Salah satu orang jahat mulai mengeluarkan sebuah pisau. In Woo mengambil sebuah botol alkohol dan mengosongkannya. Ketika pria ‘pembawa pisau’ itu bersiap-siap untuk menikam Se Joon, In Woo melemparkan botol itu tepat ke pusat listrik. Se Joon sadar dan mulai melawan pria jahat itu. Akan tetapi, Se Joon terluka. Listrik di dalam gedung mati dan suasana jadi kacau sebab orang-orang yang ada disana berusaha mengambil sebanyak mungkin uang.
Saat seorang pria jahat mengambil sebuah batu besar untuk dilemparkan ke Se Joon, Hye Ri berpikir cepat dan melepas sepatunya dan melemparnya ke pria itu. Sepatu tepat mengenai kepalanya dan pria itu menjatuhkan batunya. Se Joon memukul pria itu dan menyeret Hye Ri. Akan tetapi, Hye Ri ingin mengambil kembali sepatunya tapi Se Joon malah menggendong Hye Ri lalu mulai berlari. Polisi datang dan Hye Ri meminta Se Joon untuk menurunkannya. Dia melihat darah di tangan Se Joon dan mulai ketakutan. Akan tetapi, Se Joon malah menegurnya karena kecerobohannya – dia bisa saja terlukan dan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Apa ini cara Hye Ri untuk membuktikan kalau dia juga bisa bersikap professional.
Ma Hye Ri menjawab, “Aku melakukannya agar aku bisa hidup!” Dia ingin membuktikan ke orang-orang di sekitarnya kalau dia bisa melakukan sesuatu dan tidak bodoh seperti yang lain pikir. Hye Ri mengeluarkan sapu tangannya dan membalutkannya di luka Se Joon. Dia berkata, “Sunbae, aku menunjukkan padamu – aku sukses!” Se Joon bertanya darimana Hye Ri tahu tentang rumah judi itu. Tapi, Hye Ri sudah berjanji pada In Woo untuk tidak mengatakan apa. Dia menunda menjawab pertanyaan itu dengan menyuruh Se Joon mengambil tape recorder di punggungnya.
Se Joon merasa tidak nyaman dan menolak melakukannya. Hye Ri melakukannya sendiri dan mendapati benda itu sudah rusak. Sekarang polisi tidak bisa melakukan apa-apa. Tidak ada bukti. Hye Ri meratapi kegagalannya dan kuku-nya yang patah. Sementara itu, In Woo hanya melihat dari kejauhan.
Se Joon mengantar Hye Ri pulang meski Hye Ri bersikeras agar mereka ke rumah sakit dulu. Se Joon bertanya apakah orang tuanya akan khawatir karena Hye Ri pulang ke rumah babak belur. Tapi, Hye Ri berkata, “Justru, aku harus pulang dalam keadaan seperti ini!” polisi mungkin bisa melakukan sesuatu tentang masalah tempat judi itu tapi Hye Ri mungkin harus mengundurkan diri karena masalah jadi bertambah besar.
Kedua orang tua Hye Ri shock melihat putrinya pulang dalam keadaan babak belur, khususnya ibu. Ayah Hye Ri bertanya apakah dia sukses dan dia menjawab dengan jujur kalau dia hampir berhasil. Ayah tidak berkata apa-apa lagi. Dia tidak marah, tidak juga senang. Ketika ibu merawat luka Hye Ri, dia terus saja meratapi fakta jika dia tidak akan bebas dari ayah sampai dia menikah. Hye Ri mulai memikirkan Se Joon dan betapa gagah dia menyelamatkannya tadi. Di saat yang sama, Se Joon juga memikirkan kejadian yang tadi ketika seorang perawat menyembuhkan lukanya.
Di rumahnya, Jenny mengoleskan salep ke memar In Woo. Jenny mengatakan pada In Woo jika segalanya berjalan tidak mulus dan dia harus keluar dari permainan ini sekarang. Akan tetapi, In Woo sangat memikirkan fakta bahwa Hye Ri terluka dan merasa kalau semuanya adalah salahnya sebab dia tidak memikirkan keselamatan Hye Ri.
Keesokan paginya, rumah keluarga Ma digegerkan oleh teriakan keras Hye Ri. Lemar pakaian Hye Ri digembok dan dikunci. Ibu bergegas masuk tapi kemudian mengatakan pada anaknya kalau ini adalah tipikal ayahnya yang salalu berbuat sebelum dia berbicara. Ayah ingin Hye Ri menyelesaikan kasus dan harus pergi bekerja. Ibu meminta Hye Ri untuk bertahan. Ibu berkata, “Aku minta maaf karena menjadi ibu seperti ini tapi, hidupku juga ada ditanganmu!”
Di kantor, Pimpinan mengkuliahi Se Joon tentang bagaimana tidak bertanggung jawabnya Hye Ri karena mengirim banyak sekali polisi dan menginvestigasi sebuah kasus sebelum melaporkannya. Se Joon membela Hye Ri dengan berkata kalau dia nerusaha mengumpulkan bukti yang kuat. Se Joon juga telah melakukan penyelidikan tanpa melaporkan terlebih dahulu. Pimpinan terkejut sebab Se Joon ada di pihak Hye Ri. akan tetapi, Se Joon hanya berkata, “Aku merasa bertanggung jawab sebagai mentor-nya!”
Hye Ri tiba di tempat kerja dengan sepatu datar, long dress dan jas panjang. Dia berbalik dan melihat semua teman sekantornya – mereka tidak pakaian yang dikenakan Hye Ri! Ketika Hye Ri meminta maaf pada Pimpinan karena telat, pria itu menolaknya. Tapi, ketika Hye Ri minta maaf karena membuat Se Joon terluka, pimpinan terkejut. Pimpinan melayangkan kepalany ke Se Joon – dia terluka? Kenapa dia tidak bilang? Apa dia bermaksud melindungi Hye Ri? Pimpinan melaporkan kejadian itu pada presiden departemen dan mengatakan tentang perbuatan Hye Ri, yang meski gegabah, membuktikan bila dia ingin menjadi seorang jaksa dan untuk itu dia harus diberi kesempatan. Hye Ri dibebaskan dan harus menulis surat permohonan maaf. Kali ini Se Joon membantunya jadi Hye Ri lebih baik tidak mengacaukannya.
