bisik Yun Ho pada Da Ji.Da Ji mengiyakan perkataan Yun Ho, sehingga Yun Ho tertawa kecil.
"Aku akan memberikanmu 20 juta won." celetuk Yun Ho. Baik Da Ji maupun Tuan Yang membelalak kaget. "Sebenarnya.. Karena permintaan Da Ji aku membiarkannya memiliki kuda yang ingin aku beli. Aku menginginkannya karena banyak usaha untuk kedalamnya. Sebenarnya aku bisa memberimu 60 juta won untuk hal ini." ujar Yun Ho. Tuan Yang yang mata duitan itu terbelalak. "60 Juta Won?" Da Ji pun kaget.
"Berikan ia 60 juta won." perintah Yun Ho pada asistennya. Tuan Yang tiba-tiba saja berubah pikiran.. "Tidak.. bukan begitu.. Maksudku.. Aku tidak berniat menjual kuda ini." kata Tuan Yang. Yun Ho tesenyum lebar mendengarnya. Yap.. jurus jitu Yun Ho berhasil.
"Aku melibatkan mu dalam masalah lagi... Kemunculanmu seperti telah diatur oleh takdir." Da Ji berterima kasih karena Yun Ho telah membantunya. Yun Ho tertawa. "Apakah ini peternakan yang kau bicarakan waktu lalu?" tanya nya.
"Ya... tetapi masih ada sedikit masalah.. Tapi kami akan menemukan solusinya. Ngomong-ngomong, Ahjussi, kapan kau datang? Apa kau berencana tinggal disini beberapa waktu? Kau menginap dimana?" tanya Da Ji bertubi-tubi.
"Hhah... Aku tiba kemaren, aku akan disini untuk 2 bulan, dan aku menginap di DI Resort."
"D.I? Ahjusshi, tempat itu tidak bagus, jangan pergi kesana" Da Ji tiba-tiba melarang.
"Tidak bagus?"
"Ah bukan... bukannya tidak bagus, hanya saja tempat itu mengerikan bagi orang peternakan." Da Ji bercerita tentang ulah orang-orang diresort itu, mulai dari Golf yang dipukul oleh orang diresort sering mengenai orang-orang dipeternakan, tidak luput kepala Tuan Yang juga terkena imbasnya, hingga konstruksi gelanggang speed boat yang mematikan lahan pencarian para pengemudi perempuan. Da Ji tidak hentinya berbicara sehingga Yun Ho merasa sedikit tidak nyaman. "Ya.. benar.." ia membenarkan ucapan Da Ji diakhir dengan raut aneh.
"Temukan rumah lain" ucapnya pada asistennya.
"Oh.. tidak perlu seperti itu..Ahh.. aku terlalu berlebihan." Da Ji menyesali ucapannya. "Sebenarnya, peternakan kami juga dirugikan.. Pokoknya ada banyak komplikasi disana.." lanjutnya.
"Kau akan kemana?" tanya Yun Ho melihat Da Ji membawa Ransel.
"Ahh...?" Da Ji kaget, refleks ia meraih tangan Yun Ho dan melihat kearah jam tangan Yun Ho. "Ahh... Ahjussi, aku tidak bisa jadi pemandu jalanmu sekarang. Sekarang juga aku harus bernegosiasi dengan seseoranng."
"Negosiasi?" tanya Yun Ho lagi. (Sumpah... gw suka ama suara Yun Hoo ne.. Mature banget.. ckckck)
"Sebenarnya.. Aku kesana akan meminta sesuatu, Jika kau memberikan nomor HP mu.. Ahh tidak perlu, Ahjussi telah tahu nomor HP ku, Jadi telepon aku nanti jika kau punya waktu, aku akan memperlihatkanmu Pulau Surga Jeju." usai mengatakan itu Da Ji lari meninggalkan Yun Ho yang masih bingung. Selang beberapa jauh Da Ji berteriak,"Aku tidak tau kau benar-benar datang, terima kasih. Kau bahkan masih terlihat tampan dari sini. Semoga waktumu menyenangkan...." Yun Ho tersenyum geli melihatnya. "Kenapa kau tidak mencoba berbicara dengan mereka lagi?" tanya Yun Ho pada asistennya.
"Ya aku akan mengkonfirmasi sekarang." jawab sang asisten. "Pemandu jalan telah menunggumu." ucapnya lagi.