Pimpinan: “Jika kau tidak membayar hutangmu, maka sebagai gantinya Se Joon yang akan membayarnya!”
Hye Ri: “Jaksa macam apa yang melakukan itu? Sebuah kasus bukanlah uang. Jadi bagaimana mungkin Jaksa Yoon membayarnya jika aku tidak memecahkan kasus-nya?”
Pimpinan: “Kami akan memindahkannya ke Dokdo atau kemana saja!”
Hye Ri: “Kantor Kejaksaan sedang dibangun di Dokdo?”
Pimpinan: “Ya, karena orang-orang Jepang tetap bersikeras kalau itu adalah wilayah mereka, jadi kami mencoba membangun satu kantor kejaksaan. Apa kau ingin pergi ke Dokdo juga?”
Hye Ri kemudian menemui Se Joon dan sekarang dia sudah terpikat pada Se Joon. Se Joon memberinya sebuah kasus kekerasan pada anak dan memintanya untuk bekerja dengan baik. Hye Ri berterimakasih lalu bertanya tentang luka Se Joon. Dia berkata kalau lukanya baik-baik saja tapi Hye Ri bersikeras ingin melihatnya sendiri. Bahkan, dia mencoba membuka kancing baju Se Joon untuk melihatnya. Jung Sun masuk pada saat itu. Ada tamu untuk Hye Ri. Jung Sun duduk dan langsung bertanya pada Se Joon kenapa dia mau berbuat banyak untuk Hye Ri – bahkan mau terluka untuknya. Se Joon menolak alasan dia melakukan itu karena Hye Ri mirip dengan istrinya. Wajah mereka memang mirip tapi kepribadian mereka sangat berbeda. Jung Sun senang mendengar ini tapi tetap tidak nyaman.
Hye Ri lari keluar menuju bangku taman untuk bertemu dengan In Woo. In Woo langsung terkesan melihat gaya berpakaian Hye Ri. In Woo bertanya, “Apa kau berhenti memakai sepatu hak tinggi? Kau benar-benar pendek!” Hye Ri memperhatikan In Woo memakai kaca mata. Dia menarik kaca mata itu dan melihat luka di bawah mata In Woo. Hye Ri bertanya apa In Woo terlibat perkelahian? Tapi, In Woo membalik segalanya dan malah menarik kaca mata Hye Ri, yang akhirnya memperlihatkan memar di matanya.
Hye Ri kemudian mulai bercerita kalau dia sudah mendapatkan kasus. In Woo dengan sembarangan mengembalikan barang-barang Hye Ri yang dia ditinggalkan, termasuk di dalamnya sepatu dan bajunya. Hye Ri melihat sepatunya dan menyadari jika In Woo ada di rumah judi itu juga. Dia bertanya bagaimana In Woo tahu lokasinya berubah. In Woo berkata, “Jika aku tahu, apakah aku akan datang terlambat?” In Woo bersikap cool dan berkata bahwa dia tidak ingin tertangkap berada di situasi seperti itu – jadi dia tidak pernah ada di perkelahian itu. Hye Ri bertanya tentang memar-memar di mata In Woo tapi dia mengelak dengan berpura-pura menelpon.
Di dalam tas Hye Ri, sebuah kotak mulai berdering. Dia membukanya dan menemukan sebuah hand phone. Hye Ri sangat tersentuh tapi dengan gamblang dia berkata bahwa dia tidak ingin mengecoh seseorang – dia tidak ingin In Woo menyukainya. In Woo berkata kalau dirinya tidak bisa melakukan itu dan apakah Se Joon juga menyukainya? Hye Ri terkejut – bagaimana In Woo bisa tahu? In Woo berkata kalau dia punya ‘kekuatan’. Dia juga berkata jika mereka bertemu maka mereka akan bertemu. Di samping itu, Hye Ri berhutang padanya. In Woo bilang pada Hye Ri jika mereka harus tetap menjaga hubungan mereka seperti yang sudah-sudah. Dia kemudian menghadiahkan Hye Ri telur rebus untuk mengobatinya memar di wajahnya. In Woo berjalan pergi dan berkata pada dirinya sendiri, “Yoon Se Joon, kau lebih baik daripada aku!”
Hye Ri bekerja keras menyelesaikan kasus yang diberikan Se Joon padanya. Dia masuk ke ruangan Se Joon untuk menanyakan beberapa pertanyaan. Tapi Se Joon menyuruhnya menemui Jung Sun saja – dia lebih tahu tentang kekerasan anak-anak. Hye Ri tidak perlu merengus dihadapan Jung Sun tapi dia mau mencatat semua nasehat Jung Sun. Kasus-nya seperti ini: Ibu membawa putrinya yang berusia 7 tahun, Ji Min, les musik pada seorang instruktur terkenal. Suatu hari, toko ibu kebanjiran karena kebocoran saluran air dan tidak bisa menjemput Ji Min tepat waktu. Instrukturnya berkata Ji Min akan baik-baik saja dan dia bermain dengan gadis itu di kantornya. Dia menyentuh Ji Min dan pintu pun tertutup. Minggu berikutnya, Ji Min menolak untuk pergi les sebab dia merasa sakit. Keeseokan harinya, ibu tahu apa yang terjadi waktu dia memandikan anaknya.
Hye Ri memotong kesaksian ibu Ji Min. Apakah ibu tidak memandikan putrinya selama satu minggu penuh? Meski anaknya protes, tidakkah para ibu selalu memandikan anaknya juga? Ibu berkata kalau dia merasa lelah setelah bekerja, dia tidak akan memandikan anaknya. Sebenarnya ini alasan yang lemah banget.
Malam itu, Hye Ri menunjukkan sebuah gambar pada ayahnya, yang mencantumkan nama Hye Ri sebagai Kepala Jaksa dalam sebuah file kasus. Sekarang, bisakah ayah membuka lemari baju Hye Ri? Hanya karena dia mendapatkan sebuah kasus tidak membuat Hye Ri menjadi seorang Jaksa. Tapi, Hye Ri mengungkapkan kalau kasus ini tidak ke kejaksaan, maka pembimbingnya akan dikirim ke daerah pedesaan (Se Joon). Ayah menyerahkan kunci lemari baju pada putrinya tapi dia tetap memebawa kunci mobil dan kartu kredit Hye Ri sampai dia memenangkan kasus yang ditanganinya sekarang.
Keesokan harinya, Kim Min Shik – instruktur musik – datang untuk ditanyai. Hye Ri sangat keras padanya dan bertanya apakah dia pernah menyentuh Ji Min. Kim membuka tangan di pangkuannya dan berkata bahwa dia hanya menepuk pantat Ji Min sebagai tanda pujian. Dia membawa Ji Min ke kantornya yang kedap suara untuk bermain dengannya dan saat muridnya untum kelas jam 5 datang, Kim menyuruh murid itu untuk menunggu bukan karena dia meminta Ji Min untuk bungkam tapi karena muridnya itu datang terlalu awal.
Hye Ri berkata kalau Ji Min menuduhnya tapi Kim Min Shik membela diri dengan berkata kalau ibu Ji Min perlu uang karena itu dia membuat kasus ini. Min Shik sudah memberikan diskon pada ibu dalam pembayaran les anaknya sebab ibu mengeluh tentang kesulitan financial untuk menopang hidup anaknya setela bercerai. Ini baru berita besar buat Ma Hye Ri!
Hye Ri menyergap Se Joon tepat setelah dia keluar dari kamar mandi dan meminta nasehat. Se Joon bilang bahwa dengan pembelaan yang kuat dari terdakwa, Hye Ri harus mendapatkan kesaksian Ji Min dan dia perlu psikolog anak ketika bertemu dengan gadis itu. Hye Ri berkata kalau masa lalu Min Shi bersih – tidak ada tuduha criminal dan istrinya cantik. Dia tidak punya motif untuk memperkosa anak-anak tapi itu tidak membebaskannya. Sama halnya, anak tidak akan berbohong tentang hal seperti itu, benar kan? Ibu juga tidak punya bukti lain. Hye Ri bingung – dia tidak tahu siapa yang benar dan siapa yang salah.
Hye Ri bertemu dengan Ji Min dan ibunya bersama seorang penasehat anak. Meski Hye Ri sangat ramah, Ji Min tetap bersembunyi dibelakang ibunya. Hye Ri membuka buku diary-nya dan mulai membaca kata-kata yang bisa dia gunakan. Dia mulai dengan, “Wah, kau mirip sekali dengan ibumu!” Kemudian Hye Ri menyarankan agar mereka main boneka saja dan berpura-pura kalau boneka itu adalah Ji Min dan instruktur musiknya. Hye Ri mencoba bertanya tentang apa yang terjadi hari itu tapi Ji Min tidak menjawab. Putus asa, Hye Ri menyarankan agar mereka main teka-teki saja. Tapi ini membuat Ji Min takut – dia main teka-teki hari itu dengan Min Shik. Ji Min minta pulang dan Hye Ri malah meminta ibu untuk keluar. Ji Min pun mulai menangis. Jelas sekali kalau cara Hye Ri bertanya menimbulkan trauma!
Di akhir sesi bertanya, penasehat anak mengatakan pada Hye Ri jika anak-anak itu cepat tanggap – kalau Hye Ri ingin mendapatkan jawaban, dia harus mengerti bagaimana anak-anak berpikir dulu. Kembali ke kantor. Hye Ri benar-benar kehabisan ide. Dia mondar mandir di kantor. Dia tidak tahu bagaimana berhubungan dengan anak umur 7 tahun sebab dia tidak kenal satu pun anak berusia segitu. Dan saat dia berumur 7 tahun, hal yang paling suka dia lakukan adalah makan! Hyung Soo mengatakan pada Hye Ri kalau Se Joon punya putri berusia tepat 7 tahun. Ini berita besar buat Hye Ri: Se Joon sudah menikah. Tapi istrinya sudah meninggal.
Se Joon sedang mereview kasus pemukulan ajumma. Dia melihat foto dengan tanda tamparan di pipi korban. Korban itu pun dipanggil. Se Joon mulai bertanya apakah ajumma yang menampar itu menampar sang korban dengan tangan kanan. Ajumma yang menjadi korban berkata iya – karena itu ada bekas di pipi kirinya. Se Joon meminta ajumma untuk menunjukkan dimana bekas ibu jarinya. Ajumma meletakkan tangan kirinya sendiri untuk menunjukkan kalau bentuk tamparan itu sama persis. Gambarnya memang cocok bentuk tangan ibu itu.
Dalam perjalanan pulang, In Woo tiba-tiba menelpon Hye Ri dan bertanya apakah dia perlu bantuan dalam menangani kasusnya. In Woo menduga kalau Hye Ri tidak perlu bantuan tapi sebelum menutup telpon, Hye Ri berkata kalau dia perlu bantuan. In Woo menyarankan untuk berlatih bersikap ramah pada anak-anak dengan putri Se Joon. Lagipula, Hye Ri perlu berbaik-baik pada anak Se Joon sebelum menikahinya. Hye Ri terkejut – sepertinya seluruh dunia sudah tahu jika Se Joon sudah menikah kecuali dirinya. Hye Ri mengakui cara berpikirnya yang kuno – tidak masuk akal kalau dia jatuh cinta pada single father. In Woo tidak merasa ada masalah dengan hal seperti itu tapi Hye Ri berkata kalau cinta seharusnya tidak seperti itu.
Keesokan harinya, polisi menyerahkan surat tuntutan yang harus diproses oleh jaksa dan kebetulan itu untuk Ma Hye Ri. Surat-surat itu terus bertumpuk dan Hye Ri terus mengecap tanpa memedulikannya. Ternyata salah satu surat tuntutan itu adalah kasus yang sedang ditangani In Woo dan ayah dari klien itu meminta bantuan In Woo.
Ketika Hye Ri pulang, Se Joon bergabung dengannya di dalam lift. Dengan canggung Hye Ri bertanya apa yang dilakukan Se Joon pada akhir pekan. Dia berkata kalau dia bermain dengan putrinya. Hye Ri tidak bertanya lagi tapi saat tiba di rumah dia terus memikirkan Se Joon yang ada bersamanya ketika dia mengenakan sepatu keberuntungannya. Dia akhirnya menyimpulkan kalau Se Joon adalah takdirnya dan dengan senang membuat kue bersama ibunya. Mereka mengenang kembali masa-masa ketika mereka membuat kue bersama. Hye Ri berkata kalau tidak apa bila ibunya berhenti sejenak – toh, dia sudah menikah dan tidak perlu menjaga berat badan lagi.
Pada akhir pekan, Se Joon, Bin dan Jung Sun bermain bersama di taman. Mereka adalah keluarga yang bahagia dan tiba-tiba saja Hye Ri menelpon. Dia bertanya apakah dia boleh mengunjungi Se Joon. Dia sudah ada di depan rumah Se Joon. Se Joon langsung memasang wajah aneh. Dia cepat-cepat pulang. Se Joon meminta Hye Ri untuk tidak berada dekat-dekat rumahnya lagi. Hye Ri meminta maaf dan berkata, “Tidak ada anak-anak di sekitar rumahku. Putrimu 7 tahun dan Ji Min 7 tahun jadi aku bertanya-tanya bagaimana anak usia 7 tahun. Aku akan bertanya padamu… tapi apa yang aku katakan sekarang adalah alasan. Alasanku adalah aku ingin bertemu denganmu. Aku penasaran tentang rumah seperti apa yang kau tinggali. Mungkin kan menyukai seseorang?”
Se Joon terkejut. Hye Ri berkata lagi, “Aku menyukaimu. Tidak bisakah aku berkata begitu?” Se Joon berkata kalau dia tidak bisa. Hye Ri seharusnya berkonsentrasi pada pekerjaan. Lagipula, dia tidak bisa menyukai gadis yang sudah menyusahkannya. Seperti Se Joon tidak serius. Hye Ri pergi tepat ketika Bin dan Jung Sun tiba. Bin tidak melihat Hye Ri tapi dia melihat hadiah dan menarik sebuah kue yang berisi namanya.
Hye Ri menemui ibu Ji Min di toko dan membicarakan masalah biaya diskon biaya les musik. Ibu Ji Min terlihat tidak nyaman pada fakta itu. Berikutnya, Hye Ri tahu dari pimpinan kalau ibu Ji Min ingin mengganti Jaksa. Hye Ri tidak mengerti kenapa dia ingin mengganti Jaksa. Dia lantas menelpon In Woo untuk meminta bantuan. Dengan kecewa, Hye Ri berjalan keluar gedung. Dia bertemu dengan ‘ajumma penyerang’. Ajumma berkata kalau Hye Ri pasti suka sekali tomat makanya dia kurus sekali. Dan di hadapan semua jaksa, Hye Ri disiram dengan tomat hancur oleh ajumma itu. Ajumma marah karena Hye Ri tidak mendengarkan keterangannya meski sekarang dia sudah dibebaskan dari tuduhan. Kerumunan orang terbentuk dan In Woo tiba.
Ajumma itu pergi dan Se Joon turun untuk mendekati Hye Ri. Hanya saja, In Woo mendahuluinya dan memakaikan jas-nya pada Hye Ri lalu menuntunya ke mobil. Jaksa Chae dan Lee bertanya-tanya apakah pria itu pacar Hye Ri dan Jung Sun tentu tidak melewatkan ekspresi Se Joon. Di dalam mobil, In Woo menyerahkan tisu pada Hye Ri untuk membersihkan diri. Hye Ri berusaha untuk tidak menangis tapi In Woo menyuruhnya untuk menangis saja. Dia mulai terisak.
In Woo membawa Hye Ri ke apartemennya agar dia bisa membersihkan diri. Dia meminjamkan Hye Ri pakaian dan saat Hye Ri keluar ternyata pakaian itu tidak cocok. In Woo berkata, “Wow, berat badanmu pasti naik!” Berikutnya Yoon Ah menelpon dan bertanya apakah Hye Ri mengenakan bajunya hari ini. Ternyata video kalau Hye Ri diserang sudah beredar di internet. Dan jika Hye Ri belum kaget, orang yang mengedarkan video itu berusaha membuat Hye Ri kaget sekarang. Hye Ri meledak, menangis – kenapa harus dia yang dipilih? In Woo kaget tapi membiarkan Hye Ri menangis sebelum mengantarnya pulang.
Hye Ri tidak bisa tidur dan sebelum fajar tiba, dia menyewa taksi. Dia pergi ke bandara sambil membawa barang-barangnya. Dia meninggalkan kartu kredit untuk ibunya. Hye Ri minta maaf karena tidak bisa menjadi Jaksa. Tidak peduli apapun yang dia lakukan, semuanya tidak berhasil. Dia akan bersembunyi selama 3 bulan dan tidak ingin ayahnya tahu. Atau lebih baik ibu bilang pada ayah kalau Hye Ri pergi untuk bunuh diri. Setelah membeli tiket, Hye Ri pergi ke gerbang keberangkatan. Tapi In Woo menarik tangannya dan mengatakan kalau dia tidak diijinkan pergi kemana-mana.
Saat seorang pria jahat mengambil sebuah batu besar untuk dilemparkan ke Se Joon, Hye Ri berpikir cepat dan melepas sepatunya dan melemparnya ke pria itu. Sepatu tepat mengenai kepalanya dan pria itu menjatuhkan batunya. Se Joon memukul pria itu dan menyeret Hye Ri. Akan tetapi, Hye Ri ingin mengambil kembali sepatunya tapi Se Joon malah menggendong Hye Ri lalu mulai berlari. Polisi datang dan Hye Ri meminta Se Joon untuk menurunkannya. Dia melihat darah di tangan Se Joon dan mulai ketakutan. Akan tetapi, Se Joon malah menegurnya karena kecerobohannya – dia bisa saja terlukan dan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Apa ini cara Hye Ri untuk membuktikan kalau dia juga bisa bersikap professional.
Ma Hye Ri menjawab, “Aku melakukannya agar aku bisa hidup!” Dia ingin membuktikan ke orang-orang di sekitarnya kalau dia bisa melakukan sesuatu dan tidak bodoh seperti yang lain pikir. Hye Ri mengeluarkan sapu tangannya dan membalutkannya di luka Se Joon. Dia berkata, “Sunbae, aku menunjukkan padamu – aku sukses!” Se Joon bertanya darimana Hye Ri tahu tentang rumah judi itu. Tapi, Hye Ri sudah berjanji pada In Woo untuk tidak mengatakan apa. Dia menunda menjawab pertanyaan itu dengan menyuruh Se Joon mengambil tape recorder di punggungnya.
Se Joon merasa tidak nyaman dan menolak melakukannya. Hye Ri melakukannya sendiri dan mendapati benda itu sudah rusak. Sekarang polisi tidak bisa melakukan apa-apa. Tidak ada bukti. Hye Ri meratapi kegagalannya dan kuku-nya yang patah. Sementara itu, In Woo hanya melihat dari kejauhan.
Se Joon mengantar Hye Ri pulang meski Hye Ri bersikeras agar mereka ke rumah sakit dulu. Se Joon bertanya apakah orang tuanya akan khawatir karena Hye Ri pulang ke rumah babak belur. Tapi, Hye Ri berkata, “Justru, aku harus pulang dalam keadaan seperti ini!” polisi mungkin bisa melakukan sesuatu tentang masalah tempat judi itu tapi Hye Ri mungkin harus mengundurkan diri karena masalah jadi bertambah besar.
Kedua orang tua Hye Ri shock melihat putrinya pulang dalam keadaan babak belur, khususnya ibu. Ayah Hye Ri bertanya apakah dia sukses dan dia menjawab dengan jujur kalau dia hampir berhasil. Ayah tidak berkata apa-apa lagi. Dia tidak marah, tidak juga senang. Ketika ibu merawat luka Hye Ri, dia terus saja meratapi fakta jika dia tidak akan bebas dari ayah sampai dia menikah. Hye Ri mulai memikirkan Se Joon dan betapa gagah dia menyelamatkannya tadi. Di saat yang sama, Se Joon juga memikirkan kejadian yang tadi ketika seorang perawat menyembuhkan lukanya.
Di rumahnya, Jenny mengoleskan salep ke memar In Woo. Jenny mengatakan pada In Woo jika segalanya berjalan tidak mulus dan dia harus keluar dari permainan ini sekarang. Akan tetapi, In Woo sangat memikirkan fakta bahwa Hye Ri terluka dan merasa kalau semuanya adalah salahnya sebab dia tidak memikirkan keselamatan Hye Ri.
Keesokan paginya, rumah keluarga Ma digegerkan oleh teriakan keras Hye Ri. Lemar pakaian Hye Ri digembok dan dikunci. Ibu bergegas masuk tapi kemudian mengatakan pada anaknya kalau ini adalah tipikal ayahnya yang salalu berbuat sebelum dia berbicara. Ayah ingin Hye Ri menyelesaikan kasus dan harus pergi bekerja. Ibu meminta Hye Ri untuk bertahan. Ibu berkata, “Aku minta maaf karena menjadi ibu seperti ini tapi, hidupku juga ada ditanganmu!”
Di kantor, Pimpinan mengkuliahi Se Joon tentang bagaimana tidak bertanggung jawabnya Hye Ri karena mengirim banyak sekali polisi dan menginvestigasi sebuah kasus sebelum melaporkannya. Se Joon membela Hye Ri dengan berkata kalau dia nerusaha mengumpulkan bukti yang kuat. Se Joon juga telah melakukan penyelidikan tanpa melaporkan terlebih dahulu. Pimpinan terkejut sebab Se Joon ada di pihak Hye Ri. akan tetapi, Se Joon hanya berkata, “Aku merasa bertanggung jawab sebagai mentor-nya!”
Hye Ri tiba di tempat kerja dengan sepatu datar, long dress dan jas panjang. Dia berbalik dan melihat semua teman sekantornya – mereka tidak pakaian yang dikenakan Hye Ri! Ketika Hye Ri meminta maaf pada Pimpinan karena telat, pria itu menolaknya. Tapi, ketika Hye Ri minta maaf karena membuat Se Joon terluka, pimpinan terkejut. Pimpinan melayangkan kepalany ke Se Joon – dia terluka? Kenapa dia tidak bilang? Apa dia bermaksud melindungi Hye Ri? Pimpinan melaporkan kejadian itu pada presiden departemen dan mengatakan tentang perbuatan Hye Ri, yang meski gegabah, membuktikan bila dia ingin menjadi seorang jaksa dan untuk itu dia harus diberi kesempatan. Hye Ri dibebaskan dan harus menulis surat permohonan maaf. Kali ini Se Joon membantunya jadi Hye Ri lebih baik tidak mengacaukannya.
Pimpinan: “Jika kau tidak membayar hutangmu, maka sebagai gantinya Se Joon yang akan membayarnya!”
Hye Ri: “Jaksa macam apa yang melakukan itu? Sebuah kasus bukanlah uang. Jadi bagaimana mungkin Jaksa Yoon membayarnya jika aku tidak memecahkan kasus-nya?”
Pimpinan: “Kami akan memindahkannya ke Dokdo atau kemana saja!”
Hye Ri: “Kantor Kejaksaan sedang dibangun di Dokdo?”
Pimpinan: “Ya, karena orang-orang Jepang tetap bersikeras kalau itu adalah wilayah mereka, jadi kami mencoba membangun satu kantor kejaksaan. Apa kau ingin pergi ke Dokdo juga?”
Hye Ri kemudian menemui Se Joon dan sekarang dia sudah terpikat pada Se Joon. Se Joon memberinya sebuah kasus kekerasan pada anak dan memintanya untuk bekerja dengan baik. Hye Ri berterimakasih lalu bertanya tentang luka Se Joon. Dia berkata kalau lukanya baik-baik saja tapi Hye Ri bersikeras ingin melihatnya sendiri. Bahkan, dia mencoba membuka kancing baju Se Joon untuk melihatnya. Jung Sun masuk pada saat itu. Ada tamu untuk Hye Ri. Jung Sun duduk dan langsung bertanya pada Se Joon kenapa dia mau berbuat banyak untuk Hye Ri – bahkan mau terluka untuknya. Se Joon menolak alasan dia melakukan itu karena Hye Ri mirip dengan istrinya. Wajah mereka memang mirip tapi kepribadian mereka sangat berbeda. Jung Sun senang mendengar ini tapi tetap tidak nyaman.
Hye Ri lari keluar menuju bangku taman untuk bertemu dengan In Woo. In Woo langsung terkesan melihat gaya berpakaian Hye Ri. In Woo bertanya, “Apa kau berhenti memakai sepatu hak tinggi? Kau benar-benar pendek!” Hye Ri memperhatikan In Woo memakai kaca mata. Dia menarik kaca mata itu dan melihat luka di bawah mata In Woo. Hye Ri bertanya apa In Woo terlibat perkelahian? Tapi, In Woo membalik segalanya dan malah menarik kaca mata Hye Ri, yang akhirnya memperlihatkan memar di matanya.
Hye Ri kemudian mulai bercerita kalau dia sudah mendapatkan kasus. In Woo dengan sembarangan mengembalikan barang-barang Hye Ri yang dia ditinggalkan, termasuk di dalamnya sepatu dan bajunya. Hye Ri melihat sepatunya dan menyadari jika In Woo ada di rumah judi itu juga. Dia bertanya bagaimana In Woo tahu lokasinya berubah. In Woo berkata, “Jika aku tahu, apakah aku akan datang terlambat?” In Woo bersikap cool dan berkata bahwa dia tidak ingin tertangkap berada di situasi seperti itu – jadi dia tidak pernah ada di perkelahian itu. Hye Ri bertanya tentang memar-memar di mata In Woo tapi dia mengelak dengan berpura-pura menelpon.
Di dalam tas Hye Ri, sebuah kotak mulai berdering. Dia membukanya dan menemukan sebuah hand phone. Hye Ri sangat tersentuh tapi dengan gamblang dia berkata bahwa dia tidak ingin mengecoh seseorang – dia tidak ingin In Woo menyukainya. In Woo berkata kalau dirinya tidak bisa melakukan itu dan apakah Se Joon juga menyukainya? Hye Ri terkejut – bagaimana In Woo bisa tahu? In Woo berkata kalau dia punya ‘kekuatan’. Dia juga berkata jika mereka bertemu maka mereka akan bertemu. Di samping itu, Hye Ri berhutang padanya. In Woo bilang pada Hye Ri jika mereka harus tetap menjaga hubungan mereka seperti yang sudah-sudah. Dia kemudian menghadiahkan Hye Ri telur rebus untuk mengobatinya memar di wajahnya. In Woo berjalan pergi dan berkata pada dirinya sendiri, “Yoon Se Joon, kau lebih baik daripada aku!”
Hye Ri bekerja keras menyelesaikan kasus yang diberikan Se Joon padanya. Dia masuk ke ruangan Se Joon untuk menanyakan beberapa pertanyaan. Tapi Se Joon menyuruhnya menemui Jung Sun saja – dia lebih tahu tentang kekerasan anak-anak. Hye Ri tidak perlu merengus dihadapan Jung Sun tapi dia mau mencatat semua nasehat Jung Sun. Kasus-nya seperti ini: Ibu membawa putrinya yang berusia 7 tahun, Ji Min, les musik pada seorang instruktur terkenal. Suatu hari, toko ibu kebanjiran karena kebocoran saluran air dan tidak bisa menjemput Ji Min tepat waktu. Instrukturnya berkata Ji Min akan baik-baik saja dan dia bermain dengan gadis itu di kantornya. Dia menyentuh Ji Min dan pintu pun tertutup. Minggu berikutnya, Ji Min menolak untuk pergi les sebab dia merasa sakit. Keeseokan harinya, ibu tahu apa yang terjadi waktu dia memandikan anaknya.
Hye Ri memotong kesaksian ibu Ji Min. Apakah ibu tidak memandikan putrinya selama satu minggu penuh? Meski anaknya protes, tidakkah para ibu selalu memandikan anaknya juga? Ibu berkata kalau dia merasa lelah setelah bekerja, dia tidak akan memandikan anaknya. Sebenarnya ini alasan yang lemah banget.
Malam itu, Hye Ri menunjukkan sebuah gambar pada ayahnya, yang mencantumkan nama Hye Ri sebagai Kepala Jaksa dalam sebuah file kasus. Sekarang, bisakah ayah membuka lemari baju Hye Ri? Hanya karena dia mendapatkan sebuah kasus tidak membuat Hye Ri menjadi seorang Jaksa. Tapi, Hye Ri mengungkapkan kalau kasus ini tidak ke kejaksaan, maka pembimbingnya akan dikirim ke daerah pedesaan (Se Joon). Ayah menyerahkan kunci lemari baju pada putrinya tapi dia tetap memebawa kunci mobil dan kartu kredit Hye Ri sampai dia memenangkan kasus yang ditanganinya sekarang.
Keesokan harinya, Kim Min Shik – instruktur musik – datang untuk ditanyai. Hye Ri sangat keras padanya dan bertanya apakah dia pernah menyentuh Ji Min. Kim membuka tangan di pangkuannya dan berkata bahwa dia hanya menepuk pantat Ji Min sebagai tanda pujian. Dia membawa Ji Min ke kantornya yang kedap suara untuk bermain dengannya dan saat muridnya untum kelas jam 5 datang, Kim menyuruh murid itu untuk menunggu bukan karena dia meminta Ji Min untuk bungkam tapi karena muridnya itu datang terlalu awal.
Hye Ri berkata kalau Ji Min menuduhnya tapi Kim Min Shik membela diri dengan berkata kalau ibu Ji Min perlu uang karena itu dia membuat kasus ini. Min Shik sudah memberikan diskon pada ibu dalam pembayaran les anaknya sebab ibu mengeluh tentang kesulitan financial untuk menopang hidup anaknya setela bercerai. Ini baru berita besar buat Ma Hye Ri!
Hye Ri menyergap Se Joon tepat setelah dia keluar dari kamar mandi dan meminta nasehat. Se Joon bilang bahwa dengan pembelaan yang kuat dari terdakwa, Hye Ri harus mendapatkan kesaksian Ji Min dan dia perlu psikolog anak ketika bertemu dengan gadis itu. Hye Ri berkata kalau masa lalu Min Shi bersih – tidak ada tuduha criminal dan istrinya cantik. Dia tidak punya motif untuk memperkosa anak-anak tapi itu tidak membebaskannya. Sama halnya, anak tidak akan berbohong tentang hal seperti itu, benar kan? Ibu juga tidak punya bukti lain. Hye Ri bingung – dia tidak tahu siapa yang benar dan siapa yang salah.
Hye Ri bertemu dengan Ji Min dan ibunya bersama seorang penasehat anak. Meski Hye Ri sangat ramah, Ji Min tetap bersembunyi dibelakang ibunya. Hye Ri membuka buku diary-nya dan mulai membaca kata-kata yang bisa dia gunakan. Dia mulai dengan, “Wah, kau mirip sekali dengan ibumu!” Kemudian Hye Ri menyarankan agar mereka main boneka saja dan berpura-pura kalau boneka itu adalah Ji Min dan instruktur musiknya. Hye Ri mencoba bertanya tentang apa yang terjadi hari itu tapi Ji Min tidak menjawab. Putus asa, Hye Ri menyarankan agar mereka main teka-teki saja. Tapi ini membuat Ji Min takut – dia main teka-teki hari itu dengan Min Shik. Ji Min minta pulang dan Hye Ri malah meminta ibu untuk keluar. Ji Min pun mulai menangis. Jelas sekali kalau cara Hye Ri bertanya menimbulkan trauma!
Di akhir sesi bertanya, penasehat anak mengatakan pada Hye Ri jika anak-anak itu cepat tanggap – kalau Hye Ri ingin mendapatkan jawaban, dia harus mengerti bagaimana anak-anak berpikir dulu. Kembali ke kantor. Hye Ri benar-benar kehabisan ide. Dia mondar mandir di kantor. Dia tidak tahu bagaimana berhubungan dengan anak umur 7 tahun sebab dia tidak kenal satu pun anak berusia segitu. Dan saat dia berumur 7 tahun, hal yang paling suka dia lakukan adalah makan! Hyung Soo mengatakan pada Hye Ri kalau Se Joon punya putri berusia tepat 7 tahun. Ini berita besar buat Hye Ri: Se Joon sudah menikah. Tapi istrinya sudah meninggal.
Se Joon sedang mereview kasus pemukulan ajumma. Dia melihat foto dengan tanda tamparan di pipi korban. Korban itu pun dipanggil. Se Joon mulai bertanya apakah ajumma yang menampar itu menampar sang korban dengan tangan kanan. Ajumma yang menjadi korban berkata iya – karena itu ada bekas di pipi kirinya. Se Joon meminta ajumma untuk menunjukkan dimana bekas ibu jarinya. Ajumma meletakkan tangan kirinya sendiri untuk menunjukkan kalau bentuk tamparan itu sama persis. Gambarnya memang cocok bentuk tangan ibu itu.
Dalam perjalanan pulang, In Woo tiba-tiba menelpon Hye Ri dan bertanya apakah dia perlu bantuan dalam menangani kasusnya. In Woo menduga kalau Hye Ri tidak perlu bantuan tapi sebelum menutup telpon, Hye Ri berkata kalau dia perlu bantuan. In Woo menyarankan untuk berlatih bersikap ramah pada anak-anak dengan putri Se Joon. Lagipula, Hye Ri perlu berbaik-baik pada anak Se Joon sebelum menikahinya. Hye Ri terkejut – sepertinya seluruh dunia sudah tahu jika Se Joon sudah menikah kecuali dirinya. Hye Ri mengakui cara berpikirnya yang kuno – tidak masuk akal kalau dia jatuh cinta pada single father. In Woo tidak merasa ada masalah dengan hal seperti itu tapi Hye Ri berkata kalau cinta seharusnya tidak seperti itu.
Keesokan harinya, polisi menyerahkan surat tuntutan yang harus diproses oleh jaksa dan kebetulan itu untuk Ma Hye Ri. Surat-surat itu terus bertumpuk dan Hye Ri terus mengecap tanpa memedulikannya. Ternyata salah satu surat tuntutan itu adalah kasus yang sedang ditangani In Woo dan ayah dari klien itu meminta bantuan In Woo.
Ketika Hye Ri pulang, Se Joon bergabung dengannya di dalam lift. Dengan canggung Hye Ri bertanya apa yang dilakukan Se Joon pada akhir pekan. Dia berkata kalau dia bermain dengan putrinya. Hye Ri tidak bertanya lagi tapi saat tiba di rumah dia terus memikirkan Se Joon yang ada bersamanya ketika dia mengenakan sepatu keberuntungannya. Dia akhirnya menyimpulkan kalau Se Joon adalah takdirnya dan dengan senang membuat kue bersama ibunya. Mereka mengenang kembali masa-masa ketika mereka membuat kue bersama. Hye Ri berkata kalau tidak apa bila ibunya berhenti sejenak – toh, dia sudah menikah dan tidak perlu menjaga berat badan lagi.
Pada akhir pekan, Se Joon, Bin dan Jung Sun bermain bersama di taman. Mereka adalah keluarga yang bahagia dan tiba-tiba saja Hye Ri menelpon. Dia bertanya apakah dia boleh mengunjungi Se Joon. Dia sudah ada di depan rumah Se Joon. Se Joon langsung memasang wajah aneh. Dia cepat-cepat pulang. Se Joon meminta Hye Ri untuk tidak berada dekat-dekat rumahnya lagi. Hye Ri meminta maaf dan berkata, “Tidak ada anak-anak di sekitar rumahku. Putrimu 7 tahun dan Ji Min 7 tahun jadi aku bertanya-tanya bagaimana anak usia 7 tahun. Aku akan bertanya padamu… tapi apa yang aku katakan sekarang adalah alasan. Alasanku adalah aku ingin bertemu denganmu. Aku penasaran tentang rumah seperti apa yang kau tinggali. Mungkin kan menyukai seseorang?”
Se Joon terkejut. Hye Ri berkata lagi, “Aku menyukaimu. Tidak bisakah aku berkata begitu?” Se Joon berkata kalau dia tidak bisa. Hye Ri seharusnya berkonsentrasi pada pekerjaan. Lagipula, dia tidak bisa menyukai gadis yang sudah menyusahkannya. Seperti Se Joon tidak serius. Hye Ri pergi tepat ketika Bin dan Jung Sun tiba. Bin tidak melihat Hye Ri tapi dia melihat hadiah dan menarik sebuah kue yang berisi namanya.
Hye Ri menemui ibu Ji Min di toko dan membicarakan masalah biaya diskon biaya les musik. Ibu Ji Min terlihat tidak nyaman pada fakta itu. Berikutnya, Hye Ri tahu dari pimpinan kalau ibu Ji Min ingin mengganti Jaksa. Hye Ri tidak mengerti kenapa dia ingin mengganti Jaksa. Dia lantas menelpon In Woo untuk meminta bantuan. Dengan kecewa, Hye Ri berjalan keluar gedung. Dia bertemu dengan ‘ajumma penyerang’. Ajumma berkata kalau Hye Ri pasti suka sekali tomat makanya dia kurus sekali. Dan di hadapan semua jaksa, Hye Ri disiram dengan tomat hancur oleh ajumma itu. Ajumma marah karena Hye Ri tidak mendengarkan keterangannya meski sekarang dia sudah dibebaskan dari tuduhan. Kerumunan orang terbentuk dan In Woo tiba.
Ajumma itu pergi dan Se Joon turun untuk mendekati Hye Ri. Hanya saja, In Woo mendahuluinya dan memakaikan jas-nya pada Hye Ri lalu menuntunya ke mobil. Jaksa Chae dan Lee bertanya-tanya apakah pria itu pacar Hye Ri dan Jung Sun tentu tidak melewatkan ekspresi Se Joon. Di dalam mobil, In Woo menyerahkan tisu pada Hye Ri untuk membersihkan diri. Hye Ri berusaha untuk tidak menangis tapi In Woo menyuruhnya untuk menangis saja. Dia mulai terisak.
In Woo membawa Hye Ri ke apartemennya agar dia bisa membersihkan diri. Dia meminjamkan Hye Ri pakaian dan saat Hye Ri keluar ternyata pakaian itu tidak cocok. In Woo berkata, “Wow, berat badanmu pasti naik!” Berikutnya Yoon Ah menelpon dan bertanya apakah Hye Ri mengenakan bajunya hari ini. Ternyata video kalau Hye Ri diserang sudah beredar di internet. Dan jika Hye Ri belum kaget, orang yang mengedarkan video itu berusaha membuat Hye Ri kaget sekarang. Hye Ri meledak, menangis – kenapa harus dia yang dipilih? In Woo kaget tapi membiarkan Hye Ri menangis sebelum mengantarnya pulang.
Hye Ri tidak bisa tidur dan sebelum fajar tiba, dia menyewa taksi. Dia pergi ke bandara sambil membawa barang-barangnya. Dia meninggalkan kartu kredit untuk ibunya. Hye Ri minta maaf karena tidak bisa menjadi Jaksa. Tidak peduli apapun yang dia lakukan, semuanya tidak berhasil. Dia akan bersembunyi selama 3 bulan dan tidak ingin ayahnya tahu. Atau lebih baik ibu bilang pada ayah kalau Hye Ri pergi untuk bunuh diri. Setelah membeli tiket, Hye Ri pergi ke gerbang keberangkatan. Tapi In Woo menarik tangannya dan mengatakan kalau dia tidak diijinkan pergi kemana-mana.
source : http://meylaniaryanti.wordpress.com/2010/06/22/sinopsis-prosecutor-princess
Tidak ada komentar:
Posting Komentar