"Pemandu jalan? Bukankah kita telah punya satu? Nona pemandu jalan kita..." Jawab Yun Ho masih memandangi kepergian Da Ji.
Dong Joo duduk bertopang dagu, mencoret-coret kertas laporannya ditengah-tengah rapat yang dipimpin oleh kakeknya itu. Jelas sekali ia tidak mengikuti sesi rapat dengan baik. Sang kakek tengah membicarakan tentang mundurnya ia dari jabatan direktur utama. Mengagetkan, sang Kakek mengangkat Dong Joo sebagai pengganti dirinya (Sebenarnya tidak aneh sih, mengingat kakeknya ini sayang banget ke Dong Joo). Ayah Dong Joo tidak terima, Seisi ruangan dipenuhi bisik-bisik para karyawan, Karena tidak mendengarkan, Dong Joo cuek saja dan tetap melanjutkan kerjanya mencoret-coret.
Sebelum meninggalkan ruangan, Kakek Dong Joo berkata proyek penambahan lahan di Pulau Jeju, semuanya dilaporkan pada Dong Joo. Ayah Dong Joo berlari menyusul sang Kakek. Melihat sang ayah keluar, Dong Joo menongakkan kepala. Ia mendadak bingung karena semua orang memperhatikannya.
Da Ji tiba dikantor Dong Joo. Ia menguatkan hati agar tidak takut berhadapan dengan orang-orang perusahaan. Sementara diruangan kakek Dong Joo, Dong Joo membujuk kakeknya agar jabatan itu ditarik darinya. Ayah Dong Joo juga ikut bicara, tetapi tidak satupun dari mereka yang berhasil menggoyahkan sang Kakek.
Dong Joo menuruni lift dengan wajah kusut. Tiba-tiba ia mendengar seseorang berteriak-teriak, Yap. Itu Da Ji. Da Ji dijinjing oleh dua orang petugas keluar (Hahaha,.. kacau... ngangkat orang kok kayak ngangkat barang gitu.. ckckckck). Da Ji melihat Dong Jo, lalu berteriak memanggil nama Dong Joo. Petugas itu lalu menurunkan Da Ji.
Da Ji mengemukakan keberatannya atas lahan peternakan yang dibeli perusahaan Dong Joo, dan berkata ia ingin menemui pimpinan perusahaan. Dong Joo tidak setuju, akan tetapi Da Ji bersikeras, hingga sebuah ucapan Dong Joo membuatnya terdiam, "Apa kau masih ingat bagaimana kita bercerai?"
"Itu.. Itu sama sekali tidak ada hubungan nya." ucap Da Ji gugup.
"Jika kau ingin menemui kepala pimpinan perusahaan ini, Dia adalah ayahku."
"Ayahmu?"
"Maka dari itu.. pulang lah.."
"Kau membeli pertenakan itu karena kau tahu itu milik kami?"
"Chh... imajinasimu terlalu besar. Aku bahkan tidak punya hubungan apapun denganmu. Perusahaan ini tidak lah bebas, ada orang -orang yang bekerja didalamnya." Dong Joo melangkah pergi, namun Da Ji menghentikannya lagi "Aku akan menemui ayahmu, aku perlu berbicara padanya secara pribadi". Tidak pelak lagi, Dong Joo benar-benar marah kepada Da Ji.
"Kenapa kau begitu bodoh?" Dong Joo meninggikan suaranya.
"Apa? bodoh?" Da Ji terkejut mendengar kata-kata Dong Jo.
"Kenapa kau sangat keterlaluan? Kenapa kau tidak mengerti juga? Kau kuat, kau berkuasa, Aku katakan padamu aku yang akan bertemu dengan mereka. Aku benci melihatmu." Dong Joo menghela napas. "Lebih baik kau turun dulu dan tunggu disana." Dong Joo mengakhiri kalimatnya lalu pergi. Da Ji shock mendengar ucapan Dong Joo, butiran bening mengalir dipipinya.
Da Ji lalu menemui ayahnya yang bekerja dipeternakan kuda milik perusahaan Dong Joo. Disana ayahnya sedang memarahi karyawan nya yang tidak berhati-hati memberi makan kuda. Melihat Da Ji, sang ayah sangat senang, lalu ayahnya itu membawa Da Ji kerumah tempat ia tinggalnya. Da Ji tertegun melihat tempat tinggal ayahnya, sempit dan pengap.
"Appa.. (Ayah....)"
"Ada apa? Apa Da Eun membuat masalah lagi?" (Da Eun = adik Da Ji)
"Tidak.."
"Lalu... di peternakan ada banyak orang kan?"
"Hmm...."
"Da Ji yah... ini melelahkan, bukan? Ayah selalu menyesal setiap kali memikirkan ini. "
"Ayah pasti lebih lelah lagi, datang ke Seoul sendiri." Da Ji melihat sekeliling rumah ayahnya.
"Ahh...Tidak ada yang melelahkan bagi seseorang yang menghabiskan waktunya bersama kuda." ayahnya menyangkal. "Ayah sama sekali tidak lelah. Da Ji yah... kita perlu bekerja keras setahun ini, tunggu hingga ayah kembali ke Jeju, ayah bahkan tidak akan membiarkan putri ayah menyentuh setetes airpun." Da Ji tersenyum mendengarnya. Hingga terdengar seseorang memanggil ayahnya. Sang ayah keluar dan meminta Da Ji menunggu. Penasaran, Da Ji mengintip percakapan sang ayah dengan Manager. Da Ji melihat ayahnya dimarahi oleh Manajer. Da Ji menyaksikan itu semua dengan perasaan iba.
Dong Joo dan teman wanitanya yang waktu itu berlibur bersamanya di pulau jeju masuk ke apartemen Dong Joo. Dong Joo bercerita tentang pengangkatan dirinya menjadi pimpinan perusahan oleh sang kakek. Padahal ia tidak menyukai bisnis. Wanita itu memberikan saran agar mencoba terlebih dahulu, tetapi ia tertawa mendengar sarannya sendiri. "Lucu sekali ya.." ujarnya terkekeh.
Sembari bermain golf, Asisten Seo Yun Ho memberikan informasi mengenai perusahaan Dong In Group, Yun Ho mengatakan ada keanehan dalam perusahaan itu. lalu ia bertanya mengenai Paradise Ranch (peternakan milik Da Ji), asisten Yun Ho menjawab pembangunannya akan segera dimulai karena pembelian nya telah sah atas nama Han Dong Joo. "Ada banyak rahasia pada orang-orang itu." Yun Ho berujar. "Ah.. Hyung.. aku akan menyetir." ucap Yun Ho pada asistennya. "Aku akan mengantarmu." Jawab asistennya,. Yun Ho tersenyum lalu beranjak pergi. "Istirahat saja dulu..." katanya kemudian.
Mobil Yun Ho berhenti didepan rumah Da Ji. Yun Ho keluar dari mobilnya, ragu-ragu ia melangkah kepekarangan rumah itu. Dari arah kanan, Da Ji datang mendorong gerobak sambil bernyanyi lagu klasik, dan tidak menyadari kedatangan Yun Ho hingga Yun Ho membantunya mengambil alih gerobak dorong. Sesuai yang dikatakan Da Ji tempo hari, ia meminta Da Ji menjadi pemandu jalannya.
Diperjalanan, Da Ji menerangkan suatu tempat bernama Hallasan, Yun Ho berkata orang di resort juga mengatakan hal yang sama. "Ya.. itu bagus." ucap Da Ji sedikit kikuk.
Lalu mereka berjalan, Yun Ho asik memotret dengan kameranya. Ttidak sadar mereka memasuki sebuah tempat mewah, Da Ji mulai suntuk, tetapi Yun Ho masih fokus dengan dirinya sendiri dan tetap berjalan, terpaksa Da Ji mengikuti. Hingga mereka sampai pada sederetan bangunan yang konstruksinya belum selesai. Yun Ho memotret bagian-bagian bangunan itu. "Apa yang kau lakukan ahjusshi?" Da Ji ambil tindakan dan menyeret tangan Yun Ho menjauhi tempat itu. Yun Ho kebingungan.
(Scene ini kita disuguhkan keindahan pulau Jeju di sore hari, Jadi bener-bener pengen kesana..^^).
Perjalanan dilanjutkan dengan menikmati keindahan Pulau jeju dengan bersepeda, dan melewati tempat-tempat indah lainnya. Da Ji lalu membawa Yun Ho melihat ibu-ibu yang mengambil rumput laut. Ahjumma itu memberikan nya pada Yun Ho dan Da Ji, Yun Ho menerimanya setengah jijik, tapi tetap memakannya. Ahjumma itu menggoda Da Ji dan salah mengira, mengira Yun Ho adalah kekasih Da Ji. "Aku berharap bisa meletakkannya didompetku dan membawanya pergi kemana saja." ucap Da Ji saat Ahjumma itu mengatakan harus memegang Yun Ho erat-erat. Yun Ho tertegun, entah karena ia mendengar ucapan Da Ji atau tidak mengerti akan dialek kental mereka. HP Da Ji berbunyi, dari seseorang. "Aku menolak untuk keluar." Teriak Da Ji, ia segera menyadari ada Yun Ho, dan segera menjauh tetap memegang HP nya.
Yun Ho mengantar Da Ji pulang kerumahnya. Sedikit lucu, Yun Ho keluar lebih dulu berniat membukakan pintu untuk Da Ji, tetapi Da Ji sudah terlebih dahulu membuka pintu mobil itu, Dengan kikuk Da Ji kembali menutup pintu mobilnya dan membiarkan Yun Ho membukakan untuknya.
Da Ji menanyakan kapan Yun Ho akan menjemputnya lagi, "Apakah masih ada tempat yang harus aku lihat?" tanya Yun Ho. "Tentu... yang kita lihat hari ini baru sebagian saja." kata Da Ji bersemangat. "Telpon aku jika kau ada waktu." kata Yun Ho. Da Ji tidak memiliki nomor HP Yun Ho, Yun Ho lalu memberikan nomor telponnya. Da Eun melihat ini dan mulai menyerocos, terpaksa Da Ji membekap mulut adiknya itu dan menyeretnya kerumah. Yun Ho kembali terkekeh melihat kelakuan adik beradik itu. Dari jauh, Dong Joo memperhatikan mereka dengan perasaan cemburu, sebelumnya Dong Joo sudah berniat kerumah Da Ji, melihat suasana ini ia membatalkannya dan berbalik meninggalkan tempat itu.
Da Ji mematut-matut dirinya didepan kaca, memilih pakaian yang hendak ia kenakan. begitu keluar, Kejutan menunggunya. Orang -orang Dong Joo mengukur-ukur lahan rumahnya. Tidak terima, ia pergi kekantor Dong Joo. Sementara Dong Joo tengah melihat profil Seo Yun Ho diinternet, Kagum karena Yun Ho memenangkan banyak penghargaan dan telah bersekolah dibanyak tempat, namun ia tidak menunjukkannya terang-terangan malah mengubahnya menjadi cemoohan.
Melihat Da Ji datang, ia buru-buru menutup browsingnya. Da Ji menghampirinya dengan penuh kemarahan, Dong Joo berusaha cuek, "Secara hukum, aku berhak melakukan apapun dirumah itu. Jika kau ingin memprosesnya kembali, minta saja bantuan pada pacarmu yang hebat itu" kata Dong Joo sambil membalik-balik laporan diatas mejanya (OoOo.. Dong Joo cemburu... wkwkwkwk). "Apa maksud perkataanmu itu?" tanya Da Ji
"Sebaiknya kau keluar saja.. aku sibuk."(Sebelumnya engga tuh.. ckck)
"Ya benar.. Sangat mudah menggunakan hukum. Oke kalau begitu aku juga akan menggunakan kekuatan hukum untuk mendapatkan hak ku kembali. Selanjutnya kau juga harus menggunakan hukum untuk mempertimbangkan nya kembali."
"Bagus kalau begitu. Apa masih ada yang ingin kau katakan?"
"Baik... Aku pergi... Aku pergi.." Da Ji berteriak dan menangis. "Tapi apa kau tahu? Jika seseorang datang mencarimu, kau pikir apa mereka tidak punya alasan melakukannya? Mungkin menurutmu melakukan hal ini menurut hukum sudah benar, tapi bagiku, peternakan ini adalah bagian dari hidupku." Da Ji membalikkan badan berusaha menenangkan diri. Ia berbalik lagi kearah Dong Joo, "Benar.. Mungkin bagimu aku ini membuatmu mual, tapi bagaimana dengan mu? Kau benar-benar tidak berkemanusiaan." Da Ji berteriak lalu pergi sambil menangis.
SOURCE : http://kdramasinopsis.blogspot.com/2011/02/sinopsis-drama-korea-paradise-ranch.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar